Oleh: Syamsul Yakin, M.A (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Dan Kaila Aurazzahra (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Di era digital, dakwah bukan hanya urusan mimbar, tapi juga urusan layar. Seorang dai kini tak bisa lepas dari peran sebagai anggota masyarakat online—mereka hadir di media sosial, blog, forum diskusi, hingga platform video pendek. Maka, dakwah pun ikut berevolusi dari tatap muka menjadi tatap maya.
Dakwah hari ini tidak sekadar menyampaikan pesan, tapi juga ikut dalam perang narasi—memperebutkan ruang opini publik dari gempuran konten negatif yang terus membanjiri dunia maya. Dai harus hadir sebagai penyejuk, penjelas, sekaligus penunjuk jalan di tengah hiruk-pikuk digital ini.
Agar dakwah di dunia online efektif dan berpengaruh, berikut beberapa kiat yang perlu diperhatikan:
⸻
1. Sentuh Emosi, Bukan Hanya Logika
Dakwah yang baik di media sosial bukan yang panjang lebar, tapi yang mengaduk perasaan. Dai harus mampu membuat audiens merasa: sedih, bahagia, terharu, atau bahkan marah terhadap keburukan. Emosi adalah jembatan untuk masuk ke hati, sebelum akal.
2. Buat Konten yang Singkat, Padat, dan Jelas
Durasi konten ideal di media sosial adalah maksimal tiga menit. Video harus memiliki resolusi yang baik, tata suara jernih, dan caption yang informatif. Gunakan bahasa baku atau sopan santun digital, karena itu bagian dari etika dakwah.
3. Gunakan Data dan Ilmu Pendukung
Dai di era digital harus terlihat berwawasan luas. Tak cukup hanya menyampaikan dalil naqli (wahyu), tapi juga dilengkapi dengan data, hasil riset, dan argumen logis (aqli). Ini akan menambah kredibilitas dan membuat dakwah lebih mudah diterima oleh generasi berpikir kritis.