Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumput Tetangga

3 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 3 Februari 2021   09:13 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumput (Ochir-Erdene Oyunmedeg/Unsplash)

Pagi hari, saat cuaca tampak sedikit mendung, Ponimin berencana untuk berkunjung ke rumah salah seorang teman karibnya yang bernama Dul Kaher. 

Ponimin yang tahu betul dengan jadwal aktivitas temannya yang satu itu, ia pun menduga bahwa pada jam segitu, biasanya temannya itu banyak menghabiskan waktu untuk menjaga toko. 

Kebetulan di pagi itu ia juga melihat Dul Kaher sedang menyapu di emperan toko yang kondisinya penuh dengan serak dedaunan yang gugur akibat terhempas oleh angin kencang bercampur hujan kemarin sore. 

"Eh, Dul, dengar-dengar Wak Darto rumahnya direnovasi ya?" Ponimin membuka percakapan dengan Dul Kaher saat ia sudah bersamanya di pelataran toko. 

"Loh, kok kamu tahu?" Dul Kaher menoleh ke arah Ponomin sambil terus menyapu sampah dedaunan. 

"Jelas dong. Aku ini orangnya kan update, nggak kayak kamu. Hehe." timpal Ponimin. 

"Apa kamu nggak kepingin menghias rumah kayak punya tetanggamu itu?" Ponimin bertanya pada temannya yang sedang menggiring daun agar masuk ke dalam cikrak (pasangan sapu yang biasa digunakan untuk mewadahi sampah). 

"Hehe, buat apa. Yang ini saja menurutku masih terlihat bagus. Coba Kamu lihat, nggak ada yang rusak kan. Paling cuma kusam-kusam sedikit." jawab Dul Kaher seraya menunjuk ke arah bangunan miliknya. 

"Memang, sih. Tapi modelnya itu lo, kan sudah kuno." Ponimin nyeplos sekenanya menanggapi jawaban dari temannya itu. 

"Nggak apa-apa lah Min. Kalau bicara soal model itu kan bisa saja berganti dan berputar terus. Belum tentu model yang sedang nge-hits sekarang akan terus bertahan trennya. Bahkan, tak jarang model barang yang kita anggap kuno itu justru makin diburu oleh orang-orang pada saatnya nanti." jawab Dul Kaher dengan tenang sambil menyandarkan sapunya pada dinding, isyarat pekerjaan menyapunya itu sudah selesai. 

"Kamu tahu sendiri kan, Min, fenomena akik, baju jadul, Honda Win, hingga bunga keladi yang masih hangat saat ini. Semua itu dulu juga sempat mengalami pasang surut peminatnya." Dul Kaher menambahkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun