Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Udang Tak Tahu Bungkuknya(?): Menguak Industri dengan Potensi Terbesar

13 Mei 2022   19:39 Diperbarui: 18 Mei 2022   04:53 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses sortir udang vaname di salah satu sentra tambak di Belinyu, Bangka, Senin (12/10/2020). (Foto: KOMPAS.com/HERU DAHNUR) 

Jika harga barang naik, kesediaan pembeli untuk membeli barang tersebut akan menurun. Dengan model ini, kita akan memasukkan fungsi permintaan ekspor udang (seperti harga udang domestik, harga ekspor udang ke negara tujuan, nilai produk domestik bruto negara tujuan, dan produksi udang domestik segar) pada contoh pasar yang sudah diteliti sebelumnya, Uni Eropa.

Tabel Diolah oleh kanopi_febui
Tabel Diolah oleh kanopi_febui

Di Uni Eropa, besarnya elastisitas pada jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan jangka pendeknya, kecuali perubah harga ekspor dan produksi udang segar. 

Nilai elastisitas yang terbesar dimiliki oleh harga udang domestik, produksi udang, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diantara empat fungsi diatas yang masing-masing sebesar 5,2509; 4,4434; dan 0,7620. 

Hal ini mengindikasikan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi ekspor udang  ke Eropa dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah harga udang domestik,(Asnawi, 2021). 

Ada pula baiknya jika Pemerintah melakukan pencarian pasar baru untuk meningkatkan ekspor udang segar karena berdasarkan analisis di atas pasar udang segar ke Eropa sudah mengalami kejenuhan. 

Kesimpulan yang diambil dari Uni Eropa ini juga berlaku kepada dua negara terbesar penerima eksportir lainnya, yaitu Jepang dan Amerika--karena memiliki angka yang relatif dekat. 

Selain itu, mendorong upaya pengembangan diversifikasi pasar tujuan ekspor dan  jenis produk berbasis komoditas unggulan perikanan utama akan membantu juga meningkatkan ekspor. 

Konsekuensi negatif lingkungan juga harus diperhatikan, layaknya yang sudah terjadi di garis pantai Jawa. Laju perkembangan pesat budi daya udang vaname d isana telah menambah pembukaan lahan pesisir pantai dan kebutuhan pupuk, pakan, dan bahan kimia untuk menopang keberlangsungannya kegiatan.

Setelah itu semua, sangat memungkinkan dengan berjalannya waktu, produksi dari budi daya udang akan lebih besar. Semua ambisi dan langkah akan diambil demi mengklaim kembali secara penuh takhta kita sebagai penguasa maritim.

References:

Amelia, F., Yustiati, A., & Andriani, Y. (2021). Review of Shrimp (Litopenaeus vannamei (Boone, 1931)) Farming in Indonesia: Management Operating and Development. World Scientific News, 158, 145--158

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun