Mohon tunggu...
Kammi Alquds
Kammi Alquds Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Kebangkitan Nasional Masihkah Ada "Cinta" di Antara Kita?

20 Mei 2018   23:25 Diperbarui: 20 Mei 2018   23:35 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.kemenkumham.go.id

*Maya Sari Syama Yanti (Sekretaris Divisi Media dan Informasi PK KAMMI Al-Quds Unsri 2018-2019)

Sudah 110 tahun lamanya, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 mei. Salah satu momentum bersejarah yang menjadi cahaya perjuangan rakyat Indonesia dan dijadikan hari besar nasional oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1948 ini dilatarbelakangi oleh lahirnya Organisasi Budi Oetomo yang lahir pada tanggal yang sama pada tahun 1908 dan dianggap menjadi awal terbentuknya organisasi persatuan-persatuan rakyat di berbagai belahan daerah di Nusantara.

Namun, apakah saat ini Hari Kebangkitan Nasional benar-benar dimaknai sebagai secara sungguh-sungguh oleh rakyat Indonesia? Lantas, bagaimana realita persatuan di Indonesia kini? Apakah Indonesia sudah benar-benar bersatu? Bagaimana peran kita agar dapat menjadikan hari kebangkitan nasional ini sebagai momentum untuk memanggil kembali rasa persatuan?

Jika dahulu kebangkitan nasional dimaknai sebagai bangkitnya rasa persatuan rakyat dalam melawan penjajahan dari luar. Maka, saat ini kebangkitan nasional bisa jadi dimaknai sebagai bangkitnya rasa persatuan dalam melawan isu-isu yang menggoyahkan persatuan itu sendiri. Mengutip pernyataan dari Bung Karno "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi, perjuangan kalian lebih berat karena melawan saudara sendiri." Begitulah realitanya, berbagai perpecahan saat ini banyak disebabkan oleh perilaku bangsa Indonesia sendiri. Meskipun ada beberapa masalah dari luar, namun yang lebih urgen adalah masalah dalam bangsa sendiri. Beberapa elit politik yang meruntuhkan kepercayaan rakyat maupun sekelompok orang yang percaya pada kabar burung membuat terkikisnya rasa persatuan dan keharmonisan yang telah dibangun selama ini.

Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara yang multikultural dengan berbagai suku bangsa, agama, ras, maupun bahasa. Berbagai isu yang belum tentu kebenarannya seolah-olah menanamkan perbedaan inilah yang menjadi penyebab perpecahan di Indonesia. Salah satu isu yang sedang booming saat ini adalah terorisme dimana suatu agama disudutkan dan selalu dikaitkan dengan isu tersebut. Memang sedari dulu, terorisme menjadi salah satu masalah yang sensitif di negeri ini. Dikutip dari laman news.idntimes.com, pada Mei 2018, telah terjadi 5 kasus teror bom di Indonesia. Mulai dari kasus di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, hingga Riau. Mulai dari teror di Mako Brimob di Depok, bom di 3 Gereja di Surabaya, bom di Rusunawa Wonocolo di Sidoarjo, bom di porestabes Surabaya, hingga penyerangan terduga teoris ke Mapolda Riau. Kasus-kasus tersebut menyebabkan munculnya berbagai argumen yang mengatasnamakan suatu agama sehingga rakyat bisa terpecah belah. Ramai orang-orang bersatu untuk memojokkan salah satu pihak, kesalahan segelintir orang yang menyebabkan suatu golongan dianggap menyebarkan paham radikal. Inikah yang disebut persatuan? Bahkan, ada yang menjauhi golongan tersebut karena dianggap menakutkan meski sebenarnya tidak demikian. Padahal, jika kita berpikir kembali, maka kita akan mengetahui bahwa agama tidak akan mungkin mengajak kita kepada suatu kejahatan. 

Ikhwahfillah sekalian, sekarang marilah kita pikirkan, kemana hilangnya rasa persatuan yang pernah ada. Apakah kita lupa kemerdekaan negara ini bisa terwujud karena persatuan? Inikah persatuan yang diinginkan para pendiri negara kita? Apakah persatuan terwujud jika kita saling memojokkan? Lupakah kita bahwa kemajemukan dan perbedaan yang ada di negara ini adalah sebuah anugrah bukan musibah yang harus diperdebatkan? Pernahkah kalian bertanya, masihkah ada cinta di negeri kita?

Sebagai umat muslim, marilah kita saling menjaga. Marilah kita menghormati semua perbedaan yang ada di negara kita. Tunjukanlah bahwa islam mencintai kedamaian. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman, dalam surat Ali Imran ayat 103 sampai 105 yang berbunyi:

 ()

 ()

 ()

Artinya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun