Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Awal Mula Kemunculan Teologi sebagai Respon Sengketa Politik?

3 Juni 2020   05:40 Diperbarui: 3 Juni 2020   05:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bedakan saat kita jadi orang yang belajar secara pasif. Dengan hanya menyimak saja, atau mungkin membaca saja, tanpa mencatat. Akhirnya, yang bisa diingat kadang sedikit. Mungkin hanya sekitar 5%.

Ada empat tahap untuk mempraktekkan Teknik Feynman. Dan intinya, yang saya pahami adalah tahap ke empat. Bagaimana kita bisa "menjelaskan ulang bagian rumit tersebut dalam bahasa yang lebih sederhana". Dan "jika Anda masih belum bisa menjelaskan dengan sederhana, artinya Anda belum memahami sepenuhnya apa yang anda pelajari tersebut."

***

Sudah cukup basa-basinya...

Kita sepakat bahwa munculnya banyak aliran dalam akidah Islam tak lepas dari sejarah. Semua akademisi, bahkan yang non muslim sekalipun akan mengatakan hal sama. Seolah sudah menjadi konsensus.

Tidak seperti ushul fikih, mawaris, atau bahkan diskursus falak dan astronomi.

Jika fikih adalah respon dari masalah waqi'iyah, maka ada anggapan buruk yang saya sayangkan, bahwa ada yang memahami kemunculan teologi sebagai imbas dari sengketa politik.

Apakah tidak terlalu berlebih-lebihan? Mengkambinghitamkan agama sebagai tameng agar merasa jadi orang yang gak bersalah ditengah kemelut perebutan kekuasaan?

Makanya perlu bersikap objektif. Saya gak berada di pihak itu. Dan meskipun tulisan ini gak mungkin sampai ke orang yang berpikir demikian, setidaknya ini hal kecil yang bisa saya lakukan untuk membela "keluhuran ilmu pengetahuan". Ilmu bukan disalah tempatkan untuk hal "duniawi" semacam itu.

_______

Mari berpikir objektif...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun