Mohon tunggu...
diajeng_google
diajeng_google Mohon Tunggu... kerja di Chatay Pasific aja...

------

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulu emas dari klojen

6 September 2025   16:40 Diperbarui: 6 September 2025   16:49 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulu Emas dari Klojen

Di balik papan nama Bank American Express di Jalan Ijen, Kelurahan Klojen, hiduplah seekor kucing dengan bulu keemasan yang kusam. Namanya tidak ada. Kucing-kucing lain memanggilnya 'Si Kusam' karena bulunya tak pernah bersih. Ia hanya hidup dari sisa-sisa makanan di tong sampah, dan sesekali belas kasihan pejalan kaki. Matanya selalu menatap kosong, seolah tak ada lagi harapan.
Suatu sore, hujan turun deras. Si Kusam meringkuk di bawah teras bank, menggigil. Tiba-tiba, sebuah mobil mewah berhenti. Pintu mobil terbuka, dan sepasang sepatu mahal melangkah keluar. Seorang perempuan elegan dengan mantel panjang berpayung menghampirinya.
"Ya ampun, kau kedinginan sekali," katanya dengan suara lembut. Perempuan itu, bernama Nyonya Sofia, adalah istri Tuan Baskara, seorang pengusaha sukses yang baru saja pindah ke Malang. Mereka tinggal di sebuah rumah mewah tak jauh dari sana.
Nyonya Sofia mengangkat Si Kusam dengan hati-hati. Kucing itu tidak melawan, ia terlalu lelah. Di dalam mobil yang hangat, Nyonya Sofia mengelus bulunya. "Kita akan menamaimu Emas, karena bulumu secantik emas."
Dunia Baru
Emas memasuki dunia baru. Ia dimandikan dengan sabun wangi, bulunya disisir hingga berkilau. Makanan di mangkoknya tak lagi berupa sisa, melainkan kibble mahal dengan rasa salmon. Ia punya tempat tidur empuk di sudut kamar, dan mainan-mainan baru.
Namun, Emas tidak bahagia. Ia merasa asing. Rumah itu terlalu bersih, terlalu tenang. Tuan Baskara dan Nyonya Sofia terlalu sibuk. Mereka sering bepergian dan jarang punya waktu untuk Emas. Pelukan dan belaian hanya sesekali. Emas merindukan hujan di teras bank, persahabatan sesama kucing jalanan, dan kebebasan.
Suatu malam, saat rumah sepi, Emas menyelinap keluar. Ia berlari, membiarkan kakinya merasakan aspal dingin. Ia kembali ke Klojen, ke Bank American Express. Di sana, ia bertemu dengan teman-teman lamanya.
"Wah, Si Kusam jadi kaya sekarang," sapa seekor kucing loreng.
"Bulu kami tidak selembut bulumu, Emas," timpal kucing lain.
Emas hanya diam. Ia merasa seperti pengkhianat. Di satu sisi, ia berterima kasih atas semua kenyamanan, namun di sisi lain, ia merindukan kehidupan yang penuh perjuangan, tapi juga kebersamaan.
Hati yang Pulang
Malam itu, Emas tidak kembali ke rumah Tuan Baskara. Ia tidur di tempat lamanya. Pagi hari, sebuah mobil berhenti. Nyonya Sofia keluar dengan wajah khawatir.
"Emas! Syukurlah kau di sini. Kami mencarimu semalaman," katanya, matanya berkaca-kaca. Nyonya Sofia menggendong Emas, mendekapnya erat.
"Maafkan kami, Emas. Kami memberimu semua kemewahan, tapi kami lupa memberimu yang paling penting: kasih sayang."
Nyonya Sofia membawa Emas pulang. Sejak hari itu, segalanya berubah. Emas tidak lagi sendirian. Nyonya Sofia sering mengajaknya bermain di taman, Tuan Baskara mulai meluangkan waktu untuk mengelus-elus bulunya. Emas tidak lagi merasa asing. Ia memiliki rumah, dan yang lebih penting, ia memiliki keluarga.
Suatu hari, Nyonya Sofia melihat Emas menatap jendela. Emas melihat seekor kucing lain di jalanan. Nyonya Sofia tersenyum, seolah mengerti. Emas tidak melupakan asalnya.
"Ayo, Emas," kata Nyonya Sofia. "Kita ke luar, teman-temanmu pasti menunggu."
Dan di bawah sinar matahari pagi, Emas melangkah keluar. Ia tidak lagi menjadi 'Si Kusam' atau hanya 'Emas'. Ia adalah kucing yang punya segalanya: rumah yang nyaman, keluarga yang menyayangi, dan juga teman-teman yang tak pernah ia lupakan. Ia adalah kucing dengan bulu emas dari Klojen, dan ia tahu kebahagiaan sejati bukanlah tentang kekayaan, melainkan tentang cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun