Mohon tunggu...
Kamalia Purbani
Kamalia Purbani Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Purnabakti PNS Pemerintah Kota Bandung. Terakhir menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kepala Kantor Litbang, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Bappeda, Inspektorat, Staf Ahli Walikota Bidang Teknologi Informasi, Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesra

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjalani Proses Berduka

22 September 2022   13:37 Diperbarui: 22 September 2022   13:45 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menjalani Proses Berduka: Berdo'a, Menulis dan Berbicara pada Diri Sendiri

Kehilangan seorang ibu dalam kehidupanku, menyisakan kesedihan dan luka yang dalam. Banyak orang mengatakan, hanya waktu yang akan menyembuhkan. Faktanya, serratus hari sudah terlewati, namun kesedihan itu masih lekat. Ada kalanya bahkan meningkat saat berjuta kenangan bersamanya sejak masih kecil sampai usia setua ini. Semua seakan flash back dalam fikiranku, bagai memutar sebuah film panjang yang berulang-ulang.

Memahami proses berduka

Dalam referensi literatur dijelaskan berbagai teori tentang tahapan proses berduka (grieving process) mulai dari: penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan akhirnya penerimaan. Namun tampaknya perlu diingat bahwa proses berduka dapat menjadi rumit, dan tidak sama untuk semua orang.

Psikolog legendaris John Bowlby memfokuskan karyanya untuk meneliti keterikatan emosional antara orang tua dan anak. Dari sudut pandangnya, pengalaman awal keterikatan dengan orang-orang penting dalam hidup kita, seperti pengasuh, membantu membentuk rasa aman, aman, dan koneksi kita.

Psikiater Inggris Colin Murray Parkes mengembangkan model kesedihan berdasarkan teori keterikatan Bowlby, menyarankan ada empat fase berkabung ketika mengalami kehilangan orang yang dicintai:

Syok dan mati rasa: Kehilangan pada fase ini terasa mustahil untuk diterima. Paling dekat dengan tahap penolakan Kbler-Ross, kita merasa kewalahan saat mencoba mengatasi emosi kita.

Kerinduan dan pencarian: Saat kita memproses kehilangan dalam fase kesedihan ini, kita mungkin mulai mencari kenyamanan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan orang yang kita cintai. Kita mungkin melakukan ini dengan menghidupkan kembali ingatan melalui gambar dan mencari tanda-tanda dari orang tersebut untuk merasa terhubung dengannya.

Keputusasaan dan disorganisasi: Kita mungkin mendapati diri kita bertanya-tanya dan merasa marah dalam fase ini. Kesadaran bahwa orang yang kita cintai tidak kembali terasa nyata, dan kita dapat mengalami kesulitan memahami atau menemukan harapan di masa depan kita.

Reorganisasi dan pemulihan: Pada fase ini, kita merasa lebih berharap bahwa hati dan pikiran kita dapat dipulihkan. Seperti halnya tahap penerimaan Kbler-Ross, kesedihan atau kerinduan terhadap orang yang kita cintai tidak hilang. Namun, mulai bergerak menuju penyembuhan dan berhubungan kembali dengan orang lain untuk mendapatkan dukungan, menemukan cara-cara kecil untuk membangun kembali beberapa keadaan normal dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa kematian seorang ibu begitu sulit bagi kebanyakan orang?

Menurut seorang psikolog, kematian seorang ibu adalah salah satu hal tersulit yang akan dialami kebanyakan orang dalam hidup, terlepas dari kenyataan apakah ketika masih hidup kita memiliki hubungan yang sulit atau hebat. Bagaimanapun peristiwa tersebut kemungkinan besar akan berdampak signifikan terhadap hidup kita.

John Bowlby, seorang psikolog Inggris, percaya bahwa anak-anak dilahirkan dengan dorongan untuk mencari keterikatan dengan seseorang yang mengasuh kita dari kecil. Seorang ibu adalah bagian integral dari kehidupan kita.

Penelitiannya secara khusus berfokus pada wanita dewasa yang kehilangan ibu mereka saat masih anak-anak dan menemukan bahwa mereka memiliki skor ketahanan yang lebih rendah daripada mereka yang tidak kehilangan ibu saat masih anak-anak.

Dia menyatakan bahwa dia melihat banyak orang yang tidak memiliki hubungan baik dengan ibu mereka tetapi terkejut dengan kekuatan reaksi kesedihan mereka setelah kematian ibu mereka.

Bagaimana Kematian Seorang Ibu Mempengaruhi Seseorang

Banyak orang kurang menyadari bahwa kesedihan dapat muncul secara fisik, selain indikasi mental atau spiritual yang lebih dikenal. Di tubuh anda, kesedihan mungkin terlihat seperti:

  • Masalah pencernaan
  • Kehilangan energi
  • gugup
  • Gangguan tidur
  • Perubahan berat badan
  • Gugup
  • Gangguan pskiatri

Bagaimana saya mengatasi proses berduka?

Beberapa orang mendorong kita untuk 'melanjutkan hidup' dengan cepat setelah kehilangan yang signifikan. Namun kita sendiri yang memahami diri kita, jiwa kita, fikiran kita. Saya jalani semua proses berduka, tanpa putus mendo'akan almarhumah, merasakan dan menuliskan apa yang saya rasakan dan membahas apa yang saya rasakan

Sebagai seorang muslim, saya percaya pada sebuah hadist yang menyatakan bahwa "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya."

Saat rasa sedih dan kehilangan hampir tak tertahankan, saya lebih sering menuliskan apa yang saya rasakan dibandingkan dengan membahasnya dengan orang. Saya juga sering berbicara kepada diri saya sendiri atau bahkan kepada almarhumah ibuku, pada saat saya berdo'a.

Dari sisi psikologi, menulis ternyata merupakan salah satu terapi yang cukup tepat untuk meredakan stress dan depresi. Terapi menulis mendorong seseorang mengutarakan perasaannya lewat tulisan

Dari apa yang saya baca, manfaat paling utama dari terapi menulis adalah efektif sebagai bagian dari penanganan berbagai gangguan psikologis mulai dari depresi, cemas berlebih, OCD, penyalahgunaan zat tertentu, gangguan makan, hingga penyakit kronis. Bahkan, menulis juga bisa menjadi media berdamai dengan kesedihan atau kehilangan. Menulis ini merupakan solusi masalah interpersonal, komunikasi, hingga bagi yang merasa rendah diri.

Lalu sehatkah kalau kita sering berbicara dengan diri sendiri (Self Talk)?

Referensi menjelaskan bahwa "pembicaraan batin" atau berbicara dengan diri sendiri, ini ternyata sangat menyehatkan, memiliki peran khusus dalam menjaga pikiran kita tetap fit. Ini membantu kita mengatur pikiran kita, merencanakan tindakan, mengkonsolidasikan memori dan memodulasi emosi. Dengan kata lain, itu membantu kita mengendalikan diri kita sendiri.

Ini mungkin dapat membantu menjelaskan mengapa begitu banyak profesional olahraga, seperti pemain tenis atau bulutangkis sering berbicara sendiri selama kompetisi, sering kali pada titik-titik penting dalam permainan, mengatakan hal-hal seperti "Ayo!" atau "Semangat !". 

Hal ini dilakukan untuk membantu mereka tetap fokus. Kemampuan kita untuk menghasilkan instruksi diri yang eksplisit sebenarnya adalah salah satu alat terbaik yang kita miliki untuk kontrol kognitif, dan itu bekerja lebih baik ketika diucapkan dengan keras. Manfaat lain dari "Self Talk" adalah mengurangi kesepian, menjaga rutinitas dan keteraturan serta mengurangi stress

Semua kesedihan itu rumit, tetapi setelah kehilangan seseorang yang begitu berharga dalam kehidupan kita, secara perlahan kebanyakan orang mulai dapat menyesuaikan diri dengan rutinitas harian mereka (atau membuat rutinitas baru).

Semoga saya dapat menjalani proses berduka ini dengan baik walaupun saya sadari bahwa kesedihan dan kehilangan seorang ibu yang begitu penting artinya dalam kehidupanku; tidak akan pernah hilang.

 "Telah dikatakan, waktu akan menyembuhkan semua luka. Saya tidak setuju. Luka tetap ada. Pada waktunya, pikiran, melindungi kewarasannya, menutupinya dengan jaringan parut dan rasa sakitnya berkurang. Tapi itu tidak pernah hilang." Rose Kennedy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun