Mohon tunggu...
kang abi
kang abi Mohon Tunggu... Relawan - Penggagas komunitas DUDUK DIAM

Pernah membawakan program siaran Sound Of Spirit (SOS) di radio Mustang 88FM jakarta (tahun 2004-2017). Penulis Buku Get Real ( Gagas media)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jalan Keheningan

20 Juni 2019   14:28 Diperbarui: 20 Juni 2019   14:42 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku: Mukjizat Setiap Saat: Keindahaan Hidup Hening; Penulis: Romo J. Sudrijanta, S.J. Penerbit: PT. SinarSurya MegahPerkasa, Cetakan ke-2 Mei 2019. Tebal 206 Halaman

Syaidina Ali ra. Berkata, "Banyak peristiwa, tapi sedikit yang bisa mengambil pelajaran". Peristiwa atau kejadian begitu datang silih berganti dalam kehidupan manusia, yang berkait langsung dengan pribadinya atau pun (seolah) yang tak ada kaitannya sama sekali dengan dirinya.

Meskipun manusia tahu bahwa kehidupan dan peristiwa-peristiwa didalamnya berjalan tanpa mempedulikan harapan manusia---tetap saja manusia bereaksi, menanggapinya dengan polah seolah ia dapat mengatur, mengendalikan sesuai keinginan dan harapannya.

Mungkin sesekali ada persitiwa yang dirasa pas atau cocok dengan harapan dan keinginan. Tapi banyak peristiwa yang telah mengkandaskan hidupnya, memupuskan bahkan memojokannya, dimana itu menjelaskan bahwa kecocokan antara perisitiwa, keinginan dan harapan tidak lebih hanya rentetatan kebetulan belaka.

Bagi orang yang berpegang teguh pada agama atau keyakinan dimana ada entitas puncak nan kuasa yang mengatur kehidupan, akan berpandangan bahwa tidak ada peristiwa kebetulan yang terjadi dikolong langit ini, semua ada dalam blue printNya.

Untuk itulah hidup mendekat, bakti, dan taat kepada yang menggenggam kehidupan dimaksudkan untuk membuka kemungkinan memperoleh hidup yang menguntungkan, berpihak dan selaras selalu dengan keinginan dan harapannya. Jika itu tidak terjadi, masih bisa berharap memperolehnya dalam kehidupan di alam kemudian.

Atau bagi yang memegang kepercayaan bahwa pada peristiwa-perisitwa dalam kehidupan ada mekanisme karma tengah berlangsung. Cukup menerima saja apakah hidup makmur atau sengsara, hidup untung atau merugi, hidup dipuja atau dicaci -- sebuah sistem mencipta dan menghapus karma baik dan buruk tengah berlangsung.

Sejurus dengan perkataan Syaidina Ali ra. diatas, dua model reaksi manusia tersebut telah meluputkannya dari mengambil kearifan pada setiap peristiwa.

Apa adanya dan apa yang seharusnya
Pada Bab 10 buku ini, Romo Sudri ( begitu penulisnya biasa disapa jamaatnya) hendak meyakinkan pembaca bahwa bukan soal apakah kehidupan ini berjalan sesuai keingianan dan harapan, juga bukan soal makna apa yang hendak kita berikan, tetapi sesungguhnya kehidupan dan peristiwa didalamnya adalah kearifan, mukjizat setiap saat.

 Mukjizat tidak bergantung dan tidak peduli apakah manusia dapat menerimanya atau menolaknya, apakah manusia memaknainya secara positif atau negatif. Ia mengemukakan apa adanya, sementara manusia melihat dengan apa yang seharusnya.

"Mengapa orang berharap mengalami mukjizat (hidup yang sesuai keinginan dan harapannya-Peresensi). Bukankan karena orang tidak melihat peristiwa sebagai apa adanya, lalu orang berharap terjadinya mukjizat? 

Bukankah harapan terjadinya mukjizat justru menjauhkan orang dari apa adanya? Bukankah mukjizat sudah berlangsung setiap saat, ketika orang dapat melihat dari keadaan sadar -- tejaga --bebas pikiran?

Melihat segala sesuatu seperti apa adanya adalah melihat mukjizat dalam segala hal yang berlangsung setiap saat" ( hal.87).

Reaksi manusia, menderita atau gembira, berada di ruang apa yang seharusnya. Satu contoh, pagi ketika hendak mulai beraktifitas, turun hujan deras tak dinyana (apa adanya).

Ia merasa hujan menghambatnya, hujan menghalangi dan gangguan baginya, karena seharusnya ia dapat langsung berangakat memulai aktifitas tanpa gangguan apapun. Kesenjangan antara apa adantya dan apa yang seharusnya lah tempat konflik batin berkecamuk.

"Orang yang tidak mempraktikan keaasdaran dan hidup dengan kesadaran tingkat pertama ( sadar yang bukan tertidur atau pingsan tak sadarkan diri---peresensi), punya kesempatan mengalami mukjizat sekali sebulan. 

Sedangkan orang yang mempraktikan kesadaran dan hidup dengan kesadaran tingkat kedua (awareness---peresensi) punya kesempatan lebih banyak untuk dapat melihat atau mengalami lebih banyak peristiwa luar biasa dari saat ke saat.

Mukjizat yang dilihat dari kesadaran tingkat kedua tidak selalu terkait dengan hal-hal "fisikal" seperti kesembuhan penyakit, keberhasilan dalam bisnis atau pekerjaan, ketemu jodoh, dan semacamnya; tetapi juga dan terutama terkait dengan hal-hal "non-fisikal" seperti terbebasnya batin secara total dari konflik dan pergulatan, harmoni dalam relasi, tanggalnya kelektan dan keterkondisian, kejernihan dalam melihat atau mendengar, mekarnya batin dalam kecerdasan, cinta, dan belas kasih"(hal 86).

Keheningan dan perubahan radikal
Buku yang dalam waktu 2 bulan telah masuk cetakan kedua ini adalah keheningan yang dibagi. Seperti pada bagian terakhirnya yaitu bab 26 Memperluas Horison Belas Kasih, buku ini adalah perluasan dari welas asih penulisnya.

Apabila dibaca dengan batin yang setara, batin yang tidak berceloteh, berkomentar, maka membacanya berarti berada dalam keheningannya dan sebuah transformasi ditingkat psikologis tengah berlangsung dengan sendirinya (effortless)

"Tidak mungkin terdapat perubahan fundamental dalam diri kita, apabila tidak terdapat transformasi kesadaran. Begitu pula, tidak mungkin terdapat perubahan dalam struktur sosial di luar secara mendasar, tanpa perubahan kesadaran pada diri manusia. Keduanya baik transformasi kesadaraan individu maupun transformasi kesadaraan sosial struktural mensyaratkan adanya keheningan batin"(hal.25).

Dunia keheningan adalah dunia yang tak ada kepastian didalamnya, untuk itu ditakuti orang sekaligus diminati.

Ditakuti lantaran orang berpikir keheningan adalah dunia isolasi, pengasingan dari kehidupan. Orang menghindari kesepian, bagaimana ia mau memasuki dunia pengasingan.

Diminati, karena sebagian orang percaya dunia keheningan adalah taraket untuk memperoleh kedigdayaan, aji-aji dan kesaktian.

Hal diatas masihlah tetap keriuhan, bahkan mungkin masih hubbudunya  (keduniawian) meski hidup mengasingkan diri, tapi tak terasing dari keingianan dan segala ambisi egonya. Perubahan radikal bagi diri dan lingkungannya tidak lahir dari sini.

Keheningan berarti cinta kasih. Apa adanya berarti menutup ruang dan waktu untuk terjadinya celoteh dan reaksi pikiran, dengan demikian batin diam dan disitu ada keheningan.

Keheningan bukanlah kejumudan, stag, tetapi tindakan radikal yang muncul dari kedalaman, dan itu adalah intelegensia.

"Sadar sepenuhnya tanpa perlu berpikir yang tidak perlu. Itulah inti dari batin yang suwung, lapang, hening. Batin yang demikian pastilah selalu segar, jernih, dan baru" (hal.27).

"Apabila kita ingin melihat masyarakat dan dunia bergerak ke arah yang lebih baik, kita membutuhkan lebih banyak orang yang tercerahkan sebagai hasil dari pendidikan yang menghargai dimensi keheningan dan kesadaran"(hal.28)

Romo J. Sudrijanta, SJ adalah seorang Imam Jesuit, yang mendalami meditasi baik yang bersumber dari tradisi Buddhis (Vipassana), Zen, Yoga maupun meditasi dalam tradisi Katholik itu sendiri.

Pada gilirannya, dunia hening yang ditapakinya dibagi kepada masayarakat luas tidak terkecuali jamaatnya, bukan saja melalui buku-buku yang ditulisnya, juga bimbingan-bimbingan langsung dalam retreat.

Sepertinya, jika dapat disebut sebagai 'perolehan', keheningan yang diselaminya kemudian menemukan bentuk atau formanya sebagai Meditasi Tanpa Objek (MTO).

Jika kita mengenal Father Anthoni de Mello SJ, yang membabar keheningan, kesadaran melalui ceritra fabel yang ditulisnya, begitu sederhana dan ringan untuk dibaca, maka buku Mukjizat Setiap Saat  ini juga melakukan hal yang sama dengan bahasa yang sederhana, tapi mencerahkan.

Tiap bab dibuka dengan aforisma sebagai sudut pijakan apa yang hendak disampaikannya dari berbagai tokoh spiritualis, scientis dan filosof mulai dari Buddha, Jiddu Krishnamurti, Einstein, Nietzsche juga kutipan ayat beberapa kitab suci, Injil maupun Bhagavad Gita.

Bukanlah sebagai kelamahan buku ini jika tidak semua kearifan berbagai kitab suci, tokoh agama jadi gagasan untuk membuka topik, hanya saja bila itu dilakukan, mungkin akan lebih luas lagi kalangan masyarakat yang ingin membacanya, tentu juga tercerahkan dan masuk pada keheningan yang dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun