Pernahkah anda mendengarkan sayup-sayup lantunan takbir menjelang hari lebaran di tanah perantauan dari radio transistor yang gelombangnya putus nyambung? Sudah begitu di tengah hutan yang jauh dari mana-mana pula? Â
Kalaupun mungkin belum  pernah mengalaminya,saya yakin anda pasti bisa merasakan fell-nya saat-saat seperti itu! Ketika kita yang dalam tugas kerja, hanya bisa mengelus dada karena menanggung beban kerinduan dengan kampung halaman dan hanya bisa saling pandang dengan teman seperjuangan yang juga perantauan. Â
Baca Juga Yuk! Kronik Memasak Tepo, Lontong khas Magetan untuk Semarak Berlebaran
Karena itulah, menjadi perantau di kampung dan atau negeri orang biasanya akan memaksa siapapun untuk kreatif mencari dan mendapatkan momentum dan juga obyek-obyek aktual tertentu yang bisa membantu untuk meluruhkan kerinduan kepada kampung halaman berikut orang-orang terkasih yang ada disana yang bisa jadi treatment akan berbeda-beda untuk masing-masing orangnya.
Nah, sebagai perantau, saya pun juga merasa perlu untuk mempunyai peluruh kerinduan itu, sederhana saja sih alasannya! Agar tetap "waras" saja selama di perantauan dan saya menemukan peluruh itu salah satunya yang paling aktual adalah ada pada beragam kuliner "Jawa Timuran"Â yang memang banyak tersebar di segala penjuru Kota Banjarmasin.
Salah satu destinasi kulineran di sepuataran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan bungas yang mampu menghadirkan vibes sekaligus citarasa "pulang kampung"  paling aktual sekaligus otentik hingga lebih sering saya jadikan tempat healing adalah kedai Soto Ayam Lamongan Cak Ipul di KM 8 jalan Ahmad Yani atau juga di jalan Pramuka, Banjarmasin.
Baca Juga Yuk! Ketika Tahu Campur Buatan Ibu Tak Pernah Gagal Memanggilku Pulang
Soto Ayam Lamomgam Cak Ipul memang bukan satu-satunya kedai penyaji kulineran ala Jawa Timuran asli dari Lamongan itu, tapi dari sekian banyak kedai Soto Lamongan atau dari Surabaya yang ada di seputaran Kota Banjarmasin, bagi saya "paket komplit" sajian Soto Lamongannya Cak Ipul memang yang paling bisa membuat saya serasa pulang kampung.
Soal rasa, sepertinya saya nggak perlu berpanjang lebar untuk mendiskripsikan sempurnanya racikan citarasa khas Soto Lamongan yang gurih-asinnya sangat pas dan sangat identik dengan masakan ibu saya ini, penuhnya parkiran di depan kedai yang didominasi sepeda motor dan juga barisan mobil-mobil berbagai merk yang berjejer rapi di sempadan jalan A Yani, cukup menjadi legitimasi dari kualitas rasa soto ayam Cak Ipul.
Selain racikan soto ayam yang sedapnya ngangeni, di setiap meja santap juga disediakan koya alias elemen penggurih tambahan untuk menyantap soto yang dibuat dari kerupuk udang yang ditumbuk sampai halus seperti tepung, juga jeruk nipis utuh untuk menambah rasa asam, sambal, kecap asin dan juga kecap manis.
Meskipun fasilitas ini terlihat biasa dan sederhana saja, bebasnya pengunjung  mengambil koya sepuasnya jelas jurus jitu untuk semakin memperkaya pengalaman menikmati soto para pelanggan yang juga berlatarbelakang beragam, karena secara tidak langsung pelanggan diajak meracik sendiri Soto sesuai dengan selera dan kesukaanya! Ini salah satu yang menjadikan santap soto di kedai Cak Ipul ini benar-benar ngangeni.
Baca Juga Yuk! Mie Ayam Mas Jono
Tidak hanya itu, kita juga bisa menambah kesibukan nyoto disini dengan ngrokot-ngrokot alias menikmati tulangan ayam, sampai onderdil ayam seperti ceker, sayap, kepala atau mungkin suka dengan jeroan seperti ati ampadal (ampela;bahasa Banjar) ataupun kulit dalam kuah soto yang aroma sedapnya menguar kemana-mana! Duh ini yang tak pernah saya lewatkan, rasanya seperti dirumah!
Baca Juga Yuk! "Lempeng Karih" Definisi Lebaran Minimalis dari Kota Banjarmasin
Di waktu-waktu penuh pengunjung seperti inilah saya paling suka menikmati keriuhan pengunjung yang juga berlatar belakang beragam, meskipun tetap saja didominasi oleh para diaspora dari Pulau Jawa. Keriuhan dialog pengunjung yang lebih banyak berdialog dengan bahasa Jawa inilah yang saya sebut sebagai vibes pulang kampung yang selalu ngangeni!
Uniknya lagi tidak sedikit pengunjung yang berasal dari berbagai  daerah di nusantara yang juga selalu berusaha menunjukkan kepiawaiannya berbahasa Jawa. Ini momen yang paling saya suka! Banyak diantara mereka yang fasih berbahasa Jawa meskipun tidak bisa sepenuhnya meninggalkan logat dan dialek bahsa ibunya masing-masing! (BDJ7425)
"Wes mase, kabehe pero?"
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI