Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Seberapa Pentingkah Menulis?

1 Mei 2020   05:27 Diperbarui: 1 Mei 2020   05:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pertanyaan yang sederhana. Menulis itu sebenarnya hampir sama dengan berbicara menurut saya. Butuh bakat untuk diasah. Seperti halnya bakat pidato. Tahu teori menulis. Ikut kursus menulis atau seminar kepenulisan gak akan mengubah seseorang jadi instan bisa nulis. Tapi butuh pembiasaan.

Bahkan saya kira cita-cita jadi penulis itu ya gak begitu penting. Justru yang penting adalah punya cita-cita bisa banyak membaca. Menulis itu adalah natijah atau sekedar imbas saat orang membaca sesuatu. Tapi entahlah...

Dengan membaca. Lalu menulis. Dan membaca kembali tulisan kita sendiri. Saya kira orang yang paling bisa mengoreksi tulisan kita sendiri ya kita sendiri. Tapi butuh waktu. Maksudnya, diamkan dulu tulisan itu beberapa lama. Dan baca kembali jika benar-benar sudah lupa isinya.

Orang lain akan segan untuk mengatakan tulisan kita buruk. Tapi diri kita sendiri akan lebih jujur. Biasanya saat kita membaca tulisan lama kita, akan merasa sedikit malu. Ini kok tulisan jelek amat. Ini kok diksinya begini. Artinya sudah ada perkembangan sejak terakhir kali menulis tulisan itu.

Saya menemukan postingan dari The Guardian yang dikutip seseorang di Quora.

"Ada seorang psikolog namanya Matther Lieberman: Menulis itu membantu otak mengatur emosi tanpa disengaja. Entah itu menulis sesuatu di dalam buku harian, menulis puisi, atau membuat lirik lagu. Itu akan membantu orang secara emosional. Mereka yang menulis tentang pengalaman emosional menunjukkan lebih banyak aktivitas di bagian otak yang disebut korteks prefrontal ventrolateral kanan yang berfungsi untuk mengurangi aktivitas saraf yang menghasilkan emosi."

Mungkin begini, istilahnya saat kita sedang gelisah. Kemudian nulis di buku diary. Lalu kita mencoba memetakan kembali masalah kita. Semua kebingungan yang kita hadapi saat ini ditulis di buku rahasia itu. Semua hal yang kita rasakan. Sedih, senang, ataupun bahagia.

Kemudian beri waktu. Kembali lagi esok atau lusa untuk membaca buku diary itu. Maka setidaknya jika beruntung kita bisa menemukan pemecahan masalah dari apa yang kita hadapi. Sebab dalam posisi tersebut, kita seolah sedang memandang hidup kita dari sudut pandang orang lain. Seolah kita sedang minta nasihat pada orang lain di masa depan atas masalah yang kemarin terjadi. Dan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan itu kembali.

Istilahnya kadang manusia gak bisa melihat blind spot dalam dirinya. Makanya dia butuh cermin. Minta pandangan orang lain. Atau minta pandangan pada diri sendiri "dengan pura-pura menjadi orang lain." Entahlah...

Menulis juga bisa membentuk karakter. Jadi meskipun gak ada yang baca tulisan kita. Setidaknya kita sedang berusaha membentuk karakter yang berguna untuk diri kita. Sebab menulis itu bukan melulu masalah popularitas. Atau agar tulisan kita berguna untuk orang lain. Tapi justru yang terpenting sejauh yang saya anut adalah bagaimana menjadikan itu pertama kali berguna untuk diri kita sendiri. Masalah orang lain suka atau tidak itu ya sekedar bonus dan hadiah hiburan semata.

Saya menganalogikan menulis, atau membuat karya, apapun itu. Lukisan, lagu, atau apalah. Diibaratkan kita sedang meramu kopi. Kita gak mungkin menuntut semua orang menyukai kopi bikinan kita. Bahkan dari sekian banyak penggemar kopi, ada yang gak suka kopi bikinan siapa, dan bikinan siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun