Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sisi Gelap Literasi: Membaca Tanpa Berpikir

3 Juli 2020   05:41 Diperbarui: 4 Juli 2020   10:38 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebiasaan buruk saat membaca adalah membaca tanpa berpikir. | Sumber: Pixabay/OlyaLole

Kadang cara menyikapi informasi baru yang kurang kritis sudah menjadi hal yang kaprah. Terkadang ada yang terlalu percaya dengan informasi baru dalam sebuah buku, hingga semuanya ditelan bulat-bulat. Seperti terhipnotis. Seolah-olah apa yang dikatakan oleh penulis buku bacaan pasti benar. Karena pembaca yakin, pasti sebuah tulisan telah melewati masa riset yang panjang.

Tentu hal semacam itu gak baik. Seharusnya, meskipun buku yang dibaca itu sangat kredibel sekalipun, pembaca tetap saja perlu skeptis. Ragu-ragu. Benarkah apa yang ditulis ini? Lalu cari fakta pendukung, sebelum benar-benar berkesimpulan.

Kadang sudah terlalu terbiasa mengkultuskan informasi yang terdengar menarik, tanpa kroscek lebih dalam. Informasi baru tersebut akhirnya menjadi satu paket pemahaman yang tak sedikitpun terlintas dalam pikiran seorang pembaca untuk membantahnya.

Maka akan menjadi demikian berbahaya, jika informasi itu ternyata salah. Akhirnya tak sadar seorang pembaca yang tidak berpikir kritis bisa terjebak dalam pemahaman keliru secara diam-diam.

Maka apa yang lebih berbahaya daripada dihipnotis? Mungkin membaca buku yang isinya "menyesatkan". Lalu pembaca gak sadar kalau pola itu sebetulnya menjerumuskan dan telah membentuk alam bawah sadar secara halus.

Kebiasaan buruk saat membaca adalah membaca tanpa berpikir. Menelan mentah-mentah semua informasi, seakan-akan itu semua pasti benar. Meskipun penulisnya adalah Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, ataupun Socrates.

Kebiasaan buruk lain menurut saya, juga adalah langsung sepenuhnya menolak sebuah ide sebelum merenungkan kembali apa maksudnya. Meskipun itu adalah kata-kata Hermann Goering atau Heinrich Himmler.

Tapi, lebih dari apapun, orang tetap membutuhkan bacaan agar tulisan dan ide mereka tetap kuat. Ide dan tulisan yang sama sekali tak disokong oleh bacaan adalah rapuh. Atau mungkin layak disebut sebagai fiksi, imajinasi, bahkan omong kosong. 

Bila ide itu kita tampilkan dalam pentas kejamnya kehidupan. Yang melihat kita sebagai orang kecil tanpa nama.

Sisi gelap yang lain, dunia kadang hanya mau mendengarkan mereka yang sudah punya reputasi saja. Tapi jangan katakan "aku iri pada mereka". Sebab justru itu adalah cambukan, yang membuat kita lebih cepat berlari. Gak cuma diam saja dan menunggu keajaiban.

Jadi, sebaiknya melatih untuk menciptakan gagasan dan menemukan ide juga perlu. Jangan habiskan seluruh waktu untuk membaca tanpa pernah menyeimbangkan dengan berpikir, dan jangan pula habiskan waktu untuk berpikir tanpa pernah membaca.

Sayang sekali saat akhirnya kaya referensi, namun miskin ide dan sering copas sana sini.

***

Sekian...

***

16, 24 Juni 2020 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun