Mohon tunggu...
Margareta Putri
Margareta Putri Mohon Tunggu... Penulis

Saya hobi menulis, disini saya ingin menuangkan isi pikiran saya tentang apa yang saya ketaui. Saya harap dengan saya menulis disini, saya akan lebih berkembang terutama dibidang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Melangkah Meski Takut : Cerita Seorang Maba dari Pesantren

13 Oktober 2025   15:53 Diperbarui: 13 Oktober 2025   15:53 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berani Melangkah Meski Takut: Cerita Seorang Maba dari Pesantren

Menjadi mahasiswa baru di jurusan akuntansi adalah pengalaman yang penuh warna --- dan jujur, awalnya tidak mudah bagiku. Sebagai seseorang yang berasal dari pesantren, aku datang dari lingkungan yang sangat berbeda. Saat pertama kali masuk dunia perkuliahan, aku merasa seperti ikan yang baru saja dipindahkan ke kolam yang jauh lebih luas.

Aku tidak tahu apa itu akuntansi. Laptop pun masih terasa asing di tanganku. Dulu, ponsel hanya kugunakan sekadarnya --- untuk menelepon, mengirim pesan, atau mendengarkan musik. Tapi di dunia perkuliahan, semuanya berubah. Segala hal berhubungan dengan teknologi. Aku merasa tertinggal jauh dari teman-teman sejurusan.

Bahkan dari cara berpakaian pun, aku sudah merasa berbeda. Dari situ muncul rasa minder, tidak percaya diri, dan pikiran "aku tidak pantas di sini." Aku sering merasa kecil di tengah teman-teman yang terlihat lebih siap dan lebih modern.

Awal kuliah terasa berat. Aku berusaha belajar, tapi tetap tidak paham. Aku mulai menyalahkan diri sendiri, menekan diri terlalu keras, hingga merasa frustasi. Namun di titik itulah aku bertemu seseorang yang membuatku belajar banyak hal tentang keberanian.

Temanku berkata, "Kalau ada yang tidak tahu, sini aku ajarin." Sederhana, tapi kalimat itu seperti cahaya kecil yang menuntunku keluar dari rasa takut. Ia tidak menertawakanku, tidak pula merendahkanku. Ia justru memberiku semangat untuk mencoba lagi. Katanya, "Jangan takut, nanti kamu juga bisa."

Sejak saat itu, aku mulai belajar untuk menerima diriku sendiri. Aku belajar untuk tidak memaksa diri harus bisa segalanya dalam waktu singkat. Aku mulai perlahan: berani bertanya saat tidak tahu, berani menyapa teman baru, berani mencoba hal yang selama ini kuanggap sulit.

Dan benar, sedikit demi sedikit, semuanya membaik. Aku mulai paham teknologi, memahami pelajaran, bahkan mulai menikmati proses kuliah. Walaupun dalam diriku masih ada rasa takut, aku terus melangkah sambil berkata dalam hati, "Semuanya akan baik-baik saja. Semua akan berlalu seiring waktu."

Sekarang aku sadar, musuh terbesar kita bukanlah orang lain, melainkan diri sendiri --- rasa takut yang kita pelihara, dan pikiran yang terlalu jauh membayangkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi. Kita sering kali terlalu khawatir akan masa depan, sampai lupa menikmati dan mensyukuri hari ini.

Aku belajar bahwa keberanian bukan berarti tidak takut. Keberanian adalah tetap melangkah meski hati masih gemetar. Seperti kata Nelson Mandela,

"I learned that courage was not the absence of fear, but the triumph over it."
(Aku belajar bahwa keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemenangan atas rasa takut itu sendiri.)

Untuk siapa pun yang sedang merasa takut melangkah --- tenanglah, kamu tidak sendirian. Tidak apa-apa jika kamu belum tahu, tidak apa-apa jika kamu merasa tertinggal. Semua orang punya waktunya masing-masing.

Yang terpenting adalah kamu mau belajar, mau mencoba, dan tidak berhenti di tempat. Karena setiap langkah kecil yang kamu ambil hari ini, sekecil apa pun, akan menjadi pijakan besar untuk masa depanmu nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun