Mohon tunggu...
kang epen
kang epen Mohon Tunggu... Pendidik

Penulis kambuhan yang suka bersuara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Karl Marx dan Pemikiranya

17 September 2025   20:30 Diperbarui: 17 September 2025   20:30 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Marx dan Engels dalam karyanya The Communist Manifesto (1970: 74) telah mengemukakan Political Rule of Proletariat yang menyarankan agar golongan proletariat menaklukkan penguasaan negara agar mereka bisa memanfaatkan kuasa politiknya untuk merampas semua modal dari cengkaman golongan borjuis dan memusatkan semua alat produksi di bawah kekuasaan negara yang dikuasai oleh golongan proletariat sendiri.[7] Ini dapat dilihat sebagai usaha kaum proletar untuk memusnahkan keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh golongan borjuis. 

Menurut Marx, proses perubahan sejarah bergerak melalui komunisme primitif, feodalisme, kapitalisme, selanjutnya melalui sejarah sosialisme, dan berakhir dengan komunisme. Setiap transformasi sejarah tersebut dicapai melalui revolusi kaum buruh (proletariat) yang mewakili inspirasi seluruh manusia. Melalui revolusi, kebebasan bersifat 'universal' akan dapat dicapai oleh kelas buruh, sekaligus mewakili semua umat manusia yang mau melepaskan diri dari belenggu perhambaan.[8]

Perjuangan untuk mewujudkan revolusi tersebut akan gagal manakala kelas proletariat tidak memiliki kekuasaan dalam negara sebagai 'alat' untuk menggulingkan sistem kapitalisme. Oleh karenanya, Marx sangat menekankan bahwa untuk menghapus kapitalisme, yang menjadi syarat mutlak adalah kaum proletar harus bisa merebut kekuasaan negara lalu menguasainya.

Marx tidak sepakat dengan pendirian tokoh anarkisme seperti Michael Bakunin (1814-1876) dan Josep Proudhon (1809-1865) yang menginginkan sistem negara dihapuskan secara total. Sebaliknya, Marx merasakan bahwa negara sangat berguna untuk merealisasikan diktator proletariat, meskipun pada awalnya negara difungsikan sebagai mekanisme penindasan sesama kelas sosial. Ini kerana Marx meletakkan fungsi negara untuk tujuan peralihan saja terutama usaha yang menjurus ke arah sistem egalitarian yaitu sistem tanpa kerajaan, kelas, dan harta (Marx & Engels 1976: 237). Walaupun Marx menganggap kekuasaan negara hanya bersifat sementara, tetapi negara digunakan atas kepentingan kelas buruh yang mau memperjuangkan persamaan hak dalam kepemilikan harta.[9]

Marx mengatakan bahwa sejarah perjuangan manusia merupakan sejarah perjuangan kelas dan negara hanya merupakan alat yang digunakan oleh kelas berkuasa untuk menindas seluruh kelas bawahan. Konsep-konsep dominasi tersebut akan berakhir dengan penghapusan sistem kapitalisme, dan itu merupakan tanda bahwa kelas proletariat yang dipelopori oleh kaum buruh telah menang. Keberhasilan sebuah revolusi dalam perjuangan meruntuhkan pemerintahan lalu menguasainya hanya bergantung kepada sikap diktator proletariat yang dimanifestasikan dalam bentuk perjuangan kelas. Sikap diktator itu sendiri diartikan sebagai 'alat' dalam tahap peralihan ke arah pemusnahan semua kelas masyarakat (classless), yaitu tranformasi dari masyarakat kapitalis ke masyarakat komunis.

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun