Mohon tunggu...
Ka_Pe_I II B
Ka_Pe_I II B Mohon Tunggu... -

Forum Bahasa dalam Menghadapi Tantangan Zaman

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mencermati Pemakaian Bahasa Indonesia Pada Majalah Berindo

21 Maret 2013   14:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:26 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Oleh Rahmah Novitasari

Siapa yang tidak kenal dengan majalah Berindo ini?

Majalah Berindo (Berita Indonesia) adalah sebuah media cetak yang khususnya mengkaji semua elemen yang ada dalam kehidupan bernegara khususnya Indonesia. Didalamnya mencakup tentang politik, hukum, budaya, hiburan, lingkungan, wisata, kesehatan dan sebagainya. Majalah ini hadir setiap satu bulan sekali. Kali ini saya akan menganalisa tentang pemakaian bahasa Indonesia dalam edisi 87, bulan Maret 2013.

Majalah Berindo menghadirkan sajian berita-berita yang akurat, mendalam, penuh gaya dan warna. Majalah berindo ini juga akan menyapa pembaca dengan sentuhan jurnalisme khas untuk selalu memberikan lebih dari sekadar berita. Apalagi ditunjang dengan kreatifitas visual yang progresif dan tidak konservatif. Majalah berindo selalu menyapa pembacanya karena pemanfaatan bahasa dan image yang ramah (tidak berdarah-darah), aktual dan informatif, membuat pembacanya memahami betul apa maksud dari tulisan berita tersebut, apalagi berita yang disajikan ringkas dengan topic-topik yang hangat, tidak membuat kening berkerut pastinya. Majalah ini bersifat Young and Friendly Magazine, tercemin dari penggunaan bahasa yang renyah dan sarat dengan unsur partisipasi publik, dan dan mampu menyajikan gaya hidup yang meliputi in depthnews, lifestyle, sport, dan entertainment. Penggunaan bahasa pada majalah ini sering dikaitkan dengan ejaan yang disempurnakan (EYD), ketentuan yang baku, rinci dan jelas. Jadi sangat jelas majalah ini sangat berbobot sekali untuk di hadirkan dalam kehidupan kita, selain mendidik juga mengajarkan gaya bahasa yang baik.

Dalam hal ini ada beberapa penggunaan bahasa ragam jurnalistik yang saya analisa dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan standardisasi bahasa Indonesia di majalah:

1. Batasi penulisan singkatan dan akronim, kecuali yang sudah populer di masyarakat. Singkatan atau akronim yang belum populer harus dijelaskan kepanjangannya dalam tanda kurung pada kesempatan pertama. Contohnya singkatan KPK di perjelas dengan (Komisi Pemberantasan Korupsi).

2. Jangan menghilangkan imbuhan, kecuali dalam judul. Memenggal awalan dapat dilakukan dalam penulisan judul, jika karena keterbatasan ruangan (kolom) atau untuk menjadikan judul lebih atraktif (lebih hidup). Misalnya, dalam judul boleh ditulis ” Real Madrid Tundukkan FC Barcelona 3-1″, namun dalam kalimat berita atau artikel ditulis menundukkan, bukan tundukkan.

2. Tulislah kalimat-kalimat dalam berita secara pendek-pendek, namun jelas mana unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Jadikan pedoman, satu gagasan dalam satu kalimat. Namun, kesingkatan jangan mengorbankan kejelasan. Prinsip singkat harus dikawinkan dengan prinsip jelas. Hindari penulisan kalimat majemuk yang beranak bercucu dalam berita sehingga menyulitkan pemahamannya.

3. Jauhkan diri penulisan ungkapan klise yang sering digunakan dalam transisi berita atau dalam penggantian alinea, misalnya sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui.

4. Hindari penulisan kata mubazir, misalnya adalah (kata kopula), telah (menunjuk masa lampau, bahwa (sebagai kata sambung). Dalam hal-hal tertentu mungkin kata-kata itu tetap digunakan, namun prinsip menghindari penulisan kata mubazir (dengan menghapus sepatah kata atau lebih, jika tidak mengurangi atau mengaburkan makna kalimat) harus selalu menjadi acuan. Kata mubazir lainnya misalnya namun demikian (cukup namun), contoh misalnya (cukup contoh atau misalnya), amat banyak sekali (cukup amat banyak atau banyak sekali)

5. Hindari kata asing dan istilah yang terlalu teknis-ilmiah dalam kalimat berita. Kalau terpaksa menggunakannya, kata itu harus disertai penjelasan arti atau maksudnya.

6. Pemilihan dan penggunaan kata atau istilah harus disesuaikan dengan logika bahasa dan kaitan makna kalimatnya. Misalnya, kapan digunakan kata-kata demikian ujarnya, kapan digunakan kata demikian selorohnyademikian kilahnya, demikian ungkapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun