Aku tak lebih mulia dari mereka yang biasa tidur di emperan pertokoan
Juga tak lebih indah dari mereka yang terus menyapa dengan hangat senyuman
Namun, pikiran rampingku masih saja menyebutnya sebagai senyum kenaifan
hingga tak layak untuk kupandang
dan bahkan pantas untuk kupalingkan
Tanpa kusadar bahwa telah kunistakan diriku sendiri dalam pakaian keagungan
Padahal sejatinya ia adalah selendang sutera
Yang hanya boleh melekat padamu
Duhai betapa kelamnya isi jiwaku
Karena pandangan mulia atas diriku
Sehingga aku telah lupa
Bahwa begitu pandai engkau menyembunyikan kemuliaan
Pada insan yang dianggap nista
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!