Mohon tunggu...
Karen Wedar
Karen Wedar Mohon Tunggu... Sekretaris - Penulis

Mencoba belajar menyukai menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gunung Baru di Pulau Jawa

16 Januari 2018   18:29 Diperbarui: 16 Januari 2018   18:35 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Gambar di atas merupakan tumpukan sampah plastik yang dibeli pabrik dari pemulung dengan jenis harga yang berbeda-beda, mulai dari 500 rupiah per kilo, hingga 8000 rupiah per kilo. Kebersihan plastik juga dihargai lebih tinggi dari pada plastik kotor. Karena akan dibersihkan kembali di dalam pabrik, sehingga plastik yang bersih sudah jauh lebih mudah mengolahnya.

Proses mendaur ulang sampah plastik ini terbilang cukup sederhana, dengan menggunakan alat pemotong, dan penggiling maka dihasilkan biji plastik yang siap dipasarkan.

Mula - mula plastik yang telah di beli dari pemulung dan pengepul plastik di cacah oleh mesin pemotong plastik menjadi lebih kecil. Setelah di potong, hasil nya akan di masukan ke dalam mesin pencuci sehingga plastik menjadi bersih dan siap dibentuk.

Sebelum di cacah menjadi beberapa bagian, plastik juga dipisahkan antara plastik hitam dan juga plastik putih. Karena harga dari kedua biji plastik ini berbeda ketika dipasarkan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Ini merupakan contoh biji plastik yang dihasilkan dari sampah plastik yang sering kita lihat di tempat sampah. Biji plastik ini dijual dengan harga yang berbeda. Biji plastik warna hitam (HD) dijual dengan harga Rp16.000,- per kilo, sedangkan biji plastik putih (PE) dihargai RP21.000,- per kilo.

Cukup menarik melihat pabrik daur ulang plastik ini. Sangat disayangkan saya tidak dapat melihat mesin yang beroperasi, namun dengan melihat dan dijelaskan oleh pegawai pabrik sudah sangat membantu rasa penasaran saya dalam melihat dan mengelola sampah plastik di area Bantargebang ini.

Setelah asik mengelilingi pabrik plastik, saya memilih untuk mengitari gunung sampah dan berkeliling ke rumah para penduduk sekitar.

Rupanya tidak hanya pabrik plastik di daerah tersebut, namun juga ada beberapa pabrik kardus, gelas, kaca, plastik kusus minyak, dll.
Saya berjalan mengelilingi sampah kurang lebih 15 menit dan melihat betapa kotornya lokasi sampah, juga bau busuk yang menyengat. Tentu merupakan sebuah mirisnya kehidupan di sebuah daerah, harus menghirup bau yang tidak sedap setiap harinya. Tidak hanya bau, namun kondisi air selokan di sekitar tumpukan sampah juga sangat kotor, bahkan berwarna hitam.

Dapat dilihat bahwa betapa tercemarnya air selokan disekitar gunung sampah ini, warna air bahkan berubah menjadi hitam pekat, dengan digenani beberapa sampah.

Air yang seharunya memiliki warna yang jernih dan dapat digunakan oleh masyarakat sekitar, menjadi bau dan berwarna hitam. Selokan yang seharusnya bebas dari sampah, justru memiliki banyak sampah dan bau yang tidak sedap.

Berdasarkan keterangan warga sekitar, air tanah saat ini sudah tidak layak di konsumsi, namun masih dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti untuk mandi dan mencuci pakaian. Namun memang kondisi air sudah tidak jernih lagi, melainkan sudah mulai berwarna agak keruh juga licin apabila digunakan untuk mandi.

Kondisi air disekitar rumah warga juga berbeda-beda, ada yang masih dapat dikonsumsi, ada pula yang sudah tidak dapat di konsumsi. Sejauh ini air tanah tidak berbau, sehingga warga sekitar tidak kesulitan dalam menggunakan air.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dampak dari sampah selain pecemaran air dan juga pencemaran udara, juga terkait dengan kesehatan masyarakat sekitar TPST ini. Memang penduduk sekitar mengaku sudah terbiasa dengan bau sampah yang menyengat dan juga kondisi lingkungan yang kotor, namun hal ini akan berbahaya untuk jangka waktu yang lama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun