Mohon tunggu...
Kang Dimas
Kang Dimas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pancasila Butuh "Jubir" yang Baik dan Bagus

2 Desember 2023   02:17 Diperbarui: 2 Desember 2023   02:24 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEBUAH TANYA JAWAB TENTANG PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN FILOSOFI BANGSA

Sudahkah Pancasila dilaksanakan sebagai dasar negara sekaligus filosofi bangsa hari ini?

Implementasi Pancasila sebagai dasar negara dan filosofi bangsa Indonesia dapat bervariasi, dan pendapat mengenai sejauh mana itu dijalankan dapat berbeda. Beberapa menganggapnya sudah dijalankan dengan baik, sementara yang lain mungkin berpendapat bahwa ada tantangan dalam implementasinya. Evaluasi ini dapat bergantung pada sudut pandang dan pengalaman masing-masing individu.

Ya, sebetulnya ada problem pada sikap kita terhadap Pancasila sejak awal. Pada saat founding father kita mulai merumuskan dasar bernegara, maka pancasila disepakati. Setelah perdebatan menemukan rumusan yang paling ideal, sampai para pendiri bangsa menemukan lima sila yang ada sekarang itu, relatif medium kita waktu itu untuk melakukan sosialisasi itu memang sangat terbatas, sehingga kita mengenal Pancasila dari para elit-elit pemikir bangsa. Cuma, Orde Lama itu terbentur oleh manajemen kesejahteraan sosial.

Bung Karno berhasil berhasil mengantarkan kita pada pendirian fondasi berbangsa, yaitu Pancasila sebagai dasarnya dan UUD 1945 sebagai konstitusinya. Tetapi ada problem ketika tuntutan rakyat itu lebih dari sekedar ideologi dan nilai dasar, yaitu kesejahteraan sosial. Nah, jadi ada jarak begitu perdebatan di tingkat elit yang filosofis ideologis sifatnya. Sampai kemudian terjadi tragedi politik yang sangat luar biasa, karena benturan ideologi.

Dan pada saat yang sama, ada rakyat marhaen kita yang punya persoalan kehidupan sehari-hari. Elit menghadapi persoalan konflik ideologi, sedangkan rakyat menghadapi problem keseharian. Itulah yang menyebabkan orde lama tidak bertahan sehingga terjadilah pergantian kekuasaan. Nah, orde baru ini unik, karena dia datang dengan janji ekonomi. Orde Baru menawarkan pembangunan, tetapi rakyat miskin dilarang berideologi.

Bagi Orde Baru, ideologi ini  tanggung jawab negara, sedangkan rakyat jelata sebagai konsumen ideologi. Kita seperti mesin yang merekam ideologi ke dalam pita otak kita masing-masing melalui penataran dan sebagainya. Tipe manusia yang lahir dari ideologisasi oleh Orde Baru itu pada dasarnya adalah rakyat banyak yang ter-deidologisasi. Termasuk juga mahasiswa kan. Politik kampus ditiadakan, NKK/BKK diintroduksi, maka berakhirlah era ideologi di Indonesia.

Kita tidak lagi berideologi sebagai rakyat marhaen, tetapi sebagai followers atau pengikut daripada demagog-demagog ideologi pada tingkat negara. Setelah orde reformasi mei 1998 datang, rupanya ada kritik kepada pola lama, tetapi kemudian tidak ada kanalisasi tentang bagaimana cara  kita menyepakati apa yang sudah ada dan bagaimana seterusnya kita berbincang tentang ideologi ini. Nah, inilah yang menyebabkan kemudian kita seperti melihat pancasila dengan wajah buruk, seolah-olah produk Orde Baru. 

Lalu orang cenderung pada ideologi yang ada, yaitu kapitalisme, seperti yang dituliskan oleh Fukuyama dalam The End of History and the last Man, bahwa sejarah telah berakhir dan kapitalisme liberal ini akan menang. Ini kemudian menjadi pilihan kaum intelektual, para ekonom dan sebagainya. Dan tampak hasilnya sekarang: ketimpangan penguasaan aset dan modal yang luar biasa.

Dan tampak hasilnya sekarang: ketimpangan penguasaan aset dan modal yang luar biasa. Tetapi terkesan indah karena ada gedungnya, ada taman kota yang bersih dan sebagainya. Nah, sampai hari ini, belum ada introduksi kembali kepada Pancasila hanya sekedar ornamen gaung gaung semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun