Mohon tunggu...
Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang penulis. Blog saya yang lain: http://berbual.com http://budayajepang.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Jepang Tidak Sulit

16 September 2010   15:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya sering ditanya, sulitkah belajar bahasa Jepang? Saya selalu menjawab dengan yakin: tidak sulit. Saya tidak mengada-ada. Saya menguasai bahasa Jepang. Saya fasih berbahasa lisan maupun tulisan. Tidak sekedar untuk keperluan sehari-hari. Saya bisa menulis karya ilmiah dalam bahasa Jepang. Saya juga pernah menjadi penerjemah di kantor imigrasi Jepang. Dan kini dalam pekerjaan saya harus membuat laporan kondisi perusahaan dalam bahasa Jepang, meliputi persoalan regulasi, keuangan, dan lain-lain.

Saya bukan orang yang istimewa pintar. Saya sudah belajar bahasa Inggris sejak SMP. Tak cukup di sekolah, saya juga kursus di sana sini. Hingga sekarang saya tidak merasa bahasa Inggris saya bagus. Saya masih bingung bagaimana menggunakan tenses dengan benar. Bagi saya bahasa Inggris terlalu banyak tenses. Belum lagi irregular verb yang tak ada polanya itu.

Sungguh aneh kalau ada orang yang pernah bersinggungan dengan bahasa Jepang menganggap bahasa Jepang itu sulit. Dan kenyataan yang tak saya sukai, sangat banyak orang Indonesia alumni universitas di Jepang yang tak menguasai bahasa Jepang.

Huruf

Sekali lagi, bahasa Jepang itu mudah. Yang membuat sulit, mungkin, hanya hurufnya. Jepang menggunakan hiraganakatakana, dan kanji. Huruf-huruf yang memang belum kita kenal. Untuk belajar bahasa Inggris, misalnya, kita tak perlu belajar huruf baru. Tapi, benarkah huruf Jepang lebih sulit?

Hiragana dan katakana masing-masing terdiri dari 49 huruf. Dari sisi jumlah memang jauh lebih banyak dari alfabet. Tapi huruf-huruf ini tidak rumit penggunaannya. Bunyinya sudah tertentu. Semua huruf hidup berbasis pada bunyi a-i-u-e-o. A-i-u-e,-o, ka-ki-ku-ke-ko, sa-shi-su-se-so, dan seterusnya. Ketika huruf-huruf itu dirangkai menjadi kata, kita cukup membunyikan setiap huruf, maka kita akan melafalkan kata dengan benar.

Bandingkan dengan bahasa Inggris. Ada berapa cara membaca huruf u? Hurup u pada katacup, tidak sama dengan pada kata stupid, bukan? Apa patokan kita untuk menentukan cara membacanya? Yang saya tahu tidak ada. Kerumitan semacam itulah yang membuat bahasa Inggris bagi saya lebih sulit dari bahasa Jepang.

Dari sisi pelafalan, untuk lidah kita orang Indonesia, bahasa Jepang itu sederhana. Jauh lebih sederhana dari pelafalan bahasa Inggris yang sering membuat lidah kita bergulung, atau bahasa Arab yang bikin kita susah nelan.

Hanya huruf kanji yang memang rumit, dan akan saya bahas di bagian akhir tulisan ini.

Tata bahasa

Tata bahasa Jepang jauh lebih sederhana dibanding bahasa Inggris. Ia hanya mengenal 3 bentuk, yaitu lampau, sekarang, dan masa depan. Perubahan kata kerja pada setiap bentuk mengikuti pola yang sudah tertentu. Nyaris tak ada pola irregular seperti bahasa Inggris.

Yang mungkin agak menyulitkan bagi kita adalah urutan kata dalam struktur kalimat. Dalam bahasa Jepang semua kata kerja diletakkan di akhir kalimat. Kalau dalam bahasa Indonesia kita mengatakan “Saya makan nasi”, dalam bahasa Jepang urutannya menjadi “Saya nasi makan”. Kalau sudah terbiasa dengan urutan yang terbalik ini, bahasa Jepang tidak akan terlalu sulit dipelajari.

Beberapa tip

Kesulitan umum pada orang yang belajar bahasa adalah kecenderungan untuk “paham” struktur kalimat, bukan terbiasa menggunakannya. Orang cenderung ingin ingat struktur kalimat ketimbang terampil menggunakannya. Bagi saya bahasa itu ketrampilan, bukan pengetahuan. Karenanya kita perlu melatih diri untuk terampil, bukan untuk tahu/paham.

Ketika belajar bahasa Jepang saya lebih banyak menirukan apa yang diucapkan oleh guru. Saya pahami maksud yang hendak diungkap melalui sebuah kalimat, dan saya lafalkan berulang-ulang. Kemudian kalimat dengan struktur yang sama saya ganti kosa-katanya untuk menghasilkan kalimat baru yang kemudian diulang-ulang lagi. Hanya dengan mengulang-ulang kita bisa menjadi terampil.

Kesalahan lain yang masih terkait dengan hal di atas adalah kecenderungan kita untuk mencatat struktur kalimat. Mencatat membuat kita lalai melatih mulut. Padahal keterampilan berbahasa ada di mulut, bukan di tangan. Saat kita sibuk mencatat, otak kita lalai merekam yang diajarkan oleh guru. Saat kita membuka kembali catatan, guru yang hendak kita tiru sudah tak lagi hadir di depan kita. Kita pun tak bisa bertanya kalau ada yang tak kita pahami.

Kanji

Huruf kanji memang momok bagi setiap orang yang belajar bahasa Jepang. Bentuk satu huruf saja bisa sangat rumit. Padahal untuk bisa mahir bahasa Jepang kita setidaknya perlu menguasai 2000 huruf. Ini karena satu huruf kanji tidak mewakili satu bunyi, melainkan satu makna. Huruf berikut 山、misalnya, dibaca yama, artinya gunung. Untuk menuliskan uma, yang berarti kuda, kita tak memerlukan tiga huruf, tapi cukup satu huruf, yaitu 馬.

Rumitnya lagi, setiap huruf kanji punya beberapa cara baca. Yama tadi misalnya, masih bisa dibaca dengan san, tergantung kata yang dibentuknya. Ini belum lagi soal kerumitan dalam menuliskannya. Penulisan kanji memiliki aturan baku. Urutan coretan (stroke) suatu huruf sudah tertentu, tidak boleh diubah.

Bagaimana menghafal semua itu? Lagi-lagi kuncinya pada ketrampilan. Untuk mengingatkanji yang kita perlukan adalah menulisnya berulang-ulang. Saya dulu sampai perlu menuliskan satu kanji 100 kali. Ulang terus sampai tangan kita hafal cara menuliskannya. Ya, betul. Tangan, bukan otak. Kita tidak mengingat kanji dengan kepala, tapi dengan tangan. Mirip dengan ketika kita mengetik. Bukankah kita tak perlu lagi melihat keyboardketika mengetik? Ini adalah hasil latihan berulang-ulang.

Hal yang sama kita lakukan untuk mengingat kata-kata yang dibentuk oleh beberapa huruf kanji. Kalau kita sudah ingat cara menuliskannya, cara membacanya akan otomatis bisa kita ingat.

Keunggulan huruf kanji adalah kita bisa memahami makna kata-kata tanpa keharusan mengetahui bunyinya. Rumah sakit dalam bahasa Jepang adalah byou-inByou ditulis dalam satu huruf 病, yang artinya sakit. Sedangkan in ditulis dalam satu huruf 院 yang artinya rumah/tempat. Byou-in ditulis 病院, dengan melihat dua huruf itu kita bisa paham maknanya tanpa harus tahu pelafalannya.

Keunggulan ini saya rasakan ketika saya pergi ke Cina, tempat huruf kanji berasal. Saya bisa menebak makna papan nama atau petunjuk jalan dari huruf yang tertulis, meski saya sama sekali tak bisa melafalkan bahasa Cina.

Jadi, mulai hari ini semboyan kita adalah: Belajar bahasa Jepang? Gampang!

http://budayajepang.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun