Tentu! Mari kita lanjutkan petualangan mereka. Misi Bokor Emas: Menyelamatkan Tembok Besar Setelah menyelamatkan Dinasti Zhou, Dadang, Hardi, Lie Hong, dan Yuliana kembali ke masa sekarang. Namun, ketenangan mereka tak bertahan lama. Bokor perunggu itu kembali bergetar dan memancarkan cahaya. Kali ini, pesan yang muncul adalah: "Tembok Agung, 210 SM." Mereka berempat terlempar lagi ke masa lalu, tepat di tengah-tengah proyek pembangunan Tembok Besar China pada masa Dinasti Qin. Mereka melihat ribuan orang, dari prajurit hingga petani, bekerja keras. Namun, kondisi mereka sangat mengenaskan. Banyak yang jatuh sakit dan meninggal karena cuaca ekstrem, kelelahan, dan makanan yang tidak layak. Proyek ini terancam gagal total. "Kasihan sekali mereka," ujar Yuliana, merasa iba. "Mereka butuh pertolongan." Hardian, yang paling peduli pada kesehatan, langsung teringat pada pelajaran IPA di sekolah. "Kita harus memperbaiki sanitasi. Banyak penyakit menyebar karena air kotor dan kurangnya kebersihan." Lie Hong, dengan pemahaman sejarahnya, tahu bahwa kegagalan pembangunan tembok ini akan berdampak buruk pada pertahanan China di masa depan. "Kita harus meyakinkan Jenderal Meng Tian, pemimpin proyek ini, untuk mengubah cara kerjanya." Mereka nekat menemui Jenderal Meng Tian. Awalnya, sang jenderal tidak percaya pada empat anak kecil yang datang entah dari mana. Namun, setelah Lie Hong menunjukkan denah sederhana sistem sanitasi dan pengairan yang lebih baik, sang jenderal mulai tertarik. "Ini bisa menyelamatkan banyak nyawa," gumam Jenderal Meng Tian. "Tapi bagaimana kalian tahu semua ini?" "Kami... kami punya pengetahuan dari masa depan," jawab Dadang, berusaha jujur. Dibantu Jenderal Meng Tian, mereka mulai melaksanakan rencana. Dadang dan Hardi membantu membangun sumur-sumur baru dan mengarahkan aliran air bersih. Yuliana mengajarkan para pekerja untuk mencuci tangan sebelum makan dan mendidihkan air minum. Sementara itu, Lie Hong membantu mengatur pembagian makanan yang lebih merata agar semua pekerja mendapat asupan nutrisi yang cukup. Berkat kerja keras mereka, kondisi di lokasi pembangunan perlahan membaik. Angka kematian menurun drastis, semangat para pekerja kembali bangkit, dan proyek pembangunan Tembok Besar kembali berjalan lancar. Jenderal Meng Tian sangat berterima kasih. Ia memberikan gulungan sutra berharga yang berisi catatan proyek sebagai kenang-kenangan. Saat mereka kembali ke masa sekarang, gulungan sutra itu berubah menjadi peta kuno yang masih misterius. Petualangan mereka belum usai. Misi berikutnya menanti di depan mata. Apakah kamu ingin tahu misteri apa yang tersembunyi di dalam peta kuno tersebut?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI