Â
Pakaian juga bisa mempengaruhi psikologi pemakainya. Jika ia memakai seragam tentara misalnya, maka dalam dirinya akan timbul perasaan percaya diri, gagah, dan berwibawa. Sama halnya memakai pakaian ulama misalnya dengan berjubah, berimamah, disertai membawa tongkat ditangan kirinya dan tasbih di tangan kanannya, maka akan memunculkan perasaan wibawa, keren, terhormat bahkan perasaan paling alim bisa muncul. Hal semacam inilah yang oleh Allah dan Rasul-Nya tidak dibenarkan. Oleh karenanya pada ayat di ayat di atas Allah Swt. menegaskan bahwa pakaian yang mulia adalah pakaian takwa. Artinya sebenarnya Allah Swt. tidak memandang unsur dahirnya pakaian yang dikenakan, melainkan lebih kepada unsur batin pemakainya. Begitu juga Nabi Saw. saat menceramahi Abu Bakar, bahwa yang dilarang adalah pakaian yang menyebabkan si pemakainya menjadi sombong.
Berkaitan dengan hal itu, makanya para ulama sufi dulu, sering menanggalkan pakaian mewah, mahal, dan terhormat. Ia lebih memilih pakaian murah, kasar, kumel, dan sederhana. Karena dengan Ia memakai pakaian seperti itu, ia lebih bisa mengontrol dirinya, agar terhindar dari sifat sombong dan ujub. Karena bagi sufi, mendingan memakai pakaian sederhana dan kasar tetapi dapat membersihkan hati dari pada pakaian yang mewah tetapi bisa mengotori hati.
Alhasil, pakaian adalah simbol identitas, alangkah baiknya pakaian dahir menunjukkan kondisi batin.
Â