Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Jembatan Kayu

21 April 2019   12:09 Diperbarui: 21 April 2019   12:12 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika sore ini hujan datang membadai, petir dan halilintar bersahutan hendak melerai, aku akan tetap menunggumu, aku akan tetap menjumpaimu. tlah ku petik sekuntum anggrek bulan sebagai tanda ketulusan, ku hiaskan puisi indah sebagai perlambang

Jembatan kayu di ujung kota seperti menyaksikan, dua sejoli burung pelikan sedang memadu kasih sayang. aku ingat pamitmu setahun yang lalu, dua titik air mata di pipimu, sudah mewakili seluruh perasaan

Seperti rona merah cahaya senja yang berbalut curiga, 12 purnama mengekang gelisah hati yang resah. pamitmu hanya sementara, tapi hingga anggrek bulan mulai lelah bercerita dengan jembatan kayu di dekatnya, bayanganmu tak kunjung datang, senyumu tak lagi mengawang

Di atas jembatan kayu yang mulai pudar warnanya, sepotong hati anak manusia mulai di rambati lelah. menanti yang tak pasti, menunggu padahal waktu telah menipu. Jembatan kayu menjadi saksi, betapa anggrek bulan layu sebelum petang menjelang.

Bagan batu 21 april 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun