Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bonanza Kripto di Antara Kita

20 Agustus 2021   18:30 Diperbarui: 20 Agustus 2021   18:38 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga hari lalu, kita baru merayakan milad kemerdekaan ke-76. Sebuah hari di mana bangsa kita terbebas dari penjajahan bangsa lain dan berdiri sendiri sebagai sebuah republik. Untuk sekali waktu, kita senada dalam suatu rasa syukur yang bersemi karena merdeka.

Selain syukur, ada sesuatu lain yang bersemi di antara kita. Namun dia bukan cinta. Jangankan begitu, senada saja tidak. Ada yang setuju dan diuntungkan besar-besaran dari berseminya sesuatu ini. Namun ada pula yang dirugikan dan mencak-mencak karenanya. Bisa menebak apa sesuatu yang dimaksud? Namanya adalah kripto alias cryptocurrency.

Secara harfiah, cryptocurrency adalah mata uang digital yang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa berlandaskan pembukuan daring sebagai pengaman transaksi. Pertukaran kripto umumnya terjadi untuk mengejar laba maksimum. Tidak heran jika nilai kripto bisa melambung setinggi langit (Royal & Voight, 2021). Apalagi penggunaannya juga semakin ekstensif, sampai ShopeePay juga masuk ke dalamnya.

Tidak aneh kalau ada banyak orang yang diuntungkan darinya. Menurut Phillips (2021), tercatat ada 25 dompet Bitcoin dengan jumlah isi lebih dari US$1 miliar di dunia. Kemudian ada puluhan orang yang masuk ke dalam daftar miliuner Forbes karena menjadi pebisnis kripto. Tidak heran jika mereka menjadi promotor agresif dari investasi kripto sebagai aset berjangka.

Akan tetapi, ada juga banyak orang yang dirugikan. Di tengah kondisi panas rezeki seperti sekarang, melihat potensi keuntungan ribuan persen dalam waktu singkat jelas menggoda iman. Namun sayang, godaan tersebut dituruti tanpa pengetahuan soal kripto yang cukup. Bukannya untung, mereka malah menjadi buntung. In a big way.

Sebagai gambaran, sempat ada satu konten yang viral di TikTok Indonesia pada akhir Juni 2021. Video itu berisi seorang pria yang sedang termenung di pojokan kantor, lalu berguling-guling di lantai dengan gestur tidak wajar. Ternyata si pria baru saja ditinggal oleh calon istrinya karena merugi besar di aset kripto. Lebih parahnya lagi, dia menggunakan seluruh modal pernikahannya untuk hal tersebut. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

Namun apalah daya. Jutaan orang Indonesia telanjur memilih dengan dompetnya untuk memandang kripto sebagai sebuah bonanza. Jika tidak, mana mungkin transaksi kripto naik dari Rp65 Triliun menjadi Rp370 Triliun? Itu adalah kenaikan selama kurun waktu Desember 2020-Mei 2021 (Sari, 2021). Naik hampir 6 kali lipat dalam 6 bulan!

Terlebih lagi, jumlah investor kripto juga naik drastis seperti roket. Pada akhir 2020, jumlahnya baru 4 juta orang. Tebak berapa angkanya pada Mei 2021? Ada 6,5 juta orang (Sari, 2021). Kenaikan jumlah investor sebanyak 62,5% ini jelas menunjukkan keberadaan sebuah bonanza yang masif.

Selain masif, bonanza kripto juga liar. Dia bak keriaan besar yang berlangsung live 7 X 24 jam. Tidak ada kata tidur bagi pergerakan pasar kripto di seluruh dunia. Maka, jangan heran kalau banyak trader kripto yang tidak bisa tidur. Mereka takut ketinggalan momentum volatilitas yang berpotensi menguntungkan. Begitu pula sebaliknya, mereka takut dibanting oleh volatilitas yang tak kenal batas ampun.

Keliaran tersebut menciptakan sebuah perdebatan baru. Bagaimana seharusnya respons pemerintah terhadap volatilitas kripto? Sejauh ini, ada tiga arus jawaban: Larang seperti Tiongkok, akui dan atur sebagai aset berjangka seperti Indonesia, atau akui sebagai alat transaksi seperti El Salvador.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun