"Kalau saya menyebut beberapa nama itu, bukanlah sebuah puja puji tak bermakna. Akan tetapi ini sebuah apresiasi karena para Kompasianer secara keseluruhan telah berkontribusi pada jejak kekompasianeran saya"
Ini tidak mengada-ngada. Saya tidak lebay.
Saya pernah nulis di kanal "Novel" dengan judul "Cecep dan Jakarta". Saya mau cerita sedikit tentang proses penulisannya sampai tayang di Kompasiana.
Awalnya saya iseng-iseng menulis Cerpen sekedar untuk variasi, hitung-hitung sebagai refreshing dari kategori yang biasanya. Saya minta istri membaca dan menilainya. Dia menyarankan untuk minta orang lain membaca. Mungkin dia nggak sampai hati mau bilang jelek. Â Saya benar-benar tidak pede untuk sekedar meminta tolong orang lain membaca dan menilainya. Kira-kira sebulan draftnya nongkrong di parkiran hard disk saya.
Akhirnya saya memberanikan diri kirim drafnya kepada Bung Edward Horas yang saya anggap sebagai "Mbahnya" kanal cerpen di Kompasiana. Alhamdulillah dapat sambutan hangat. Sambil deg-degan saya tunggu komentarnya. Tidak lama draft hasil koreksi sudah kembali ke saya, dengan tambahan beberapa saran, diantaranya mengganti judul dan memasukkan ke kanal novel bukan ke kanal cerpen. Tentu dengan alasan-alasan yang masuk akal. Sebagai "anak bawang" saya ikuti semua koreksi dan saran yang diberikan oleh Bung Edward. Dan hasilnya, tayang di kanal novel dengan label pilihan.
Kalau tulisan ini menjadi penutup tulisan saya di April 2021 dan menjadi pengantar tulisan-tulisan berikutnya, maka jika setelah ini muncul tulisan-tulisan saya tentang kisah perjalanan saya dari sisi yang lain, anggaplah sebagai paket berbagi inspirasi yang mudah-mudahan bisa bernilai manfaat bagi pembaca. Semoga .......... >|
