Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Tren Going Viral dan Cancel Culture Membentuk Tragedi Ekonomi

1 Desember 2023   19:43 Diperbarui: 2 Desember 2023   03:02 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cancel culture dan dampaknya. Sumber: iStockphoto/tumsasedgars via kompas.com

"Ini bulan paling berat untuk kita, tapi buat orang lain, ini cuma satu notifikasi, Ma,"

Begitu kata Muklis, salah satu karakter dalam film Budi Pekerti. Film Budi Pekerti kini tengah menarik perhatian khalayak ramai semenjak penayangan perdananya. Bagaimana tidak, film karya Wregas Bhanuteja ini dinilai menjadi film yang sangat brilian dengan menyajikan cerita yang sangat relevan dan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Memilih pandemi Covid-19 sebagai latar waktu, film ini menyorot tentang masifnya penggunaan media sosial dan dasyatnya pengaruh suatu narasi yang dibentuk di media sosial terhadap kehidupan seseorang, bahkan kehidupan suatu rumah tangga keluarga. 

Dengan sentuhan personal, film ini berhasil membuat penonton merasa dekat dengan karakternya. Terutama Bu Prani, diperankan oleh Sha Ine Febriyanti yang membawa keseleruhan cerita. Di film ini, diceritakan Bu Prani, seorang guru BK, yang berambisi untuk naik jabatan menjadi kepala sekolah. Ambisi ini menguat lantas situasi yang sedang dihadapi keluargnya, di mana Bu Prani harus segera naik gaji untuk menghidupi keluarganya, mulai dari membayar kontrakan sampai membayar pengobatan suaminya yang mengalami depresi. Namun, mimpinya seketika sirna akibat konflik yang dihadapinya saat hendak membeli kue putu yang sedang "viral" di pasar. 

Bu Prani "diviralkan" ketika sedang mengonfrontasi salah satu pelanggan lain yang menyelak antrean. Aksi ini tertangkap kamera dan disebarluaskan. Dalam video tersebut, Bu Prani terlihat mengumpat kepada penjual kue putu, Bu Rahayu, yang merupakan orang tua. Walaupun telah berkali-kali mencoba meluruskan kesalahpahaman, opini netizen tetap tidak memihak Bu Prani. Framing yang terbentuk di media sosial membentuk masalah yang kian membesar. Sampai pada akhirnya, citra Bu Prani tidak berhasil diselamatkan, begitu juga dengan reputasi anak-anaknya, Muklis dan Tita, yang ikut turun dengan adanya konflik itu.

Berawal dari pertengkaran biasa di pasar hingga menjadi masalah yang sangat besar dan kompleks. Bu Prani pasti tidak menyangka bahwa celotehan yang ia utarakan di pasar bisa membawanya dan keluarganya ke tepi jurang.

Film Budi Pekerti menunjukkan realita kejam dari zaman modern ini. Begitu mudahnya narasi yang dibuat seseorang di media sosial mengubah hidup orang lain. Pada artikel kali ini, kita akan mengkaji lebih jauh tentang narrative economics dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: apa yang membuat narasi menjadi viral dan bagaimana ini berlaku terhadap teori ekonomi?

sumber. dokpri
sumber. dokpri

Mengapa Narasi Ekonomi Mudah Menyebar seperti Wabah Penyakit?

Terlepas dari benar atau salahnya, narasi dapat menggerakkan perekonomian dengan memengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Dalam bukunya yang baru diterbitkan, Narrative Economics, Robert J. Shiller, ekonom pemenang hadiah Nobel dan spesialis behavioral finance, meletakkan dasar untuk memahami bagaimana narasi ini membantu mendorong peristiwa ekonomi.

Shiller yakin kita harus meluangkan lebih banyak waktu untuk mempelajari mengapa beberapa narasi ekonomi "menjadi viral." Penggunaan istilah medis "virus" dan "penularan" untuk menggambarkan cara kita menyampaikan dan menyebarkan narasi adalah hal yang disengaja. Shiller mengatakan inilah saatnya untuk mulai memikirkan narasi-narasi ini sebagai bentuk penyakit yang ditularkan dari mulut ke mulut dan mengikuti model penularan yang dijelaskan oleh para ahli epidemiologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun