Mohon tunggu...
Tiara Karina Pandiangan
Tiara Karina Pandiangan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

in Saus und Braus leben

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa? Dari mana Asalnya?

30 Agustus 2020   13:47 Diperbarui: 30 Agustus 2020   13:56 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Apa itu bahasa? Bahasa adalah metode komunikasi manusia, maupun ditulis atau lisan. Bahasa juga merupakan sistem berkomunikasi yang digunakan oleh suatu komunitas atau negara. Menurut John McWhorter, seorang ahli bahasa dan profesor, bahasa mengacu pada tata bahasa dan aturan serta norma lain yang memungkinkan manusia membuat ucapan dan suara dengan cara yang dapat dipahami orang lain. 

Seorang ahli bahasa, Noam Chomsky, pernah menyebutkan arti bahasa di salah satu bukunya, "On the Nature of Language" (1976), yang berbunyi: "Sifat bahasa dianggap sebagai fungsi pengetahuan yang didapatkan. Bahasa dapat dianggap sebagai fungsi tetap, karakteristik spesies, salah satu komponen pikiran manusia, dan sebuah fungsi yang memetakan pengalaman ke dalam tata bahasa." Dengan kata lain, bahasa merupakan sebuah alat dan mekanisme yang menentukan bagaimana kita berhubungan dengan dunia, ke orang lain, dan ke diri kita sendiri. Bahasa adalah sesuatu yang menjadikan kita manusia.

Di dunia ini, terdapat estimasi sekitar 5.000 hingga 7.000 bahasa yang digunakan, seperti bahasa Inggris, Indonesia, Jepang, Korea, Afrikaans, Jerman, Swahili, dan lain-lain. Banyak sekali, bukan? Bahkan, di Indonesia saja, ada sekitar 700 lebih bahasa yang digunakan-- bahasa yang hidup, tentunya. Pernahkah kamu mengagumi keunikan bahasa-bahasa itu sendiri, baik di Indonesia maupun di luar negeri? Pernahkah kamu, saking tertariknya dengan bahasa tersebut, sampai mempelajari dan mendalaminya? Pernahkah kamu berpikir, "dari mana dan bagaimana bahasa terbuat?" atau "apakah bahasa yang pertama? Dimana? Kapan?" Seperti yang dikatakan oleh Bernard Campbell di "Humankind Engineering" (Allyn & Bacon, 2005), "Kita tidak tahu, dan tak akan pernah tahu, bagaimana atau kapan bahasa dimulai."

Selama berabad-abad, ada banyak sekali spekulasi yang sama sekali tidak membuahkan hasil atas pertanyaan tentang bagaimana bahasa dimulai. Bahkan, saat Paris Linguistic Society didirikan pada tahun 1866, ada larangan diskusi apa pun tentang itu di peraturan perundang-undangannya. Teori-teori awal tersebut, sekarang diberi julukan oleh para ahli bahasa yang sudah sangat muak. Enam teori-teori awal tersebut adalah:

- Teori bow-wow, adalah teori yang bergagas bahwa bahasa dan ucapan muncul dari orang-orang yang meniru suara yang dibuat oleh benda atau hewan, seperti "bow-wow", "mbek", dan sebagainya. Namun teori ini tidak mungkin, karena sangat sedikit hal yang kita dibicarakan memiliki suara yang terkait dengan benda-benda tersebut, dan juga sangat sedikit dari kata-kata bahasa kita yang terdengar seperti suara benda-benda tersebut.

- Teori pooh-pooh, teori yang bergagas bahwa bahasa dan ucapan muncul dari respons vokal otomatis terhadap rasa sakit, ketakutan, atau emosi-emosi lain, seperti jeritan atau tawa. Namun teori ini tidak mungkin juga, karena hewan-hewan juga membuat suara-suara seperti ini, dan mereka tidak menghasilkan sebuah bahasa.

- Teori ding-dong, sebuah teori yang bergagas bahwa bahasa dan ucapan muncul dari cerminan resonansi mistikal atau harmoni yang berhubungan dengan hal-hal di dunia ini. Namun teori ini tidak mungkin, karena tidak jelas bagaimana orang akan menyelidiki hal seperti ini.

- Teori yo-he-ho, teori yang bergagas bahwa bahasa dan ucapan muncul dari nyanyian dan dengusan ritmis yang orang-orang purba zaman dahulu gunakan untuk mengkoordinasikan tindakan fisik mereka saat mereka bekerjasama. Namun, ada perbedaan yang cukup besar antara hal semacam ini dan apa yang sering kita lakukan dengan bahasa-- sehingga teori ini tidak mungkin juga.

- Teori ta-ta, teori yang bergagas bahwa bahasa dan ucapan berasal dari penggerakan lidah dan mulut untuk meniru pergerakan manual. Teori ini tidak mungkin, karena kebanyakan hal yang kita bicarakan tak punya ciri khas isyarat yang terkait dengannya, apalagi isyarat-isyarat yang bisa kita tiru dengan lidah dan mulut.

- Teori la-la, teori yang bergagas bahwa bahasa dan ucapan muncul dari suara-suara yang terinspirasi dari keceriaan atau kebahagiaan, cinta, lagu, dan kepekaan puitis. Namun, teori ini juga tidak mungkin, karena teori ini masih gagal untuk menjelaskan kesenjangan antara aspek emosional dan rasional dari ekspresi bahasa dan ucapan.

Lalu, ada dua teori modern: kontinuitas dan diskontinuitas. Teori yang didasarkan pada gagasan bahwa bahasa itu begitu kompleks sehingga orang tak dapat membayangkannya muncul begitu saja dari ketidakadaan dalam bentuk final/akhirnya, namun bahasa pasti telah berevolusi dari sistem pra-linguistik di antara nenek moyang kita adalah teori berbasis kontinuitas.  Sedangkan teori berbasis diskontinuitas adalah sebuah sudut pandang bahwa bahasa adalah sifat manusia yang sungguh unik, sehingga tak bisa dibandingkan dengan apapun yang ditemukan diantara makhluk-makhkuk yang bukan manusia, dan oleh karena itu, bahasa tersebut muncul secara tiba-tiba di transisi pra-hominid ke manusia purba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun