Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seratus Tahun Partai Komunis Tiongkok: Nelangsa di Balik Kebesaran Tirai Bambu

9 Juli 2021   19:10 Diperbarui: 9 Juli 2021   21:49 1870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The China of Today

Perekonomian Tiongkok saat ini berada pada periode yang mengkhawatirkan. Faktor-faktor yang dahulu menyebabkan ekonominya tumbuh kini tidak dapat lagi dijadikan sumber pertumbuhan yang dapat diandalkan. Pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19 baru saja dimulai. Tiongkok menghadapi lingkungan yang semakin kompetitif dan ganas di pasar internasional, terutama dengan Amerika Serikat.

Terlebih lagi, tanah merupakan sumber daya yang terbatas dan setelah mengandalkan tanah sebagai insentif pembangunan selama puluhan tahun, daya jual tanah tidak dapat meningkat lebih jauh lagi. Korupsi dan suap telah mencapai tingkat yang merugikan masyarakat luas. Sedangkan, utang yang dimiliki Tiongkok semakin berbahaya dengan fakta bahwa jumlah utang perusahaan yang gagal dibayar pada kuartal pertama 2021 mencapai 74,75 miliar Yuan, melebihi dua kali lipat dari periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Tidak ada jalan keluar yang mudah dari seluruh permasalahan ini. Sulit bagi Tiongkok untuk dapat menangani permasalahannya dengan dunia internasional dalam sekejap. Sulit pula bagi korupsi dan suap di Tiongkok untuk hilang hanya dengan kampanye antikorupsi. Bahkan, lebih sulit lagi bagi Tiongkok untuk mengurangi tingkat utang mereka tanpa menurunkan pertumbuhan ekonomi. Seluruh permasalahan ini semakin diperparah dengan fakta pemulihan ekonomi Tiongkok dari pandemi membongkar struktur ekonomi Tiongkok yang tidak lazim serta tidak seimbang dan demografi penduduk yang menua.

Seluruh permasalahan yang dihadapi Tiongkok sesungguhnya dapat ditangani apabila PKT memiliki niat yang kuat. Tetapi, alih-alih menawarkan solusi nyata, PKT malah sibuk membual soal 850 juta penduduk Tiongkok terbebas dari kemiskinan absolut, ketika 400 juta dari penduduk miskin absolut tersebut disebabkan kebijakan mereka sendiri 10 tahun sebelumnya! PKT memamerkan kondisi kemakmuran, padahal kemakmuran tersebut hanya dirasakan oleh 1% penduduk terkaya yang memegang 35% dari kekayaan negara, sementara lebih dari separuh penduduknya merupakan pekerja yang dieksploitasi oleh perusahaan.

Bahkan, PKT berbohong saat mengatakan akan menghormati hak kepemilikan pribadi ketika mereka secara paksa menempatkan anggota partai di dalam dewan direksi perusahaan swasta dan merebut properti intelektual perusahaan asing dengan meniru teknologi mereka. Lebih lanjut, tidak ada yang lebih membingungkan dari PKT yang menyatakan akan menjadi simbol perlawanan Asia melawan hegemoni Barat ketika 1,4 miliar penduduknya masih hidup di bawah pembungkaman negara dan aksi penyensoran.

Menangani masalah fundamental ekonomi Tiongkok membutuhkan lebih dari sekadar retorika dan propaganda. Di umur mereka yang telah mencapai satu abad, Partai Komunis Tiongkok tidak seharusnya mengklaim segala hal baik tentang Tiongkok sebagai jasa mereka. Kenyataannya, elit partai dan para konglomerat menikmati hidup makmur sementara ratusan juta penduduk harus berjuang sekadar untuk bertahan hidup saja. Mereka telah menciptakan suatu sistem ekonomi dengan daya saing tinggi, namun dengan mobilitas ekonomi yang rendah. Kondisi ini diperparah dengan karakter PKT yang kerap melanggar aturan internasional yang berlaku. Pada akhirnya, hanya rakyat Tiongkok yang menerima penderitaan dan konsekuensi dari sistem yang dibuat oleh PKT.

Berapa Lama Lagi?

Bagaikan burung dalam sangkar yang mengira kemampuan terbang adalah suatu penyakit,  demikianlah Partai Komunis Tiongkok berpikir bahwa demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia tidak bernilai di hadapan kesejahteraan material yang ditawarkan penindasan represif dan apatisme kolektif. Demikianlah mereka menyiksa Tiongkok dengan memberi nelangsa tak bertepi. Seiring musim berlalu, rakyat resah menanti kebebasan hakiki![1] [2] [3]

Selamat Ulang Tahun, Partai Komunis Tiongkok.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun