Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hujan Deras di Way Rumbuh

9 Oktober 2022   07:20 Diperbarui: 9 Oktober 2022   07:26 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berteduh

Hujan deras menggiringku ke sebuah pondok bambu, gelap tanpa penerangan, karena aliran listrik seketika padam ketika guntur menggelegar. "Ah, biasa." gumamku.

Jauh di pedalaman, sebelah tenggara kota Tarakan.

Bersama curah hujan yang menemani, lebih dari dua jam aku memanipulasi diri, menyaksikan gubuk reot meratapi sunyi. Seperti maestro yang mampu membaca kegaiban pribumi, atau seorang petualang sejati yang tengah tersesat di dimensi hayali.

Ku kira hujan akan segera reda, tapi ternyata nyanyian katak sawah lebih memukau dari doa. Pintaku ternyata penuh ragu dan kepentingan biasa, sehingga pemangku alam dengan segera menambah debit air tercurah ketanah, biarkan aku kedinginan dan meringkuk di permainkan ratusan nyamuk menghunus pedang.

"Hujan sialan!" tapi kata kata itu segera ku tarik ulang.  Aku takut pesan ibu akan menjadi kenyataan, menolak rahmat adalah kejahatan. Dan kemarahan alam bisa datang dari hal yang tak pernah terbilang. Karma hanya sejengkal dari ucapan.

Ku rapikan jaket hitam bergambar macan kumbang, semoga nyaliku adalah macan, dan kemampuanku membujuk hujan adalah jempolan.

Dua jam dalam hujan adalah cermin menata jiwa, atau malah penjara terindah bagi seorang lelaki yang tak tau lagi hendak kemana mengadukan pembalakan liar dan kerusakan hutan.

Air hujan mengalir deras, melewati bukit tanpa pertahanan. Menngerus segala yang tampak, mengangkut habis gelondongan kayu sisa pembalakan hutan.

"Banjir, banjir" teriak alam mengingatkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun