Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Taman Putroe Phang, Dibangun atas Nama Cinta Sang Sultan

20 Agustus 2021   23:26 Diperbarui: 21 Agustus 2021   07:59 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip disbudpar.acehprov.go.id, Sultan Iskandar Muda sengaja membangun taman Putroe Phang, agar sang permaisuri mengurungkan niatnya untuk kembali ke kampung halaman. Kampung halaman permaisuri merupakan daerah yang berbukit dan terdapat gunung. 

Pinto Khop (Komar)
Pinto Khop (Komar)

Sangking cintanya, sang sultan berinisiatif mengambil langkah membangun Taman Putroe Phang, Taman Sari (sekarang Taman Bustanussalatin). Kemudian, Sultan juga membangun Gunongan yang menyerupai bukit-bukit layaknya sebuah gunung.

Di dalam Taman Putroe Phang terdapat sebuah gerbang berkubah yang disebut dengan 'Pinto Khop'. 'Pintoe Khop' dapat menghubungkan langsung dengan antara istana dengan taman. Di bawahnya mengalir air yang dijadikan tempat mandi permaisuri bersama para dayang. Tempat mengalir air itu sekarang disebut anak sungai dan diberi nama Krueng Daroy.

Gerbang ini memiliki luas 2 x 2 meter persegi dengan tinggi 3 meter. Arsitektur rongga pintunya berbentuk lengkung busur dengan orientasi arah barat dan timur dengan ornamen bermotif sulur. Bagian atas gerbang berbentuk kelopak berlapis tiga dengan puncak berbentuk mahkota dengan sudut yang meruncing. Sepintas, bentuk atap ini mengingatkan kita dengan arsitektur dari Gunongan. Dahulu, di taman ini terdapat miniatur sungai, air terjun, pantai, balai, tebing, kolam dan tanjung.

Marnis Sang Penjaga Taman Putroe Phang

Pak Marni bersama Bilal Faranov (Komar)
Pak Marni bersama Bilal Faranov (Komar)

Diperjalanan pulang, saya bertemu seorang bapak-bapak dengan tong sampah krisbow dan sapu lidi di tangannya sedang membersihkan taman Putroe Phang.

Beliau bernama Muhammad Ridwan Ismail Nasution atau lebih senang dipanggil Marnis. Sudah 10 tahun bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Taman Putroe Phang.  Kata Pak Marnis, sudah setahun lebih tempat bersejarah ini sepi akibat pandemi COVID-19. Namun, aktifitas bersih-bersih tetap dilakukan setiap hari. "Kecuali orang yang mancing, itupun harus prokes," kata Pak Marnis, yang mulai berhenti menyapu.

Pak Marnis (Komar)
Pak Marnis (Komar)

Sementara itu, Pak Marnis yang sudah berusia 60 tahun itu bercerita kepada saya, kata beliau, Taman Putroe Phang memiliki 'Pinto Khop' yang merupakan pintu keluar masuk menuju ke Gunongan atau dulu disebut Taman Ghairah. Gunongan berada diseberang Taman Putroe Phang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun