Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Hikmah Kehidupan dari Bapak Pemilik Kosan

8 September 2020   04:45 Diperbarui: 8 September 2020   07:36 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau menurut saya pribadi, dalam hidup ini, lebih enak pilih yang 'di'" ujar pria paruh baya itu tiba-tiba menyimpulkan. 

"Sekarang, coba Sampeyan renungkan saja, enak yang mana antara dicari pekerjaan ataukah mencari pekerjaan?!" bapak itu mengetes saya. 

Ndilalah kok yang dijadikan contoh adalah kata ini. Maka saya pun menjawab spontan pertanyaan yang bisa dinalar oleh anak tingkat sekolah dasar ini, "Yah, kalau yang ini enak yang 'di' Pak."

"Namun, kalau mau pilih yang itu ada tapinya Mas. Untuk sampai pada tahap yang 'di' ini, kita harus memiliki bekal tersendiri sehingga kita memang pantas untuk dicari." terangnya sambil mengulum senyum. 

"Mohon maaf. Saya mencontohkannya dari pengalaman saya pribadi saja ya, Mas. Dulu, setelah saya selesai kuliah di tingkat doktoral, saya tidak sempat mencari pekerjaan, sebab saya langsung ditawari pihak kampus untuk membantu mengajar di sana." lanjut bapak itu. 

Wah ini! Rasanya penuturan kisah pribadi beliau ini bakal bisa jadi inspirasi tersendiri buat saya. Barangkali dengan mengikuti tips beliau saya pun bisa tertular kesuksesannya kelak; Dicari-cari oleh pekerjaan. Dan selain itu, beliau masih punya usaha kosan. Ibaratnya dari arah kanan-kiri penghasilannya akan selalu bisa mengalir. Jika masa pensiunnya tiba, mungkin saja beliau hanya tinggal ongkang-ongkang sambil menunggu datangnya cuan. Begitulah gumam saya waktu itu. 

"Saya itu Mas, sedari dulu fokusnya hanya belajar dan belajar saja. Tidak pernah ada niat sedikit pun untuk pacaran. Jika saya memang harus terpaksa pacaran, pacar saya ya buku-buku itu." Bapak itu menuturi saya secara perlahan. 

Penuturan bapak ini pun kian saya simak dalam-dalam agar tidak ada satu pun yang terlewat dari pemahaman saya. 

"Selain itu, jadi orang itu sebaiknya jangan 3L. Mas tahu apa itu 3L?" bapak itu tiba-tiba bertanya. 

"Belum tahu Pak." jawab saya seadanya. 

"3L itu adalah singkatan dari lumuh (malas), lolak-lolok (bodoh), dan lontang-lantung (menganggurkan diri). Kalau siapa saja ingin sukses, ya harus menghindari sifat 3L ini. Terutama bagi para mahasiswa, seringkali setelah mereka lulus jadinya bingung mau kerja apa. Barangkali dengan mencermati penyakit 3L ini, mereka pun tak akan mendapati kegalauan yang semakin bertambah selepas lulus nanti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun