Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kurikulum Belatung

11 Juni 2023   10:00 Diperbarui: 12 Juni 2023   10:37 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Robert Gunnarsson via unsplash

Matahari pagi meninggi perlahan untuk membagi cahayanya ke seluruh semesta. Sepanjang waktu ia seakan tak pernah bosan untuk menyibak apa saja yang tersembunyi di balik kegelapan. 

Tanpa ragu ia memasuki atap-atap plafon rumah warga yang sangat gulita dan sering luput dari perhatian. Di dalam ruang yang pengap itu ternyata tersimpan kehidupan sekawanan makhluk lengkap dengan ragam budayanya. Mulai dari tikus, nyamuk, serangga hingga belatung yang berperan sebagai pelengkap kehidupan. 

Pada hari itu Profesor Belatung sedang membikin acara seminar secara semi tertutup. Seminar tersebut disebut semi tertutup sebab memang secara nyata kondisi sebagian pesertanya dalam keadaan tertutup oleh bangkai binatang yang saat itu akan mereka makan.

Seminar tersebut bertajuk "Kesadaran Eksistensial Penciptaan Belatung". Pihak panitia yang terdiri dari para akademisi dan insan cendikiawan menganggap tema tersebut sangat pas untuk dikaji agar komunitas mereka tidak lagi mengeluh kepada Tuhan, mengapa mereka harus diciptakan dalam keadaan yang sedemikian rupa.

Mereka hidup dalam bentuk ginak-ginuk tanpa bulu yang belum tentu semua makhluk menyukainya. Belum lagi tugas mereka yang dirasa terlampau berat, sebab setiap saat mereka harus siap berurusan dengan bangkai binatang dan makanan kedaluwarsa.

Meski tema ini sebenarnya sudah sering diulas pada beberapa seminar sebelumnya, namun para peserta seakan tak pernah surut antusiasnya untuk terus menyimak. 

Sebab mereka ingin selalu sadar akan hakikat penciptaan diri mereka, sehingga mereka tak lagi berkecil hati ketika menghadapi perundungan makhluk-makhluk yang lain.

Dengan adanya pemaparan dari seorang profesor yang sekaligus praktisi dalam hikmah kehidupan, para belatung pun berharap usai mengikuti seminar nanti mereka dapat terus menjaga gairah hidup, lantaran mereka semakin paham akan wisdom penciptaan entitas mereka sebagai binatang melata. 

Apalagi hierarki akademisi dalam kehidupan belatung sendiri tidaklah sembarangan. Dengan adanya batasan waktu yang relatif singkat untuk ukuran masa hidup sebuah makhluk, mereka dituntut untuk bisa belajar dengan sangat cepat dan sesuai jalurnya. 

Jika ada pihak yang hendak mencari jalan pintas untuk meningkatkan jenjang kepakaran hanya dengan menyogok sejumlah materi, hal itu sangat tidak berlaku di sini. Sebab yang menjadi ukuran tridharma dalam kurikulum pendidikan mereka adalah pemahaman, kebijaksanaan dan tingkat kebermanfaatan mereka untuk kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun