Mempunyai banyak teman, sahabat, kolega atupun keluarga yang tersebar di segala penjuru nusantara, Indonesia kita atau mungkin di seluruh dunia, sepertinya menyenangkan kawan! Tahu kenapa? Ternyata bertemu dengan "sahabat lama" di tempat asing yang baru kita kunjungi sensasinya sungguh luar biasa.
Seperti yang selalu saya alami ketika beranjangsana ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Kota Sumedang, puseur-nya budaya Sunda di Jawa Barat beberapa waktu lalu untuk menghadiri undangan kolaboratif antara Pemkab Sumedang dengan penerbit Bitread dari Bandung untuk bareng-bareng mengeksplorasi sekaligus mendokumentasikan dan membukukan potensi pariwisata Sumedang dalam bentuk buku.
Surprise! Setelah berputar-putar mengeksplor beberapa destinasi wisata sejarah dan budaya ikonik di sekeliling Kota Sumedang dan waktu jam makan siang segera tiba, tapi kitanya belum juga mendapat destinasi kulineran yang pas, akhirnya Kang Windu, guide kita yang kebetulan juga seorang produser di salah satu stasiun TV lokal di Sumedang, mengajak akang driver mengarahkan mobil ke Warung Nasi Sederhana, Hj Erat di Jl. Tampomas.
Baca Juga Yuk! "Mbediding", Serunya Membeku Bersama di Ketinggian Kampung Karuhun, Sumedang Selatan
Berdiri sejak era tahun 70-an, menjadikan Warung Nasi Sederhana, Hj Erat ini salah satu atau mungkin malah satu-satunya rumah makan tertua di Sumedang yang masih eksis setelah bertahan lebih dari setengah abad alias 5 dekade lebih.  Wajar jika kemudian warung nasi ini menjadi legenda kuliner tersisa di Bumi Sumedang.Â
Setelah mengamati sejenak suasana warung dan lingkungan sekitarnya dari lokasi parkir mobil yang lumayan agak jauh, belum-belum saya sudah tertarik dengan label nama "Warung Nasi" yang tampak pada banner papan nama lumayan besar yang terpasang di bagian atap destinasi kulineran yang satu ini.Â
Menurut saya ini unik, sederhana dan berasa marwahnya! Selain lebih berasa old skool-nya hingga sepertinya nggak lagi begitu lazim di telinga kekinian yang lebih familiar dengan nama Rumah Makan, Resto atau bahkan Kafe dengan berbagai variasi penulisannya, tapi saya merasa feel-nya sebagai destinasi kuliner legend yang punya sejarah panjang justeru dapat. Apalagi dengan tambahan kata "Sederhana" secara eksplisit di belakangnya!Â
Tidak hanya itu, banyaknya list menu yang di tampilkan dalam banner papan nama atau tepatnya di bawah nama identitas warung yang bisa terbaca dengan jelas dari jalan di depan warung, tidak hanya strategi cerdas untuk memperkenalkan "isi warung" semata yang sebagian besar memang kuliner khas bumi Pasundan, tapi juga bukti orang-orang di balik destinasi kuliner ini memang expert! Apalagi, semuanya selalu ada lo, kecuali habis!
 Â