Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Awal Mula Kemunculan Teologi sebagai Respon Sengketa Politik?

3 Juni 2020   05:40 Diperbarui: 3 Juni 2020   05:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah sengketa kekuasaan dalam sejarah perkembangan umat Islam sebenarnya adalah pembahasan yang saya hindari.

Saya mencoba untuk tidak cari tahu akan rumitnya pergolakan kekuasaan pada masa sahabat Ustman bin Affan Radhiyallahu'anhu, dan sahabat Ali bin Abi Thalib Karromaallahuwajhah. Saya cuma takut jadi orang yang kepleset dalam memahami. Makanya lebih baik gak tahu apapun. Tema itu menjadi blind spot saya dalam sejarah Islam.

Karena nabi Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam tidak menunjuk seorang pemimpin secara tegas, beliau hanya menunjuk sahabat Abu Bakar Radhiyallahu'anhu sebagai imam salat. Tidak secara langsung menunjuk beliau sebagai khalifah, akhirnya proses pemilihan kekuasaan berjalan dengan musyawarah antara pembesar kaum Muhajirin dan Anshar.

Hal semacam ini gak menimbulkan perpecahan jika disikapi secara bijak. Sebagaimana yang saya tangkap dari kutipan dalam dawuh imam Asy'ari di kitab beliau. Sebab seharusnya Islam bisa mewadahi setiap perbedaan apapun. Bahkan yang paling berbeda sekalipun, asal tidak melanggar prinsip pokok.

"'Perselisihan kaum muslim sepeninggal Nabi Muhammad saw.,' tulis Imam al-Asy'ari (w. 324 H) dalam pengantar bukunya Maqalt al-Islmiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, 'terjadi dalam banyak hal.

Perbedaan itu membuat mereka saling menyalahkan. Mereka saling mencuci tangan dari kesalahan yang lain. Hal itu membuat mereka tercerai-berai menjadi beberapa kelompok.

Hanya saja, Islam menyatukan perbedaan itu dan memayungi mereka semua. Semua perbedaan itu dimulai dengan perbedaan tentang kepemimpinan (baca: setelah Nabi wafat)" (halaman 21)

Ada kalimat yang perlu digarisbawahi. "Islam menyatukan perbedaan itu dan memayungi mereka semua." Indah sekali kalimat tersebut. Andaikan kita benar-benar memahami hakikatnya.

Kadang egoisme lah yang membuat seseorang gelap mata. Dan berani menghalalkan segala cara, demi mencapai maksud dan tujuan. Bahkan mengatasnamakan agama.

"Mencermati alur sejarah teologi di atas, yang ditulis oleh para sejarawan teologi sekaligus perumus mazhab teologi, bisa dipahami bahwa terbentuknya mazhab-mazhab teologi berbeda-beda dari sisi waktunya.

Mazhab yang paling awal muncul adalah mazhab Syi'ah dan Murji'ah, kemudian yang muncul relatif pertengahan seperti Muktazilah, dan mazhab yang muncul relatif akhir adalah mazhab Ahlussunnah wal Jama'ah, yang biasa disingkat dengan Aswaja." (Halaman 23)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun