Sesederhana apa pun bentuknya, kelompok pendidikan yang dirintis oleh Pak Kyai Tohar dan isterinya ini, Â seakan telah mengajarkan pada kita bahwa pendidikan yang berkualitas ternyata bisa dibentuk dalam kehidupan masyarakat kita saat ini dengan berbekal keikhlasan, anti bayaran (ujrah), dan menghindari budaya transaksional.Â
Sesungguhnya kelompok pendidikan semacam Salam inilah bentuk teladan yang nyata untuk membangun karakter bangsa ini di tengah riuh rendahnya gengsi akademis dan nuansa pendidikan yang beraroma kapitalis.Â
Jika bentuk pendidikan seperti Salam ini dapat dipraktikkan, maka tidak akan ada lagi setoran-setoran pendidikan yang sifatnya memaksa, dengan tanpa mengurangi niat sedikit pun untuk menghargai ilmu dan orang yang mengajarkannya.Â
Semuanya akan tetap dihargai dengan setinggi-tingginya dengan tetap memperhatikan latar belakang ekonomi orang yang sedang menuntut ilmu.Â
Bagi pihak yang memiliki kemampuan ekonomi yang mapan, silakan membayar seikhlasnya (sebesar-besarnya pun boleh) untuk menghargai ilmu dan orang yang mengajarkannya. Seperti halnya penghargaan atas kitab-kitab ulama terdahulu yang dinilai dengan bobot emas.Â
Semakin tebal karya mereka, maka semakin beratlah emas yang akan mereka terima dari dana yang diberikan oleh umat dengan dilandasi keikhlasan. Sementara itu, bagi mereka yang kurang mampu, tetap saja mereka akan memperoleh akses pendidikan yang sifatnya klasikal itu.Â
Dan buah dari berjalannya sistem ini adalah kematangan dari mereka yang menempuh pendidikan ini tidaklah ditentukan oleh gelar ijazah akademik, namun ia diukur dengan keluasan ilmu, kedalaman pengetahuan, dan kontribusinya pada kehidupan.