Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Tren Going Viral dan Cancel Culture Membentuk Tragedi Ekonomi

1 Desember 2023   19:43 Diperbarui: 2 Desember 2023   03:02 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cancel culture dan dampaknya. Sumber: iStockphoto/tumsasedgars via kompas.com

Akhir-akhir ini juga, banyak pengguna media sosial yang memanfaatkan platformnya untuk mengutarakan "kritik" atau "protes" terhadap seseorang, suatu usaha, atau perihal tertentu. Hal ini kemudian menjadi sorotan publik dan membentuk persepsi masyarakat. Populernya fenomena tersebut membuat beberapa orang menyebut generasi saat ini sebagai generasi yang viral-based problem solving. 

Di mana, mereka lebih nyaman melakukan komplain di media sosial, daripada langsung tertuju kepada pihak yang bersangkutan. Akibatnya, suatu masalah yang sifatnya personal malah menjadi buah bibir masyarakat dan menjadi "panggung" bagi pihak yang bersangkutan. Padahal, narasi publik yang dibuat belum tentu dapat menyelesaikan permasalahan mereka. Ketika konflik sudah terlanjur besar dan tidak dapat dihentikan, ini menjadi perkara yang berkepanjangan. 

Maka dari itu, narasi ekonomi dapat dikaitkan dengan beberapa bias perilaku dan heuristik. Framing terjadi ketika kita mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia, atau framed, dan bukan berdasarkan fakta itu sendiri. Affect heuristic adalah jalan pintas mental di mana orang yang mengalami emosi yang kuat, seperti ketakutan, cenderung memperluas perasaan tersebut ke peristiwa yang tidak berhubungan. 

"Terkenal" Tak Selamanya Menyenangkan di Era "Cancel Culture"

Fenomena "going viral" kemudian dapat memancing permasalahan baru yang lebih kompleks, yaitu got cancelled. Seperti pembunuh naga di kehidupan nyata, cancel culture telah dibantu dan didukung oleh media sosial untuk membantai tokoh-tokoh terkemuka di setiap industri di seluruh dunia. Meskipun hal ini digembar-gemborkan oleh banyak orang sebagai kemajuan positif di era modern, terdapat dampak baik dan buruk dari cancel culture terhadap bisnis dan politik. Untuk mengetahui akar masalah ini, kita harus menganalisis budaya pembatalan bukan melalui mikroskop sosial, namun melalui mikroskop ekonomi.

Definisi umum dari cancel culture adalah hilangnya dukungan terhadap suatu tokoh atau kelompok setelah mereka menyampaikan pendapat, perasaan, atau perilaku yang tidak pantas atau dipertanyakan secara obyektif. 

Film Budi Pekerti menggambarkan fenomena "cancel culture" yang dengan bengis memutus harapan seseorang dan keluarga. Jahatnya narasi publik yang dapat menghakimi seseorang tanpa mengetahui kebenaran dibaliknya. Banyaknya kasus viralitas yang menjadi salah serta film Budi Pekerti menjadi sebuah pembelajaran untuk kita agar dapat lebih bijak dan berhati-hati dalam membentuk suatu narasi publik, terutama narasi ekonomi. 

Diulas oleh: Aiko Putri Fauzi | Ilmu Ekonomi 2022 | Staff Divisi Kajian Kanopi FEB UI 2023

Referensi

Narrative Economics | PIMCO. (n.d.). Pacific Investment Management Company LLC. 

Pisani, B. (2019, October 16). Robert Shiller says economic stories like fears of a recession can go viral and be self-fulfilling. CNBC. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun