Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Di Persimpangan Lampu Merah

11 Januari 2023   19:11 Diperbarui: 11 Januari 2023   22:09 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di persimpangan lampu merah, empat menit sebelum adzan dzuhur tiba. Seorang lelaki dengan kaki gemetar menurunkan sekarung muatan, sejenak merapikan aneka jenis bawaan, matanya berharap mentari sejenak istirahat di balik awan.

Tanganya hanya terdiri dari kulit dan tulang, kukunya penuh kotoran bertindih dengan seribu kuman. Kaus komprang bertulis sebuah merek mobil terkenal, tak mapu menyembunyikan tubuh kurus di balut penderitaan.

Kakeknya seorang pahlawan, ayahnya seorang pejuang. Jika di runut silsilah kebangsaan, mungkin ia adalah generasi kesekian yang harus berjuang penuh penderitaan. Apa mau di kata, hidup itu memang penuh airmata.

Hingga adzan berkumandang, ia menyaksikan sekian orang bergegas menunaikan kewajiban. Berjalan, berlari, setengah melompat mempersingkat jarak menuju suci. Namun tak seorangpun menyapanya, mengajaknya menikmati indahnya menuju yang maha suci.

Di persimpangan lampu merah itu ia hendak berkaca, memandang diri seakan bukan manusia. Karena karung hanya berisi rongsokan, karena tubuh dekil seperti jarang mandi dan kurang makan. Apa sesungguhnya standar baku seorang makhluk di anggap sebagai manusia?

#####

Baganbatu, janusri 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun