Mohon tunggu...
Uwes Fatoni
Uwes Fatoni Mohon Tunggu... Relawan - Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia

Peneliti kajian komunikasi, media, jurnalistik dan Islam Indonesia. Pernah mengunjungi Amerika Serikat sebagai visiting Researcher di (UCSB (University of California at Santa Barbara) Amerika Serikat. Pengalaman menunaikan ibadah Haji Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hawaii: Negeri Pelangi yang Cinta Indonesia

4 April 2014   00:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:07 7192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Peserta SPAS Graduate Conference UHM Honolulu dalam acara pembukaan 2 April 2014 (Foto Koleksi Panitia)"][/caption]

Mendengar nama Hawaii Anda pasti langsung tertuju ke lokasi wisata di Amerika. Benar, Hawaii adalah kepulauan di Samudera Pasifik, salah satu negara bagian Amerika Serikat. Kepulauan yang ditemukan oleh James Cook tahun tahun 1778 ini sangat dikenal sebagai kota tujuan wisata warga Amerika dan juga Asia karena berada tepat di tengah-tengah antara Los Angeles dan China.

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Pantai Waikiki Hawaii (sumber www.aloha-hawaii.com)"]

13965213651990535080
13965213651990535080
[/caption]

Hawaii terlihat unik karena penduduk aslinya, Hawaiian, suku bangsa Polinesia, memiliki kebudayaan yang cukup tinggi. Dinasti Kamehameha, penduduk asli Hawaii pernah menjadi penguasa di kepulauan ini sebelum kemudian menghilang di abad ke-19. Hawaii kemudian menjadi salah satu negara bagian Amerika tahun 1900. Berbeda dengan suku bangsa Indian di daratan utama Amerika yang sekarang kebanyakan tinggal cerita, orang Hawaii saat ini masih tetap eksis, masih bisa ditemu dan budaya mereka juga terjaga dengan sangat kuat. Ini ditunjang juga dengan status Hawaii sebagai kota wisata, sehingga budaya tetap dijaga dengan baik untuk menjadi "barang jualan" promosi pariwisata. Kalau di Indonesia sama seperti Bali.

Di antara budaya Hawaii yang masih dijaga adalah tarian khasnya, Hula-hula. Ini adalah tarian khas penduduk asli Hawaii yang diiringi dengan lagu yang disebut dengan "mele". Tarian Hula berdasarkan alat musiknya dibagi menjadi dua: Kahiko dan 'Auana. Hula Kahiko adalah tarian yang diiringi dengan nyanyian dan alat musik tradisional. Sedangkan Hula "Auana adalah tarian Hula yang diiringi dengan alat musik bercampur barat seperti gitar ukulele dan kontrabass. Meski sudah dipengaruhi alat musik barat, Tarian Hula tetap terjaga kekhasannya sebagai tarian tradisional khas Hawaii.

Bahasa Hawaii juga banyak digunakan dalam keseharian. Ungkapan yang paling banyak dipakai adalah ucapan Aloha dan Mahalo. "Aloha" adalah sapaan ketika bertemu atau memulai pembicaraan dalam sebuah pertemuan bermakna halo. Sedangkan "Mahalo" ungkapan untuk ucapan terima kasih. Ketika pertama kali sampai di Bandara Honolulu, pengumuman petugas banda banyak menggunakan kedua ungkapan ini Aloha di awal dan Mahalo di akhir pengumuman. Unik sekali

[caption id="attachment_329916" align="aligncenter" width="512" caption="Tarian Hula-Hula Kahiko, Tarian Khas Hawaii dengan alat musik tradisional. Tarian ini dipertunjukan dalam pembukaan acara SPAS Graduate Conference (Sumber foto : Koleksi pribadi)"]

13965216091799441857
13965216091799441857
[/caption]

Hawaii juga dikenal dengan keindahan daerahnya. Di sini cuaca sangat berbeda dengan di negara bagian Amerika lainnya. Setiap hari di Hawaii adalah musim panas. Cahaya matahari menyinari pulau ini sepanjang tahun. Hampir setiap hari juga turun hujan rintik-rintik, bahkan terkadang hujan turun bersamaan dengan matahari yang masih bersinar. Hujan jenis ini dalam Istilah orang Sunda disebut "hujan poyan". Saya awalnya keheranan, kok bisa ada hujan seperti itu. Kata supir taksi yang membawa saya dari Bandara Honolulu, setiap hari memang seperti ini. Maka kalau Anda berkunjung ke Hawaii pasti akan sering melihat pelangi. Karena sering muncul pelangi plat nomor mobil Hawaii ada gambar pelangi di tengah-tengahnya. Inilah  negeri pelangi sesungguhnya.

Kepulauan hawaii terdiri atas deretan pulau-pulau bernama khas bahasa Hawaii. Ada Niihau, Kauai, Oahu, Moloka'i, Lana'i, Kaho'olawe, Maui dan  Hawaii itu sendiri. Sedangkan pemerintahan daerahnya terbagi menjadi lima daerah (county) yaitu : Hawaiʻi, Honolulu, Kalawao, Kauaʻi, dan Maui. Honolulu menjadi Ibukota Hawaii,

Beruntung saat ini saya mendapat kesempatan mengunjungi Honolulu Hawaii. Tepat di tanggal lahir yang ke-34 hari ini saya berhasil menjejakkan kaki di sebuah kepulauan yang perbedaan waktunya dengan Indonesia mencapai 18 jam. Perjalanan ini di luar imajinasi saya sebagai dosen UIN Bandung, kampus yang masih kurang dalam jaringan akademis internasionalnya. Bahkan satu tahun yang lalu saya belum membayangkan bisa melakukan perjalanan akademis sejauh ini.

Kedatangan saya ke Hawaii merupakan bagian dari program Sandwich Luar Negeri (Prosale) yang dibiayai Kemenag RI tahun 2013, Saya datang ke sini sebagai pembicara Call for Paper (CfP) yang akan mempresentasikan hasil riset dalam kegiatan "Graduate Student Conference yang diselenggarakan oleh School of Pacific and Asian Studies  (SPAS) di University of Hawaii at Manoa (UHM). Riset saya berkaitan tentang Dialog Muslim dan Yahudi di Amerika dalam rangka mengurangi stereotype dan prasangka di antara mereka. Kebetulan tokoh utama dialog tersebut dari komunitas muslim  adalah Imam shamsi Ali, tokoh muslim New York asal Indonesia.

[caption id="attachment_329917" align="aligncenter" width="384" caption="Buku Prosiding Konferensi SPAS UHM (Sumber foto : Koleksi Pribadi)"]

13965217731719650218
13965217731719650218
[/caption]

Awalnya saya menyangka UHM itu sama seperti universitas Amerika lainnya yang banyak mengkaji Asia  Timur (Korea, Jepang atau China). Seperti yang saya lihat di University of Santa Barbara, tempat saya menjadi peneliti tamu, kajian Asia Timur sangat ramai, itu terjadi karena mahasiswa dari negara-negara tersebut datang berduyun-duyun ke kampus Amerika. Selama ini yang saya ketahui tentang UHM hanya tempat kuliah salah seorang mahasiswa Indonesia  yang sekarang telah menjadi Professor produktif di University of California Riverside (UCR), yaitu Professor Muhamad Ali. Namun, ketika tadi sore saya mengikuti pembukaan kegiatan Conference SPAS, saya mendapatkan pencerahan, ternyata UHM adalah salah satu pusat kajian Indonesia di Amerika selain Cornell University dan Ohio University.

Saya terkejut ketika ngobrol dengan Dekan SPAS, Dr. R. Anderson Sutton  ternyata ia mahir berbicara dalam bahasa Indonesia. Demikian juga dengan pembicara utamanya (key note speaker) Dr. Nancy Lee Peluso, Professor dari University of California, Berkeley, dalam acara reception setelah ia menyampaikan presentasinya. ia juga mengajak saya berbicara dalam Bahasa Indonesia. Saya semakin tertegun ketika juga menemukan banyak mahasiswa postgraduate yang bahasa Indonesianya cukup fasih. Ternyata kajian Indonesia di UHM sudah lama dilakukan. Banyak riset lapangan dilakukan oleh profesor dan mahasiswa UHM di Indonesia, sehingga para penelitinya mahir berbahasa Indonesia.

Dalam pembukaan SPAS Graduate Conference ini  Professor Nancy Lee Peluso menyampaikan presentasi tentang hasil risetnya mengenai Indonesia. Topik pembicaraannya membuat saya terkagum-kagum. Ia meneliti tentang  penghancuran hutan di Singkawang Kalimantan untuk dijadikan perkebunan sawit dan tambang emas. Ia bercerita dengan sangat detail tentang bagaimana hutan Kalimantan yang dulu begitu lebat saat ini telah menjadi padang pasir. Selain itu ia juga memperlihatkan gambar tentang usaha tambang emas warga Kalimantan yang demi se-gram emas rela membahayakan dirinya dengan bergumul dengan mercury. Di satu sisi saya bangga ternyata banyak profesor Amerika yang tertarik meneliti tentang Indonesia, tapi di sisi lain saya malu karena kondisi Indonesia ternyata demikian negatifnya dalam penelitian para profesor Amerika tersebut.

Ketika acara konferensi sedang berlangsung saya melihat seorang bapak berwajah Asia yang memakai baju khas Indonesia, batik. Setelah selesai acara saya mendekatinya dan mengungkapkan rasa penasaran "Execuse me, Are you from Indonesia?" Ia menjawab  "No, saya asli dari Amerika". Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ia telah beberapa kali berkunjung ke Indonesia untuk riset dan sering membeli baju batik seperti yang ia kenakan saat itu. Ia kemudian berinisiatif mengajak berbicara dalam bahasa Indonesia dengan logat  Indonesia yang fasih. Ternyata setelah lama berdialog saya mengetahuui bahwa bapak tersebut adalah Professor Leonard Y. Andaya, seorang Antropolog terkenal UHM. Dulu ia adalah supervisor profesor Muhamad Ali ketika sedang kuliah S3 di UHM. Prof. Leonard  bercerita bahwa ia pernah berkeliling hampir seluruh provinsi di Indonesia dan tempat favoritnya adalah Jawa Tengah, tepatnya Yogyakarta yang kaya dengan budaya Indonesia.

Dulu katanya banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di UHM, karena kampus ini cukup lengkap dalam kajian Indonesia. UHM memiliki perpustakaan Hamilton Library dengan koleksi khusus Asia terutama  buku-buku kajian Indonesia. UHM memang salah satu pusat kajian Indonesia di Universitas Amerika selain Cornell University dan Ohio University. Jadi tidak aneh bila banyak pakar Indonesia di sini.

[caption id="attachment_329920" align="aligncenter" width="512" caption="Foto Bersama Profesor Leonard Y. Andaya dan Prof. R. Anderson Sutton, Dekan SPAS UHM (Foto Koleksi Pribadi"]

1396522070379118171
1396522070379118171
[/caption]

Di acara itu juga saya bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah postgraduate. Ada 2 orang mahasiswa Indonesia dari Aceh, Asrizal Luthfi dan Hendri Yuzal. Mereka mendapatkan beasiswa dari pemerintah Aceh yang menganggarkan biaya pendidikan kulah pascasarjana bagi warga Aceh. Mereka beruntung mendapat beasiswa dari pemerincah Aceh karena ada anggaran otonomi khusus. Pemerintah Aceh kemudian bekerjasama dengan East West Center (EWC) untuk meningkatkan kualitas SDM Aceh dengan cara menyekolahkan beberapa pemuda Aceh di UHM. Dengan kerjasama ini biaya kuliah dua orang Aceh ini menjadi lebih ringan. Mereka hanya membayar setengah biaya pendidikan. Ini tentu sangat menguntunkan karena bila statusnya sebagai mahasiswa Internasional biasa mereka akan dikenakan biaya yang sangat mahal.

[caption id="attachment_329923" align="aligncenter" width="512" caption="Kumpul-kumpul bersama mahasiswa Indonesia di Hawaii yang tinggal di Asrama Hale Manoa (Foto Koleksi Pribadi)"]

1396522189895009447
1396522189895009447
[/caption]

Sayangnya, saat ini mahasiswa Indonesia di Honolulu jumlahnya sudah semakin berkurang. Dulu masih ada 50 orang mahasiswa, ketika mereka berkumpul terasa sekali ramainya. Sekarang karena banyak yang sudah lulus, sedangkan mahasiswa Indonesia tidak ada lagi yang mendaftar akhirnya jumlah mereka tinggal belasan. Ketika saya ngobrol dengan  Dekan SPAS, Prof Anderson Sutton bahwa di Indonesia sekarang sedang ada program pemerintah dari Kemendikbud dan Kemenag dalam menciptakan 1000 doktor setiap tahun, Saya meminta beliau untuk proaktif menjaring mahasiswa Indonesia agar datang ke UHM. Namun, beliau terlihat agak pesimis untuk bisa mendatangkan banyak mahasiswa Indonesia ke UHM dengan beasiswa pemerintah itu. Menurut profesor yang juga jago bahasa Indonesia ini, UHM kurang diperhitungkan di mata Kemendikbud, Sampai sekarang UHM bukan salah satu tujuan utama mahasiswa Indonesia yang ingin kuliah di Amerika.

Memang sangat disayangkan. Seharusnya Kemendikbud menjadikan UHM sebagai salah satu universitas Amerika yang masuk dalam program  penciptaan 1000 doktor tersebut. Paling tidak ada dua sebab. Pertama,  UHM memiliki perpustakaan yang sangat lengkap tentang kajian Indonesia. Sebagaimana disinggung di atas kolekasi kajian Indonesia sudah sangat lama dikoleksi di kampus ini sehingga jumlahnya sangat banyak. Dengan jumlah sumber referensi yang demikian banyak, maka akan sangat memudahkan bila ada mahasiswa Indonesia yang mau melakukan penelitian tentang Indonesia. Saat ini justru yang terjadi mahasiswa yang meneliti tentang Indonesia adalah mahasiswa bule.

Kedua, UHM juga memiliki pakar-pakar kajian Indonesia yang ternama, Banyak antropolog yang melakukan riset di Indonesia berasal dari kampus ini. Demikian juga banyak alumninya yang melakukan riset tentang Indonesia termasuk yang cukup terkenal Stanley Ann Dunham. Anda pasti mengenal nama ini. Ya, Ann Dunhamm adalah ibu Barrack "Husein" Obama, Presiden Amerika saat ini. Ann adalah pakar antropolog pedesaan. Ketika kuliah di UHM penelitian disertasinya tentang Pendekar-Pendekar Besi Nusantara dengan Kajian Antropologi tentang Pandai Besi di Indonesia. Ann juga pernah lama tinggal di Indonesia terutama setelah menikah dengan Lolo Soetoro, ia membawa serta Obama untuk tinggal di daerah Menteng. Ann pernah tinggal di Indonesia selama kurang lebih 20 tahun (1968-1988) untuk bekerja di beberapa lembaga internasional cabang Indonesia seperti ILO, USAID, Ford Foundation. Ia memiliki pengalaman langsung ikut terjun melakukan pelatihan-pelatihan pada masyarakat dan karyawan di tujuh provinsi di Indonesia.

Salah seorang anak Ann hasil pernikahan dengan Lolo Soetoro adalah Maya Soetoro-Ng. Ia mengikuti jejak ibunya kuliah di UHM dan sekarang menjadi pendidik di sana. Maya saat ini adalah  Assistant Professor di Fakultas Pendidikan College of Education  University of Hawai'i Manoa. Kabarnya hari Sabtu besok (5/4) Maya akan mengadakan acara di UHM untuk kegiatan anak-anak yang terbuka untuk umum.

Melihat begitu kuatnya tradisi kajian Indonesia di Hawaii, maka sudah sepatutnya pemerintah Indonesia memberikan perhatian pada kampus negeri pelangi ini dengan melakukan kerjasama dalam pendidikan sehingga banyak mahasiswa Indonesia yang bisa kuliah di sini dan melanjutkan studi tentang kajian Indonesia. Kalau saja pemerintah bisa bekerja sama dengan UHM dan EWC, maka biaya kuliah mahasiswa Indonesia bisa setengahnya seperti yang didapatkan oleh mahasiswa dari Aceh di atas.

Saya merasakan cinta yang sangat dalam di Hawaii ini pada Indonesia. Karena di sini Bahasa Indonesia dikuasai dan banyak digunakan oleh para pakar kajian Indonesia. Mereka bangga dengan penelitiannya tentang Indonesia. Mereka saja bangga untuk meneliti Indonesia, tentu generasi muda Indonesia harus lebih bangga lagi untuk meneliti negaranya sendiri.

Mahalo (Terima kasih)

Honolulu, 3 April 2013, jam 00.55 Waktu Hawaii

(Tulisan ini sebagai hadiah ulang tahun bagi diri saya sendiri. Ini adalah tulisan serial pengalaman saya  tinggal di Amerika, tepatnya di University of California Santa Barbara, (UCSB) California, USA, sebagai Visiting Research Scholar di Orfalea Center Global and International Studies selama Januari - April 2014. Saya pernah berkunjung ke Kota New York, Washington DC dan sekarang di Hawaii Honolulu)

Baca juga :

Kontribusi Umat Islam pada Amerika

Dakwah di Amerika Serikat

8 Pekerjaan yang tidak Akan Ditemukan di Amerika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun