Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money

Nilai Agamis: Katalis Tak Terduga Pertumbuhan Ekonomi?

17 Mei 2019   19:51 Diperbarui: 17 Mei 2019   20:56 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagai belati bermata dua, tentu konsekuensi dari diterapkannya nilai-nilai agamis dalam aktivitas sehari-hari tidaklah hanya berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Barro dan McCleary pada tahun 2003  melakukan penelitian matematis menggunakan regresi terhadap hubungan antara nilai agama dengan pertumbuhan ekonomi. 

Pertumbuhan ekonomi dalam kasus ini diwakilkan oleh 4 faktor yaitu; PDB per kapita, jumlah pendidikan yang didapatkan, tingkat urbanisasi, angka harapan hidup, dan pembagian populasi berdasarkan umur (diatas 65 tahun dan dibawah 15 tahun). Di sisi lain, nilai agama direpresentasikan oleh jumlah kehadiran di gereja dan juga kepercayaan terhadap ranah diluar nalar duniawi seperti neraka, surga, akhirat, dan konsep ketuhanan.

Metode regresi menunjukkan dua hasil yang bertolak belakang. Perihal kehadiran di gereja, hasil regresi menunjukkan korelasi negatif antara kedua variabel tersebut. Dengan asumsi bahwa nilai-nilai keagamaan merupakan variabel yang konstan, semakin banyak jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk menghadiri gereja, semakin tidak produktif secara ekonomis karena variabel output yaitu nilai keagamaan adalah konstan. Namun, perihal dampak terhadap nilai ekonomis, hasil tersebut bisa saja menorehkan kesimpulan yang berbeda. Apabila kehadiran di gereja meningkatkan nilai-nilai keagamaan bersifat pro-perkembangan yang dipegang erat oleh individu, maka individu tersebut pun akan lebih produktif secara ekonomis. Nilai moral dalam sukma individu seperti kejujuran, etos kerja, dll. dapat diajarkan oleh agama dan tentu meningkatkan martabat individu sebagai sumber daya manusia (SDM) secara kuantitatif. 

Penggiringan konstruksi fundamental individu secara ruhaniah tentu merupakan secuil besar dari katalis reformasi ekonomis. Namun, daya agama sebagai pemercik transformasi positif sumber daya manusia juga tidak dapat diragukan melalui pemberian stimulus peningkatan pada irisan mendasar kognitif manusia -- literasi.

Literasi Ketuhanan Menuju Kompetensi Kehidupan

Agama sebagai alat transformasi individu bukanlah guyonan belaka. Reformasi spiritual ternyata memberikan dampak riil terhadap peningkatan kualitas individu sebagai human capital. Peningkatan kualitas SDM tentu merupakan determinan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara berhubung SDM merupakan salah satu faktor input fundamental dalam menghasilkan output.

Nilai agama secara tersirat memberikan stimulus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara mendorong kemampuan dan kebolehan literasi. Insan yang beragama akan terdorong untuk belajar membaca literasi spiritual yang lalu menambah daftar kebolehan mendasar yang dibutuhkan oleh pekerja, lalu terdorongnya seorang individu untuk meningkatkan kompetensi literasinya akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap edukasi.

Tentu, dengan mengenyam pendidikan formal sampai jenjang tertentu akan meningkatkan martabat sumber daya manusia pula melalui peningkatan nilai individu secara ekonomis. Berdasarkan "Human Capital Theory" , peningkatan nilai ekonomis individu dapat dinilai dari kemajuan individu terkait dalam hal produktivitas saat melakukan pekerjaan dan secara langsung mempengaruhi kesejahteraan mereka sendiri dengan mendapatkan imbalan berupa gaji yang sesuai.

Relasi riil secara langsung antara jumlah jenjang pendidikan yang didapatkan dengan agama seseorang digambarkan dalam jurnal tahun 2007 oleh Niels-Hugo Blunch berjudul "Religion and Human Capital in Ghana" dengan model ekonomis sederhana berikut:

Yi = Y(Ri, Oi),

Di mana Yi (jumlah pendidikan yang didapatkan oleh individu i dalam jumlah tahun  atau jumlah jenjang yang diselesaikan) merupakan fungsi dari Ri (agama yang dianut oleh individu tersebut) dan Oi (karakteristik individu yang terkait seperti jenis kelamin, umur, dll.).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun