Mohon tunggu...
Kang Dudi
Kang Dudi Mohon Tunggu... Freelancer - semangst setiap hari

belajar menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Harus Jalan Daendels?

10 Oktober 2019   10:48 Diperbarui: 10 Oktober 2019   11:02 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot Google Maps | Dokpri

Selama ini masyarakat hanya tahu Jalan Anyer-Panarukan yang dibuat H.W. Daendels. Ternyata ada lagi seruas jalan di Selatan Jawa dari Cilacap sampai Bantul menggunakan nama Jalan Daendels ini.

Namun ini ternyata orang yang berbeda pembuat Jalan Anyer-Panurakan.  Jadi ada dua Daendels dengan jabatan dan masa tugas yang berbeda,  satu Gubernur Jenderal H.W. Daendels yang membuat Anyer-Panarukan dan  satu Asisten Residen (setingkat Walikota) di daerah Ambal (Kebumen) bernama A.D. Daendels.

Jalan ini membentang dari daerah selatan Jogja, jalur ini menghubungkan empat kota, Bantul, Purworejo, Kebumen, dan Cilacap. Jalur selatan pantai Jawa ini dulu pernah digunakan oleh Pangeran Diponegoro dalam masa perang melawan penjajah Belanda. Jalur ini sangat strategis dalam peperangan itu, baik itu untuk suplai logistik dan pasukan.

Awalnya kami mencari tahu dengan ikut menyusuri jalan itu. Namun saya jadi kepo dengan jalan ini kenapa masih menggunakan nama seorang penjajah.

Menariknya adalah sampai Google Maps pun mencatat bahwa jalan di selatan Jawa itu merupakan Jalan Daendels. Kenapa nama seorang penjajah dan asisten residen bisa menjadi satu nama jalan? Ini sangat menggelitik saya untuk terus mencari kenapa Daendels bukan tokoh negeri ini yang diabadikan menjadi nama jalan. Sampai jejak digital saja mencatat nama Daendels bukan Diponegoro.

Membaca di salah satu web yang saya temukan dalam pencaharian ini, bahwa jalan ini sudah ada jauh sebelum ada jalur Anyer-Panarukan yang membentang di utara Jawa. Saya juga membaca bahwa jalur selatan jawa ini sudah digunakan pada masa kerajaan, sehingga digunakan Pangeran Diponegoro untuk gerilya dalam pertahanan melawan Belanda.

Sejarah mencatatkan bahwa Belanda menderita kerugian yang sangat besar dalam Perang Jawa ini, pengaruh Pangeran Diponegoro sangat kuat sekali dan kewalahan menghadapinya. Bahkan Belanda harus meminjam dana untuk peperangan ini. Kehebatan Pangeran Diponegoro inilah mungkin yang menjadi sebab. Khawatir sejarah mencatat kehebatan Pangeran Diponegoro dalam memerangi Belanda.

Paska perang Diponegoro tahun 1883 wilayah Ambal yang dilalui jalur Diponegoro ini di pimpin Asisten Residen AD Daendels. Mungkin karena kebesaran Pangeran Diponegoro sehingga pengaruhnya harus dilemahkan. Sampai sekarang nama itu masih melekat sebagai nama Jalan. Saya pribadi kok merasa gimana gitu dengan penamaan ini.

Masak nama seorang penjajah sekelas asisten residen bisa diabadikan sebagai nama jalan. Sementara karya HW Daendels, Anyer Panarukan saja sudah diganti. Ini hanya sekelas Walikota masih bertahan sampai hari ini. Sementara pada waktu perang, jalur itu sangat bermanfaat untuk pergerakan pasukan Pangeran Diponegoro.

Jalan ini akan menjadi sangat ramai dilalui oleh masyarakat dengan hadirnya Bandara Internasional baru di Kulonprogo, Yogyakarta . Dengan hadirnya Yogyakarta International Airport,  jalur ini tentu akan bertambah ramai, termasuk turis asing. Mungkin ada baiknya jalan sepanjang 130 KM yang membentang di selatan Jawa itu kembali menggunakan nama Diponegoro.

Saatnya kembalikan Jalan Diponegoro, sebagai pengingat perjuangan yang sangat gigih dalam melawan penjajah Belanda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun