Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stasiun Barat dan Sejarah Keterlibatannya dalam Perang Asia Pasifik

5 Agustus 2023   20:08 Diperbarui: 6 Agustus 2023   19:07 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Tunggu Stasiun Barat (2012) | @kaekaha

Tidak hanya itu, pada dekade yang sama atau tepatnya pada tahun 1939, pemerintahan Hindia Belanda juga membangun lapangan udara khusus militer (militaire Luchvaart) baru bernama Lapangan Udara Maospati yang sekarang lebih dikenal sebagai Lanud Iswahyudi berjarak sekitar 3 km kearah Selatan setasiun Barat.

Stasiun Barat, Magetan era Hindia Belanda. Foto: KITLV
Stasiun Barat, Magetan era Hindia Belanda. Foto: KITLV
Keterlibatan dalam Perang Asia Timur

Sudah menjadi rahasia umum, setiap infrastruktur yang dibangun pemerintahan Hindia Belanda, umumnya  untuk dua kepentingan, yaitu untuk kepentingan militer atau ekonomi, khususnya jalur distribusi hasil dari alam yang dikeruknya, baik dari pertambangan, perkebunan, pertanian dan lain-lainnya.

Begitu juga dengan pendirian stasiun Barat yang sudah pasti dirancang jauh-jauh hari juga, setidaknya untuk mendukung operasional dua aset penting pemerintahan penjajah Hindia Belanda di sekitarnya, yaitu Pabrik Gula Poerwodadie, PG Rejosari dan Lanud Iswahyudi.

Seperti kita ketahui, karesidenan Madiun merupakan wilayah di ujung barat Jawa Timur yang tanahnya cukup subur dan cocok untuk perkebunan tebu. Karenanya, tidak heran jika kemudian kawasan ini dikenal mempunyai pabrik gula peninggalan Belanda terbanyak di Indonesia.

Uniknya, dari 8 pabrik gula yang terkonsentrasi di Madiun, Magetan dan Ngawi ini, separuh diantaranya berlokasi dekat dengan stasiun kereta api, bahkan ada juga yang hampir bersebelahan, salah satunya ya Stasiun Barat dengan PG Poerwodadie.


Lanud Iswahyudi merupakan simpul yang mempertemukan Stasiun Barat dengan aktifitas perang Asia Timur Raya, antara pasukan sekutu dengan Jepang, khususnya di seputaran tahun 1941, setelah Lanud Iswahyudi dijadikan pangkalan militer sekaligus basis tentara sekutu di Pulau Jawa.

Gerbong Angkutan Barang di Stasiun Barat (2012) | @kaekaha
Gerbong Angkutan Barang di Stasiun Barat (2012) | @kaekaha

Posisi dan peran Stasiun Barat cukup strategis dalam perang Asia Pasifik, khususnya bagi pasukan dan alutsista perang milik sekutu yang bermarkas di Lanud Iswahyudi, karena satu-satunya jalur suplai bahan bakar (dan bisa jadi kebutuhan lainnya juga) menuju ke pangkalan militer ini hanya bisa melalui persimpangan jalur kereta di stasiun Barat dan sudah pasti kontrol operasionalnya juga ada di dalam Stasiun Barat.

Bisa dibayangkan apa yang terjadi seandainya saat itu ada sabotase di titik ini!?

Jalur rel khusus kereta tangki bahan bakar dari Stasiun Barat ke Lanud Iswahyudi yang melewati pekarangan warga, tepat di tengah-tengah kampung kami ini, pasca kemerdekaan tetap dipakai oleh perusahaan minyak negara untuk menyuplai bahan bakar bagi alutsista tempur di Lanud Iswahyudi sampai awal 90-an dan perannya digantikan oleh armada truk tangki, tapi rel kereta bersejarah ini masih ada sampai saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun