Mohon tunggu...
De Kalimana
De Kalimana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Tasawuf

22 Oktober 2017   18:40 Diperbarui: 31 Mei 2018   19:03 6481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para ahli memberikan banyak definisi mengenai tasawuf, sehingga sulit mendifinisikan tasawuf secara lengkap. Dari banyak definisi itu pengertian tasawuf yang mudah dipahami oleh masyarakat awam adalah definisi dari Imam al-Ghazali.

TASAWUF, menurut Imam al-Ghazali adalah ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan cara membersihkan hati dan mensucikan jiwa, guna memperoleh kebahagiaan sejati. Tasawuf juga dapat diartikan sebagai cara atau adab batiniah untuk mencapai Makrifat, yaitu memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa dirinya berada di hadirat Tuhan (Wahdatul Wujud = Manunggaling Kawula Gusti).

Istilah tasawuf sebenarnya tidak dikenal pada zaman Rasulullah saw. tetapi pada masa itu, dikenal istilah-istilah seperti zuhud, wara', dan beberapa kata kunci lain dalam tasawuf. Istilah tasawuf muncul setelah generasi yang ke tiga, yaitu setelah generasi sahabat Nabi, generasi Tabi'in, dan generasi Itabi'in. Setelah kegenerasi ketiga itulah munculnya para sufi pada Abad ke 11 (5 H). Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.

Abu Hasan al-Fusyandi mengatakan, "Hari ini tasawuf hanya sekedar nama, tetapi tidak ada buktinya. Dahulu di zaman Rasulullah, tasawuf ada buktinya, tetapi tidak ada namanya."

Menurut Jalaluddin Rakhmad, tasawuf sering dipahami sebagai akhlak untuk mendekati Tuhan, artinya, apabila seseorang berkeinginan mendekati Tuhan, maka serangkaian akhlak yang harus dikerjakan itu dinamakan tasawuf.

Ajaran-ajaran tasawuf lebih berorientasi pada aspek inner (jiwa terdalam). Ajaran ini mengarahkan kehidupan manusia kepada cara hidup yang mengutamakan rasa. Tujuan terpenting dalam tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar bahwa dirinya berada di hadirat Tuhan (Ma'rifatullah).

Tarekat Tasawuf

Semua ulama tasawuf sependapat bahwa satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan seseorang mencapai Makrifat adalah melalui kesucian jiwa (Tazkiyatun Nafs) dan kebersihan hati (Qalbun Salim).

Untuk memperoleh kesucian jiwa dan kebersihan hati secara efektif, seseorang perlu menjalani serangkaian proses pendidikan (tarbiyah) dan latihan (riyadhah) mental yang panjang, dengan menjalani amalan-amalan spiritual (Tarekat) yang dibimbing oleh seorang Mursyid dalam sebuah lembaga spiritual (Zawiyah).

Dalam ketasawufan, terdapat 4 unsur tarekat, yaitu:

a. Mursyid/Syaikh (Guru tarekat)
b. Salik (murid tarekat)
c. Suluk (wirid dan amalan yang harus dilakukan salik)
d. Zawiyah (majelis tempat para salik mengamalkan sulk)

Pada tahap awal, teori dan amalan tasawuf selalu diformulasikan kepada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat. Dalam rangkaian metode pembersihan hati untuk mencapai makrifat, para sufi menetapkan dengan tiga tahap yaitu Takhalli,Tahalli,dan Tajalli.

(1) Takhalli, merupakan tahap pengosongan atau membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. (untuk mengisi botol dengan air mineral maka hrs dikosongkan lebih dulu).

(2) Tahalli, merupakan tahap pengisian hati yang telah dikosongkan dengan akhlak Tuhan, yaitu disibukkan dengan dzikir dan mengingat Allah. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik.

(3) Tajalli, merupakan tahap "penampakan" Tuhan secara metafisik. Disitu kebahagian sejati telah datang, Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai Ma'rifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur.

Dalam tarekat, seorang salik (calon sufi), dengan bimbingan seorang syaikh mursyid (guru tarekat), harus menjalani tarekat (amalan spiritual) sesuai tahapan spiritual (maqam). Sebagai contoh, maqam pertama adalah Tobat, kemudian Sabar, Tawadhu (rendah hati) Zuhud (menjauhi keduniawian), Tawakal, dan seterusnya hingga Makrifat.  Seseorang tidak dapat melewati sebuah maqam tertentu kecuali dengan menyempurnakan seluruh kewajiban yang harus dijalankan pada maqam tersebut.

Prinsip Maqam Ketasawufan :

a. Zikrullah, artinya mengingat Allah dengan cara menyebut nama-nama Allah (asma' al-husna).

b. Muraqabah: kesadaran bahwa seseorang tidak lepas dari pengawasan Allah,

c. Zuhud: membebaskan diri dari pengaruh dan godaan keduniawian.

Tokoh tarekat pertama yang terkenal adalah: Syekh Abdul Qadir Jaelani (Bagdad); Syekh Ahmad Riva'i (Mesir); dan Syekh Jalaluddin Rumi (Parsi)

Empat Tingkatan Tasawuf.

 

Dalam tasawuf (sufisme Islam), dikenal ada 3 tingkatan perjalanan spiritual yaitu Syari'at (syari'ah),Tarekat (thariqah), dan Hakikat (haqiqah), yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah the Law, the Way and the truth.  Namun masih ada satu lagi satu tahapan puncak yang menjadi tujuan akhir yaitu Makrifat (ma'rifah), yang sebenarnya adalah inti dari wilayah hakikat, dan sebagai esensi dari keempat tingkatan spiritual tersebut.

Secara umum kita mengenal ada tiga tingkatan keimanan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan.  Tingkatan keimanan ini searah dengan tingkatan perjalanan spiritual dalam ilmu tasawuf yaitu Syariat, Hakekat dan Ma'rifat.  Penjelasan singkat mengenai keempat tingkatan tersebut adalah sbb:

1. Syariat.  Syariat adalah aturan atau hukum yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim, baik yang berkenaan dengan ibadah ritual (hablum minallah) maupun hubungan sosial (hablum minan nas). Ilmu yang membahas masalah syariat disebut Fiqih.

2. Tarekat. Tarekat adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah yang sedekat-dekatnya (ma'rifat). Berbagai amalan tarekat yang dilakukan oleh seorang Salik (murid) atas panduan seorang mursyid (guru spiritual) berupa dzikir, wirid (riyadhah), puasa dan prilaku spiritual lainnya (seperti tidak bicara kalau tidak bermanfaat). Istilah tarekat juga menjadi nama lain dari aliran tasawuf.

3. Hakikat. Hakekat adalah isyarat dan rahasia kebenaran (al-haqq) yang terkandung di balik suatu keadaan (syariat). Hakikat juga disebut Lubb yang berarti esensi atau inti sari atau kebenaran yang esensial. Hakikat adalah bentuk batin dari syariat, sedangkan syariat adalah bentuk lahir dari hakikat. Dalam khasanah tasawuf, Hakikat adalah kemampuan seseorang dalam merasakan dan melihat kehadiran Allah di dalam syari'at itu, sehingga hakikat adalah aspek yang paling penting dalam setiap amal. Inti dan rahasia dari syari'at yang merupakan tujuan perjalanan salik.

Untuk menjelaskan hubungan antara Syariat dan Hakikat, ulama Sufi memberi contoh pada shalat; Semua gerakan fisik shalat yang bersifat lahiriyah dengan memenuhi semua rukun dan syarat fiqih merupakan sisi syariah. Sedangkan hadirnya hati bersama Allah dalam shalat (khusyuk) merupakan sisi hakikat, Ia adalah ruh shalat.

4. Makrifat. Makrifat adalah kemampuan mengenal Allah secara sangat dekat, karena telah tersingkapnya rahasia-rahasia ketuhanan. Intinya makrifat sangat terkait dengan keterbukaan mata batin, sehingga ma'rifat bisa dipahami sebagai kemampuan melihat Allah dengan mata hati. Ma'rifat merupakan inti dari wilayah hakikat yang 'tak terlihat'. Ma'rifat dicapai ketika Shufi mencapai maqam tertinggi dalam Tasawuf.

Salah Paham terhadap Tasawuf.

Sebagian ulama dan umat Islam ada yang memandang negatif terhadap ilmu tasawuf, hal ini tiada lain karena mereka telah terhasut oleh pemikiran Barat yang melakukan penelitian secara subjektif  terhadap amal zahir para Sufi.  Kesimpulan dari penelitian mereka antara lain sebagai berikut:

- Praktek tasawuf banyak menyimpang dari ajaran Rasulullah.

- Tasawuf lebih berorientasi pada kesalehan individual

- Mengutamakan kehinaan dari kemuliaan (menyukai kesusahan dari kesenangan).

- Tasawuf sebagai penyebab keterbelakangan kehidupan kaum Muslim.

- Dua istilah yang sering disebut-sebut oleh orang-orang sufi adalah Syari'at dan Hakikat. Apabila sudah sampai pada tahap hakekat maka menjalankan syari'at bukan lagi suatu keharusan

 

Golongan Tasawuf.

 

Secara garis besar para kaum Sufi dalam memahami dan menjalani praktik tasawuf dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

1. Kaum Sufi KONFENSIONAL. Mereka memahami hakekat dari apa yang ada pada ketetapan syari'at, dengan menjalani serangkaian proses tarekat (amalan spiritual) untuk mencapai tingkat makrifat.  Kalau di kalangan ahli fiqih dikenal mana sunnah dan mana yang bid'ah, maka di kalangan para sufi tidak dikenal hal seperti itu. Yang dipersoalkan para sufi adalah apakah hati kita semakin dekat kepada Allah atau tidak.

2. Kaum Sufi EKSTRIM.  Mereka memahami apa yang ada di balik ketetapan syari'at, sehingga bilamana hal itu telah dapat diselami, maka menjalankan syari'at bukan lagi suatu keharusan.

3. Kaum Sufi MODERN.  Tasawuf bukan metode pelarian sufi dari urusan dunia. Tasawuf yang sebenarnya adalah gaya hidup yang meliputi sikap, pandangan dan tingkah laku. Mereka tetap berpijak pada syariat untuk menjalani tarekat (jalan spiritual) agar mencapai hakekat. Tasawuf sering dipahami sebagai akhlak untuk mendekati Tuhan. Tiga dimensi dalam tasawuf yaitu  syariat, hakekat dan makrifat itu sejajar dengan tiga dimensi lain yang secara umum dikenal dalam Islam yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ihsan adalah dimensi tertinggi dalam Islam untuk menuju Tuhan, itulah makrifat.

Tasawuf Modern

Banyak orang yang keliru dalam memahami tasawuf, misal dengan tasawuf kita akan memperoleh karamah dari Allah SWT (seperti mukjizat yang diberikan kepada para Nabi/Rasul). Dengan tasawuf seseorang akan memiliki kekuatan gaib, kebal senjata, dapat menundukkan hati wanita dll. Yang mereka ketahui bukan tasawuf, melainkan Pseudo Sufism (tasawuf bohongan).

Menurut Prof. Jalaluddin Rakhmad, tasawuf sering dipahami sebagai akhlak untuk mendekati Tuhan, artinya, apabila seseorang berkeinginan mendekati Tuhan, maka serangkaian akhlak yang harus dikerjakan itu dinamakan tasawuf. Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara-cara mengatur akhlak (prilaku batiniah) untuk mencapai makrifat (hubungan langsung dengan Tuhan).  Sesungguhnya esensi dan tujuan utama tasawuf adalah untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, untuk mencapai ma'rifatullah atau menjadi muttaqin atau muhsinin sejati.

Kalau di kalangan ahli fiqih dikenal mana sunnah dan mana yang bid'ah, maka di kalangan para sufi tidak dikenal hal seperti itu. Yang dipersoalkan para sufi adalah apakah hati kita semakin dekat kepada Allah atau tidak.

Tasawuf bukan metode pelarian sufi dari urusan dunia. Tasawuf yang sebenarnya adalah gaya hidup yang meliputi sikap, pandangan dan tingkah laku. Model tasawuf seperti itu dikenal dengan TASAWUF MODERN atau Tasawuf Sunni, yaitu tasawuf yang berpijak pada syariat untuk menjalani tarekat (jalan spiritual) agar mencapai hakekat.

Pelaksanaan tasawuf modern tidaklah seperti cara-cara yang diajarkan oleh para sufi yang meninggalkan syariat, tetapi tasawuf yang lebih menekankan pada aspek akhlakul karimah dengan tidak melupakan aspek syariahnya.

Model tasawuf seperti itu di Indonesia dikembangkan oleh Prof. DR. HAMKA, yang menekankan aspek akhlak.  Tiga dimensi dalam tasawuf yaitu Syariat, Hakekat dan Makrifat itu sejajar dengan tiga dimensi lain yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ihsan adalah dimensi tertinggi dalam Islam untuk menuju Tuhan, itulah Makrifat dalam ilmu tasawuf.

Pada masyarakat dengan pola moderen (peradapan barat), solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan mental (mental health). Sedangkan pada masyrakat Islam maka solusi yang ditawarkan lebih bersifat religius spiritual, yaitu dengan pendekatan tasawuf.

Beberapa ahli tasawuf di Indonesia yang banyak dikenal antara lain: Prof. Hamka, Prof. Jalaluddin Rakhmad, Dr. Luqman Hakim, Haidar Baqir, Kautsar Azhari Noer, Hisain Shahab, dan Umar Shahab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun