Pada apa yang selalu dipertentangkan, pada apa yang dianggap sebuah kelaziman, entah nyata atau hayal, entah gelap atau terang.
Semua hendak menampilkan, segala hendak memunculkan, keriuhan bersumber dari ketidakpastian, tawa renyah bermula dari sesaknya daa.
Siapa menyangka, siapa mampu menyelami kandungan jiwa. Sangat naif bila menilai dari riasan semata, akan keliru bila menghakimi berdasarkan asumsi tak berfakta.
Re, kusebut namamu di akhir puisi, agar engkau mampu meyakini, sakit ini adalah takdir penuh arti, derita ini adalah tangga lanjutan dari jalan terjal menempah diri.
Ku sebut namamu hanya sekali, agar engkau mengerti. Hidup itu sangat berarti.
*****
Baganbatu, 11 juliÂ
2022