Mohon tunggu...
Kanzi Pratama A.N
Kanzi Pratama A.N Mohon Tunggu... Lainnya - Salam hangat.

Jadikan membaca dan menulis sebagai budaya kaum intelektual dalam berpikir dan bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bagaimana Addis Ababa Berkembang Pesat?

8 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 8 Februari 2024   07:27 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada beberapa kasus, relokasi penduduk di pemukiman kumuh tidak dapat beradaptasi dan menyesuaikan aktivitas kehidupan mereka sebelumnya ke dalam kondominium baru sehingga tidak dapat mendukung peningkatan pendapatan informal. Hal ini disebabkan pemukiman kembali yang sedang berlangsung dari penyewa kebele dalam kota ke kondominium di pinggiran kota tidak berkelanjutan ketika mata pencaharian banyak relokasi telah terganggu sedemikian rupa sehingga mereka hampir tidak dapat membayar sewa unit kondominium mereka.

Dalam mempelajari perspektif penduduk berpenghasilan rendah, salah satu isu penting adalah siapa yang berhak menggunakan kota dan siapa yang diuntungkan dari akses ke ruang dan infrastruktur perkotaan, karena pusat kota mewakili pusat jaringan ekonomi dan sosial yang menjadi masalah adalah pertanyaan tentang siapa yang dapat diuntungkan jika dapat beroperasi di luar pusat kota. Mereka yang dianggap tidak memiliki hak atas ruang kota seperti penghuni liar seringkali mengandalkan hubungan informal dengan pejabat setempat untuk memperoleh status yang dapat diakui.

Berdasarkan logika ekonomi ruang, aliran dan infrastruktur fisik saat ini, jika orang miskin diusir dari pusat kota baik disebabkan oleh kenaikan harga sewa atau keinginan pemerintah untuk terlibat dengan pengembang swasta dalam menumbuhkan citra kota yang diakui secara internasional, maka tempat perlindungan perumahan untuk orang miskin di rumah kebele akan terhilang. Upaya pembaharuan menunjukkan bahwa daerah berpenghasilan rendah di dalam kota yang tergolong perkampungan kumuh jelas menawarkan peluang penyediaan hunian yang terjangkau. Untuk itu, gagasan "Shelter City" dijalankan yaitu melindungi orang miskin agar tetap dapat mengakses kota pasar, kota mewah, kota industri dan kota kondominium untuk memenuhi kebutuhan penduduk miskin dalam skala besar. Konsep shelter city adalah menekankan kesetaraan secara sosial artinya penduduk kaya tinggal berdampingan dengan penduduk miskin dan menawarkan pekerjaan informal kepada penduduk miskin.

Shelter city terdiri dari bangunan dua lantai -- tidak lebih -- dengan akses ke semua apartemen untuk memfasilitasi usaha rumahan. Ababa dicirikan oleh pembagian spasial antara kelompok pendapatan yang berbeda dibandingkan dengan campuran sosial khas yang mencirikan kota. Pembagian ini semakin diperkuat dengan infrastruktur transportasi fisik, yaitu konfigurasi sistem Ring Road dan Light Rail system yang memisahkan bagian-bagian kota yang berbeda.

Dukungan jaringan sosial diakui selama beberapa dekade sebagai jaringan sosial dan ikatan kerjasama yang penting untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup kaum miskin kota. Dari sudut pandang masyarakat miskin, kualitas perumahan yang rendah atau kondisi tempat tinggal yang sulit dan padat seringkali bukanlah masalah yang paling mendesak. Akses ke layanan pusat kota dan ruang perdagangan serta jaringan sosial yang mendukung sebagai sistem kesejahteraan informal seringkali lebih penting bagi pengalaman subjektif penduduk tentang kesejahteraan. Studi menunjukkan orang miskin sering mengisolasi dan kesepian sebanyak kekurangan ekonomi, itulah sebabnya mengapa orang miskin sering menginvestasikan banyak waktu dan upaya untuk memupuk ikatan dengan tetangga dan kelompok sosial lainnya.

Lingkungan Addis Ababa dicirikan oleh tingkat saling ketergantungan sosial-ekonomi yang tinggi di antara penghuninya yang difasilitasi oleh ruang bersama yang terjangkau di tingkat rumah tangga, kompleks dan permukiman. Pemuda tanpa dukungan keluarga di kota sangat rentan bahkan seringkali tidak memiliki status kependudukan resmi dan terpaksa berpindah dari satu tempat ke tempat lain sehingga data kependudukan merak menjadi tidak jelas. Dengan demikian, kebutuhan pemuda semacam itu tidak dapat dikenali oleh pemerintah kota setempat dan tetangga serta tuan tanah terdekat sebagai satu-satunya sumber dukungan yang dapat diandalkan. Di Addis Ababa, penduduk komplek dan lingkungan tersebar ke berbagai lokasi pemukiman yang bertentangan dengan keinginan mereka, misalnya lingkungan dalam kota Ababa didominasi oleh rumah kebele dan interaksi antara rencana induk Ababa dengan dampak tidak terduga di lapangan mengungkap ketegangan dinamis antara formalitas dan informalitas dalam konteks perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun