Mohon tunggu...
Uwes Fatoni
Uwes Fatoni Mohon Tunggu... Relawan - Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia

Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia. Pernah mengunjungi Amerika Serikat sebagai visiting Researcher di (UCSB (University of California at Santa Barbara) Amerika Serikat. Pengalaman menunaikan ibadah Haji Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suka Duka Jadi Pengawas UN (4) Protes Honor

19 April 2013   10:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:57 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman Pengawas UN Tingkat Satuan Pendidikan Kejar Paket C di Kota Bandung Pengalaman Duka terakhir berkaitan dengan honor sebagai pengawas satuan. Melihat judul tulisan anda pasti sudah memperkirakan kemana arah tulisan ini. Namun, terlebih dahulu saya perlu menginformasikan bahwa saya dan teman-teman pengawas Paket C di Kota Bandung bukan mempermasalahkan uang tapi kami lebih memperhatikan rasa keadilan kami yang dilanggar oleh panitia UN tingkat Kota Bandung dan Provinsi. Sebagaimana saya ungkapkan dalam tulisan Suka Duka Jadi pengawas UN (1) saya mendapatkan SK sebagai pengawas UN satuan pendidikan Kejar Paket C yang dilaksanakan selama 5 hari dari 14 sampai 18 April 2013. Satu hari pertama menurut Pa Azis ketua panitia UN kota Bandung dalam sosialisasi di Aula Unpas dilakukan untuk survei lokasi dan perkenalan ke sekolah waktunya antara hari rabu sampai sabtu (10-13/4) dan empat hari berikutnya untuk kegiatan sesuai jadwal UN Paket C yang pelaksanaannya pada siang hari (lihat cerita saya dalam Suka Duka Jadi Pengawas UN 2).

SK yang saya terima yang ternyata "Salah"

Ini berbeda dengan Pengawas UN SMK yang hanya 4 hari (satu hari persiapan 3 hari pelaksanaan UN). Bahkan mereka hanya mengawas 3 mata pelajaran di tiga hari tersebut. Sedangkan pengawas UN SMA selama 5 hari (satu hari survei 4 hari pelaksanaan) harinya memang sama tapi beban mereka lebih sedikit. pengawas UN SMA hanya mengawas 6 mata pelajaran mereka sudah santai jam 11 siang. Sedangkan saya sebagai pengawas Paket C mengawas 7 mata pelajaran dan seringkali baru selesai tugas setelah Isya. Melihat kondisi tersebut sebagai manusia wajar bila kemudian kami berpikir bahwa honor akan lebih baik dari pengawas UN SMA, minimalnya sama. Namun harapan itu jauh dari kenyataan. Selesai kegiatan UN yang manajemen informasinya di tingkat subrayon kacau balau (lihat tulisan Suka Duka Jadi Pengawas UN 3) kami bergerak ke kampus Unpas Taman sari. Dengan secarik kertas voucher dari koordinator subrayon saya masuk ke ruang panitia UN di gedung FKIP. Ternyata saya yang duluan sampai di sana. Saya lalu menyerahkan voucher tersebut dan membubuhkan tandatangan terakhir untuk honor. hehe... Selesai tanda tangan saya terima amplop dan saya lirik tulisan di atasnya. Sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal, saya heran kok honor pengawas UN paket C sama dengan honor pengawas UN SMK yang dihitung 4 hari? Tidak lama kemudian berdatangan para pengawas paket C yang lain dan menanyakan berapa honor yang diterima. Dengan nada masygul saya sebutkan jumlahnya. Mereka  langsung protes kepada panitia juru bayar. Jawabannya sangat klise. "Saya hanya menjalankan tugas pak, Dari sananya sudah segitu sesuai POS UN". Beruntung ada salah seorang pengawas dosen berasal dari Unpas. Ia kemudian berinisiatif ingin menanyakan langsung kepada ketua panitia kota Bandung. Ia telepon langsung pa Azis Lukman.  Diseberang telepon terdengar suara ramah pa Azis yang siap untuk bertemu dengan para pengawas paket C yang hanya berjumlah 8 orang. Ia sedang dalam perjalanan setelah selesai monev dari SMA 8 . Diperkirakan butuh waktu satu jam menuju unpas taman sari. Kami menunggu di depan ruang dekan FKIP, sambil ngobrol ngaler ngidul mengevaluasi dan membandingkan pengalaman menjadi pengawas UN di antara kami. Kami sepakat akan menyampaikan masalah honor sekaligus juga manajemen subrayon yang amburadul. beruntung FKIP menyiapkan makanan dan minuman sehingga kami sedikit terobati dengan keramahannya. Setengah jam kemudian pa azis datang dan ia pun duduk bersama kami. Terlihat keramahan pribadinya dan tutur katanya yang khas, lebih senang menggunakan bahasa Sunda halus ketika berbicara. Perwakilan dari kami, Pa Dian akhirnya berbicara mengungapkan kedua kekecewaan di atas. Untuk masalah manajemen pa Azis bisa menerima masukan dari kami. sedangkan untuk masalah honor, ia tidak bisa menjawab dengan tegas. Dalam pandangannya itu kebijakan panitia UN pusat dan sudah ada dalam POS. Ia juga kaget dengan anggaran yang disediakan oleh panitia pusat yang hanya 4 hari. Ia perlihatkan anggaran biaya pengawasan UN Kota Bandung. Menurutnya itu terbuka untuk dilihat oleh siapa saja yang berkepentingan. Akhirnya saya simpan sebagai bukti yang akan saya postingkan ke Kompasiana. Malam hari ia mengirimkan sms, memohon maaf dan meminta lembaran anggaran tersebut jangan disebarluaskan. Di bawah ini Saya tampilkan saja foto yang menunjukkan hari. sedangkan jumlah honornya saya tutupi

1366341710658382857
1366341710658382857
Anggaran Pengawasan UN Kota Bandung

Ia juga mengakui bahwa SK yang diberikannya yang menyebutkan 5 hari untuk pengawas UN satuan pendidikan kejar paket C adalah salah. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena anggarannya hanya 4 hari. Ia telepon ketua UN pusat dan jawabannya menjengkelkan "Tos sakitu anggaran nana ge". Pa azis kemudian memberikan alternatif Unpas akan memberi talangan. Namun, itu bertentangan dengan aturan, dana UN tidak boleh ada talangan. "teu langkung ayi wae"  kutip pa azis jawaban dari ketua UN pusat. Tentu saja ia juga jengkel, sebab menurutnya bukan lagi urusan administrasi tapi sudah berhadapan dengan orang, pengawas dari Perguruan Tinggi yang sangat kritis dengan berbagai ketidakadilan. Saya menyampaikan kepada beliau bahwa saya memberikan kepercayaan kepada pa azis untuk memperjuangakan hak kami. Tapi kalau tidak bisa, apa boleh buat, lebih baik saya tidak menerimanya dari pada nanti jadi temuan BPK/KPK. Dalam pemikiran saya inilah carut marut manajemen UN. Bagaimana kementerian Dikbud bisa menghargai perasaan siswa yang ujiannya diundur, kami saja rekanan yang ikut berjuang mensukseskan kegiatan UN ini tidak dihargai. Saya jadi teringat dengan protes yang juga sama dilakukan oleh pengawas ruang tadi siang di SMPN 13. mereka memprotes kenapa honornya lebih kecil dari mengawas biasanya. dan Jawaban dari dinas pendidikan juga sama seperti panitia UN, "yang dianggarkan hanya segitu oleh pusat". Terkesan sangat birokratis dan tidak empatik. Jangan-jangan itu juga bentyuk diskriminasi anggaran yang sama pada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan UN Kejar Paket C. Kesimpulan pertemuan tersebut 7 orang pengawas yang belum menukarkan voucher menyerahkan vouchernya kepada pa azis dan minta beliau untuk menyelesaikannya dengan sebaik mungkin. Mereka menolak untuk mencairkan honornya sebelum ada kepastian berapa honor yang berhak mereka terima. Karena saya sudah mengambil honornya jadi saya menyampaikan tidak akan mengembalikan honor yang sudah diterima. Kalau ada tambahan syukur, kalau tidak ya tidak apa-apa. Saya kira panitia UN kota bandung bisa memperjuangkan hal ini dengan segera. Sebab Ini bisa jadi masalah nasional. Bukankah pengawas kejar paket C ini ada di tiap kabupaten dan kota seluruh Indonesia bukan hanya di Bandung. Salah seorang pengawas dosen dari STSI sempat menyampaikan ke saya bila ini tidak ditanggapi dengan bijak oleh panitia UN maka lihat saja akan muncul kabarnya di surat pembaca Pikiran Rakyat. Saya bilang "Sepakat". Kalau saya cukup diinfokan saja di kompasiana. Biar Anda kompasiener bisa membacanya lebih dulu. Bagaimana tanggapan Anda. Bila ada 100 orang kompasiener yang mengomentari tulisan terakhir ini, info terbaru protes honor tersebut akan saya ceritakan dalam tulisan berikutnya "Suka Duka Jadi Pengawas UN (5) Penutup". Komentarnya saya tunggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun