Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Alasan Masyarakat di Desa Saya Masih Banyak Suka Memakai Bakiak

16 September 2020   10:28 Diperbarui: 16 September 2020   18:53 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen pribadi

Enam: Sebagai alat kesehatan
Dalam perkembangannya, bakiak juga telah dimodifikasi sebagai sandal kesehatan dengan menambahkan gerigi pada bagian permukaannya. Dengan menggunakan bakiak bergerigi ini, siapa pun akan merasakan nikmatnya sensasi pijat refleksi tanpa harus datang ke dukun urut. 

Namun bagi yang belum terbiasa, tidak disarankan untuk menggunakan bakiak bergerigi ini apalagi untuk keperluan jalan-jalan keluar rumah. Sebab jika mereka tetap ngeyel melakukannya, harus siap diolok oleh tetangga pada saat meringis-ringis menahan geli di jalanan.

Tujuh: Praktis digunakan untuk membangunkan orang
Di beberapa pesantren tradisional, ada sebagian orang yang menggunakan suara bakiak untuk membangunkan orang yang sedang tidur. Suaranya yang cukup keras seakan cukup untuk mengganggu ketenangan siapa saja yang tengah terlelap.

Selain itu, ada juga di antara teman mereka yang berpikiran agak brutal. Jika ada yang tidak terbangun saat mendengar suaranya, maka bakiak tersebut dileparkan saja ke arah orang itu. Secara otomatis 'korban' pun akan langsung berjingkat terbangun dan bergegas menuju ke kamar mandi.

Namun, cara ini sangat tidak dianjurkan dan sebaiknya sangat dihindari, jika tidak ingin memanen sumpah serapah dari mereka yang dibangunkan.

Delapan: Menjaga tradisi keluarga
Bakiak yang seakan telah menjadi warisan tradisi keluarga sangat sulit untuk dilupakan dan dihilangkan keberadaannya bagi siapa saja. Dan khususnya bagi saya sendiri sebagai generasi milenial yang mendapati kakek, nenek, bapak, dan ibu saya yang telah menggunakan bakiak. 

Dengan alasan ingin mengikuti tradisi mereka menggunakan bakiak ini, maka ketika sudah berkeluarga pun saya tetap ingin menggunakannya. Padahal tidak ada anjuran sama sekali dari keluarga untuk mengenakannya. 

Entah kenapa, secara 'refleks' saya tetap ingin menjaga tradisi yang unik ini. Saya ingin terus melestarikannya dan menganggapnya sebagai bagian yang tidak boleh hilang dari kehidupan saya. 

Mungkinkah tradisi memakai bakiak ini masih akan berlanjut hingga ke anak cucu saya dan para generasi penerus di desa saya? Biarlah waktu saja yang akan menjawabnya.

Bagi kami, bakiak merupakan bagian dari produk kearifan lokal yang patut untuk dilestarikan di tengah pesatnya perkembangan industri sandal dengan ragam modelnya. 

Bagi masyarakat di desa saya, bakiak seakan telah menawarkan nuansa klasik yang begitu kental, kekal, dan begitu sayang untuk dibuang begitu saja. Dengan adanya keyakinan yang demikian inilah, barangkali telah menjadi alasan mengapa bakiak tetap mendapat ruang teristimewa di dalam hati mereka. [mam]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun