Mohon tunggu...
Alpin NurSidik
Alpin NurSidik Mohon Tunggu... Aktor - Sini yang galau merapat!

jika kalian lapar, maka tidurlah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penggunaan Campur Kode pada Ibu-ibu Rempong

13 Oktober 2021   14:17 Diperbarui: 13 Oktober 2021   14:29 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permisi, paketttt

Halo, semangat pagi, siang, sore, dan malam hehehe. Bagaimana? Masih sendiri di temani guling yang bau pesing, kaya saya dong! Tidak sendiri walaupun jarang mandi.

Baik para pembaca yang selalu setia di kompasiana, di sini saya akan berbagi sedikit informasi dan ilmu perihal campur kode yang biasa dilakukan oleh ibu-ibu rempong di sekitar rumah saya yang terletak di Kota Tangerang Selatan. Baik kita mulai dengan pembahasan yang lebih elegan. Cekidot

Bahasa merupakan alat komunikasi terpenting dalam kehidupan manusia karena bahasa digunakan sebagai alat untuk kita bertemu dan bergaul. Oleh sebab itu, bahasa harus digunakan secara tepat dengan mengikuti aturan-aturan, kaidah- kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Bahasa Indonesia yang sangat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam- macam pula latar belakang penuturnya. Di kehidupan manusia membutuhkan proses dan jangkauan komunikasi yang luas, sehingga sangatlah mungkin para penutur memakai bahasa lebih dari satu. Apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh seorang penutur dapat dikatakan bahwa orang tersebut dalam keadaan beralih kode.

Campur kode sendiri ialah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya pemakaian kata, frasa, klausa, idiom, dan sapaan (Kridalaksana, 2008: 40). campur kode adalah suatu peristiwa yang lumrah terjadi pada tempat-tempat yang rutinitas di dalamnya mempertemukan orang-orang yang berasal dari daerah dan bahasa yang berbeda-beda. Masyarakat Kota Tangsel cenderung menggunakan bahasa daerah Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, namun di sela-sela aktivitas mereka selain menggunakan bahasa Indonesia mereka juga menggunakan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa seperti hal tersebut, sangat lumrah memunculkan peristiwa campur kode.

Kegiatan berkomunikasi yang dilakukan secara bergantian dapat melahirkan pemakaian dua bahasa. Di wilayah Kota Tangsel yang sebagian besar masyarakatnya penutur bahasa Indonesia, di samping bahasa Inggris. saya sering mendengar dan menyaksikan peralihan atau fenomena pencampuran kode dari bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena bahasa Inggris telah menjadi bahasa pergaulan yang berdampingan dengan bahasa Indonesia. Terjadinya campur kode tersebut karena tidak ada aturan yang mengikat dan melarang penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam peristiwa tutur pada setiap konteks komunikasi.

Para ibu-ibu rempong di lingkungan saya tidak sedikit yang menggunakan bahasa Inggris Ketika berkomunikasi dengan teman bicaranya. Mereka menggunakan bahasa Inggris itu sebagai bahasa pergaulan yang berdampingan dengan bahasa Indonesia. Mereka ingin terlihat gaul seperti anak remaja pada umumnya, sehingga mereka menggunakan campur kode. Salah satu contoh fenomena campur kode yang biasa di ungkapkan oleh ibu-ibu rempong di kehidupan sehari-hari.

"Bu Inem, bye the way mau ke mana lu?"

"mau shoping dong, sekalian mau beliin bunga kamboja buat suami"

"owh, okedah be careful ya bu inem"

"yailah so Inggris lu"

"hahahah lu juga sama"

Pada percakapan di atas menggambarkan bu Inem yang menggunakan Bahasa inggris pada kata "Bye The Way" kata ini jika diterjemahkan yaitu ngomong-ngomong, kata ini biasanya digunakan oleh para remaja ketika ingin memulai suatu obrolan atau basa-basi di awal pembicaraan. ibu-ibu rempong juga ternyata menggunakan kata itu untuk memulai suatu obrolan dengan teman rempongnya. Kemudian campur kode yang digunakan dalam Bahasa Inggris selanjutnya terdapat pada kata "Shoping" kata ini jika diterjemahkan maka tidak muncul apa apa, karena belum saya enter pada kolom Translate hehehe jangan terlalu serius membacanya nanti ditinggal secara misterius huhuhu. Oke kita lanjut lagi, jadi kata "shoping" sendiri memiliki arti belanja, kata ini sangat sering digunakan oleh para ibu-ibu Ketika ingin pergi ke pasar, mini market, matrial dsb. Selanjutnya kata terakhir bahasa Inggris pada percakapan di atas yaitu "Be careful" yang berarti hati-hati, kata ini menunjukan salah satu bentuk simpati terhadap lawan tutur agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan ketika berpergian.

Oke teman-teman, mungkin itu sedikit yang bisa saya sampaikan perihal fenomena campur kode yang terjadi pada ibu-ibu rempong di Kota Tangerang Selatan. Sebelum saya menyimpulkan, saya selaku penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika banyak kekurangan atau kekeliruan dari apa yang sudah saya sampaikan. Nah, dari informasi di atas saya akan menyimpulakan bahwasannya ibu-ibu rempong juga perlu untuk menggunakan bahasa gaul yang biasa dilakukan oleh anak muda zaman sekarang. Karena pada dasarnya ibu-ibu rempong juga memiliki hak untuk mengikuti perkembangan zaman agar tidak kuper, kalian tahu kuper? Yaa kurang lemper hahaha. Pesan dari saya yaitu, sayangi ibumu walaupun dia rempong dan kakekmu walaupun giginya ompong.

Terimakasih sudah mau membaca, sampai jumpa penikmat kompasiana :D.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun