Mohon tunggu...
Kang Asep
Kang Asep Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Hanya blogger biasa\r\nhttp://kangasep.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menanti Indiehome Masuk Desa Saya

18 Februari 2016   07:11 Diperbarui: 18 Februari 2016   07:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesatnya perkembangan internet di tanah air menimbulkan keirian sebagian penggunanya. Bagaimana tidak iri? Ada daerah yang sangat dimanjakan fasilitas, baik dari perusahaan plat merah milik pemerintah maupun swasta. Ada (bahkan lebih banyak) daerah yang sama sekali minim.

Tidak usah jauh jauh ke Papua sana, kita lihat saja perbedaan Bekasi dan Cikampek yg masih satu provinsi, Jawa Barat.
Bekasi, terutama di kotanya, fasilitasnya hampir sama dengan Jakarta, semua penyedia jaringan internet ada. Tapi Cikampek, dari tahun 2000 sampai sekarang masih itu-itu juga. Cuma ada speedy dari Telkom (plat merah) dan provider seluler.

Pun itu tidak semua tempat di Cikampek dan sekitarnya terlayani oleh speedy/indiehome karena keterlambatan Telkom membangun infrastrukturnya. Kebutuhan akan layanan data yang murah tidak bisa diimbangi Telkom daerah untuk menggenjot layanannya.
Memang sekarang saya lihat hampir tiap bulan ada penggalian pinggiran jalan dengan tulisan "Pemasangan serat optik". Tapi itu ternyata tidak serta merta setelah digali daerah tersebut bisa menikmati koneksi internet dari Telkom.
Setelah digali dan ditanami selang, entah kapan dipasang serat optiknya, entah kapan pula ada jaringannya.

Bisa jadi selang yg ditanam keburu rusak. Seperti di desa saya yang sudah bertahun dipasangin selangnya tapi tak kunjung jua dipasangi serat optiknya.
Mungkin nanti, setelah bumi tak berpenghuni. :D

Kalo BUMN seperti Telkom saja telatnya bukan main, apalagi swasta.
Ada sih perusahaan swasta yang mencoba memberi koneksi data tapi harga berlangganannya sangat mahal, sama seperti kalau kita memakai provider seluler untuk koneksi internet. Bahkan lebih mahal.

Banyaknya penyedia koneksi tentu berimbas dengan harga berlangganan. Kalau penyedia itu-itu juga dari dulu, harga berlangganan tidak dapat ditekan, karena meraka menikmati harga mahal yang harus dibayar pelanggan.

Bayangkan, ada daerah yang bisa merasakan koneksi data sampai ratusan mega bites dengan harga 300an ribu Rupiah perbulan, tapi daerah seperti desa saya hanya untuk bisa menikmati speed koneksi 1 MB saja harus mengeluarkan 700an ribu Rupiah perbulannya untuk berlangganan.
Ketimpangan yang menyakitkan.

[caption caption="Wifi id di Jakarta"][/caption]

[caption caption="Wifi id di Cikampek"]

[/caption]

Wifi Spot

Tak beda jauh dengan kakak sepupunya, jaringan kabel/fiber. Wifi juga juga jadi mahluk langka di Cikampek. Wifi id dari Telkom cuma ada 2 lokasi (hasil pencarian dari website wifi.id), itupun cuma bisa dinikmati sekitarnya doang.
Wifi corner?
Ah cuma mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun