"Putriku sekarang lebih rajin dan kreatif" begitu kata Kaco R' ke tukang loak ...
"ini hasil kreasinya" sambil menunjuk pot-pot bunga yang tertata rapi di depan rumahnya, semua terbuat dari bahan-bahan bekas, ada yang dari botol plastik, kaleng cat, panci bekas, dan bahan-bahan bekas lainnya. "ini semua dikerjakan tanpa perintah dari saya" Kaco R' melanjutkan kalimatnya, tukang loak itu mengangguk-angguk pelan.
"Kurikulum merdeka" Kaco R' kembali mengeja kalimat itu dalam hati.
"Apa karena ini putrinya banyak mengalami perubahan positif?" Kaco R' bertanya ke dirinya.
"Profil Pelajar Pancasila" dengan sepotong ranting, Kaco R' menulis kalimat itu di atas tanah, tanpa dua kata di depannya.
Jika karena ini yang membuat anaknya menjadi lebih mandiri, kreatif, kritis, Â menghargai orang lain, serta lebih patuh dan sopan pada orang tua.Â
"Luar biasa"Â Â dalam sepi Ia meluapkan kekaguman pada putrinya.
Kaco R' menatap tempat sampah hasil karena anaknya, membayangkan  perubahan ini  terjadi juga pada 26 anak teman kelas putrinya, yang masih duduk di kelas 4 sekolah dasar negeri, yang usianya masih sepuluh an tahun.
Dari balik pembelokan jalan masuk ke rumahnya yang mulai menyempit, putrinya muncul sambil berlari-lari kecil, menenteng tas menuju kolong rumah. Seperti biasa, Kaco R' duduk di dipan reyot miliknya, kali ini memilih agak ke sudut tiang kanan bagian  belakang, sambil bersandar, kaki lurus ke depan, tanpa rokok dan se gelas kopi. Si bungsu mengucapkan salam, mencium tangannya. Putrinya meraih bangku, duduk agak lebih rendah. Kaco R' mengusap kepala anaknya, membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang.
"Tadi di sekolah belajarnya sangat menyenangkan" sambil memijit-mijit betis bapaknya  si bungsu bercerita tentang pengalaman belajarnya hari ini.Â
"Bu Guru lebih banyak menyampaikan pelajaran melalui permainan"Â