Oleh : Syamsul Yakin, M.A (Dosen UIN Â JAKARTA) & Kaila Aurazzahra (Mahasiswi UIN JAKARTA)
Dakwah sejatinya adalah upaya mulia untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Namun di balik kemuliaan itu, dunia dakwah tidak lepas dari berbagai problematika yang menjadi tantangan tersendiri bagi para dai. Dua persoalan utama yang kerap dihadapi adalah hambatan dan tantangan dakwah.
Hambatan: Ketika Dakwah Terbentur Keterbatasan
Hambatan dalam dakwah umumnya muncul karena keterbatasan sumber daya manusia, media, dan pembiayaan. Tidak semua dai memiliki kemampuan intelektual dan spiritual yang seimbang, sehingga pesan dakwah terkadang tidak sampai secara maksimal. Media juga menjadi kendala---masih banyak dai yang belum akrab dengan platform digital seperti media sosial atau podcast, padahal itu menjadi saluran utama komunikasi zaman sekarang.
Di sisi lain, pembiayaan dakwah pun sering bersifat insidental, bergantung pada donasi dan iuran sukarela. Padahal, kegiatan dakwah seharusnya dikelola dengan perencanaan keuangan yang lebih modern dan mandiri.
Tantangan: Ujian yang Menguatkan
Tantangan dakwah seringkali datang dari dinamika sosial yang terus berubah. Masyarakat yang semakin kritis, isu-isu sensitif, dan kompleksitas kehidupan modern menuntut dai untuk lebih kreatif dan adaptif. Namun menariknya, tantangan ini justru bisa menjadi pemicu semangat untuk memperbaiki cara berdakwah.
Tantangan bukan untuk dihindari, melainkan dijadikan cambuk untuk terus bergerak. Ia bisa menjadi ajang pembuktian ketangguhan para dai dalam menyampaikan kebenaran dengan cara yang bijak dan relevan.
Menjawab Problematika dengan Strategi
Menghadapi hambatan dan tantangan dakwah butuh lebih dari sekadar niat baik. Diperlukan pendekatan yang strategis---penguatan kapasitas dai, pemanfaatan teknologi digital, kerja sama dengan berbagai pihak, dan pengelolaan dana dakwah yang profesional.
Dengan kesiapan dan inovasi, dakwah tak hanya mampu menembus batas, tapi juga menjadi kekuatan perubahan yang nyata di tengah masyarakat.