Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jenderal Moeldoko Bakal Maju 'Perang'?

30 Maret 2015   23:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:46 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan Presiden 2019, memang masih jauh. Joko Widodo pun, baru menjabat sekitar 5 bulanan, sejak dilantik pada 20 Oktober 2014. Namun, sudah ada celotehan politik yang muncul, siapa yang bakal maju gelanggang pada 2019 nanti.

Gelanggang 2019 memang beda dengan gelanggang sebelumnya. Di 2019, diperkirakan 'pertarungan' akan ramai. Karena, partai tak perlu lagi susah payah mencari kawan kongsi koalisi demi mencalonkan calon presiden dan wakilnya. Tak perlu pula, mesti menunggu hasil pemilu legislatif, untuk mengetahui berapa dulangan suara yang akan dipakai untuk tawar menawar mencari kawan koalisi. Di 2019, semua peserta pemilu setara. Tak ada lagi, ini partai di papan klasmen atas, dan itu partai di urutan buncit. Semua sama. Dan semua punya hak menggadang kandidat. Maka, kata seorang kawan, medan tempur di 2019, bakal ramai bro.

Lalu siapakah yang akan maju gelanggang? Joko Widodo, Presiden RI yang biasa dipanggil Jokowi sepertinya bakal maju lagi. Jokowi pastinya akan mengikuti jejak pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono, maju dalam dua kali gelanggang. Apakah Jokowi masih punya kans?

Sebagai incumbent, Jokowi pastinya punya banyak nilai lebih. Asal pintar mengkapitalisasikan itu, peluang Jokowi akan terbuka lebar, bisa kembali lagi. Namun, bila Jokowi gagal memanfaatkan lima tahun masa kepemimpinannya, boleh jadi ia tak akan bisa menyamai rekor politik Yudhoyono.

Apalagi sekarang, nilai politik Jokowi di mata sebagian publik mulai melorot. Jokowi banyak yang menilai, bukan pemimpin yang tegas. Kisruh KPK versus Polri yang dipicu oleh pencalonan Komjen Budi Gunawan, dipakai sebagai salah ukuran. Jokowi, akhirnya memang tak jadi melantik Budi, eks ajudan Megawati Soekarnoputri, bos PDIP, partai pengusung utama Jokowi di Pilpres 2014. Kepercayaan publik sempat menguat. Namun, kisruh yang berkepanjangan imbas dari 'perseteruan' KPK versus Polri, membuat kepercayaan mulai beringsut turun. Jokowi, sebagai Panglima Tertinggi di republik ini, seperti tak berdaya, mencegah upaya Polri yang oleh para penggiat sedang bersemangat melakukan 'kriminalisasi'. Padahal Jokowi sudah menginstruksi agar polisi menyetop upaya kriminalisasi kepada para pendukung KPK. Setidaknya itu yang ditangkap para penggiat anti korupsi, Jokowi kurang garang, kurang berani.

Pada kontek inilah, nilai politik Jokowi,perlahan mulai berkurang. Harapan publik yang sempat menggelegak di awal masa pemerintahanya, perlahan pula mengendur. Mulai ada kritik keras. Apalagi kemudian nilai tukar rupiah ambrol di hadapan dollar Abang Sam. Belum lagi kemudian disusul dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak. Kritikan pun tambah kencang.

Tapi Jokowi masih punya waktu panjang. Seorang pengamat politik, pernah berucap, boleh jadi ini strategi Jokowi menghilangkan masalah di awal masa pemerintahannya, setelah itu langsung tancap gas. Boleh jadi seperti itu. Namun yang pasti, di 2019, jalan Jokowi kembali menggenggam tiket ke Istana, sepertinya tak mudah lagi. Apalagi nanti, pesaingnya tak hanya Prabowo. Mungkin bakal muncul pesaing-pesaing baru, karena semua partai yang tercatat sebagai peserta pemilu, boleh mencalonkan kandidat presiden. Karena itu pula kawan saya bilang, medan tempur 2019 bakal ramai bro.

Siapakah yang kira-kira bakal maju bersaing dengan Jokowi? Kawan saya menyebut satu nama : Jenderal Moeldoko. " Kawan ini kayaknya akan jadi calon kuat, ya semacam kuda hitam di 2019 nanti," kata kawan saya tersebut.

Pendapat kawan saya sangat masuk akal. Saya kira Jenderal Moeldoko punya potongan untuk jadi calon presiden. Dia juga punya modal, karena nanti pada 2019, dia akan menyandang status mantan Panglima TNI. Dan Moeldoko, jejak rekamnya tak terlalu banyak punya kerikil seperti Prabowo, yang terus dituding dan disudutkan oleh kasus pelanggaran HAM. Moeldoko relatif sepi dari kasus seperti yang ditudingkan ke Prabowo. Di jagad media pun, bisa dikatakan Moeldoko adalah jenderal yang 'pintar' memanfaatkan media. Publikasi tentang Moeldoko pun cukup massif. Maka, seperti yang dikatakan kawan saya, boleh jadi memang nanti Moeldoko, kuda hitam di 2019.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun