Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terinspirasi "Universitas Berbagi" Terbaik di Dunia, Saya Memilih Berbagi Bahagia dalam Senyap

29 Desember 2020   22:19 Diperbarui: 29 Desember 2020   22:23 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taruh Semampumu, Ambil Seperlumu | jogja.suara.com

Dinamika Hidup di Desa 

Hidup di pedesaan dengan latar persawahan hijau menyegarkan, diimbuhi sahutan kokok ayam dan kicauan burung-burung liar di pagi hari, ditambah  riak air mengalir yang mengumbar aroma tanah basah, apalagi ada view pegunungan di kejauhan yang menghantarkan sensasi udara segar alami tiada berbatas, pasti menjadi dambaan banyak orang! 

Terlebih orang-orang kota yang dalam kesehariannya selalu bergelut dengan mobilitas kerja yang nyaris tanpa berbatas waktu di tengah kungkungan gedung-gedung pencakar langit yang juga nyaris tidak memberikan ruang untuk sekedar menghirup udara bebas. Because time is money, guys!

Tidak heran, jika kemudian tempat-tempat wisata dengan konsep harmoni alam pedesaan selalu ramai pengunjung, selalu menjadi wish list  masyarakat urban perkotaan di akhir pekan atau dihari libur lainnya.  

Tidak hanya itu, senyum tulus masyarakat desa berikut dinamika egaliter kehidupan khas pedesaan yang selalu memperlihatkan tema-tema kesederhanaan yang benar-benar sederhana dan jujur, juga akan selalu menjadi pesona yang tak tergantikan.  

Senyum Tulus dan Bersahabat | islamkafah.com 
Senyum Tulus dan Bersahabat | islamkafah.com 

Beruntung, saya lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pedesaan yang sama persis dengan diskripsi khas pedesaan seperti diatas. Harmoni alam yang luar biasa indahnya dengan tradisi dan budaya agraris khas pedesaan di bagian timur laut kaki Gunung Lawu. 

Saya merasakan sendiri sejuknya udara pagi bersaput embun basah, serunya memancing belut di "galengan" sawah dengan aroma lumpur yang menguar atau ciblon di sungai berair jernih berbatu-batu andesit khas landscape dataran tinggi, semuanya sangat menyenangkan dan takkan terlupakan.

Di desa, kami biasa hidup bersama dalam harmoni dan dinamika yang sarat dengan nilai-nilai kebersamaan dan kesederhanaan yang berjalan apa adanya, mengalir tulus begitu saja yang kelak akan melahirkan beragam kearifan kehidupan, salah satunya tradisi berbagi yang ujungnya pasti bahagia dan membahagiakan.   

Hampir semua sisi kehidupan sehari-hari masyarakat desa bersentuhan dengan tematik berbagi. Karenanya, tidak berlebihan jika kemudian saya terinspirasi oleh dinamika kehidupan di Desa yang menurut saya, merupakan "Universitas Berbagi" terbaik yang pernah ada dan saya rasakan sendiri.

Kendi Wadah Air Minum | kompasiana.com
Kendi Wadah Air Minum | kompasiana.com

Universitas Berbagi Terbaik

Masih terekam jelas dalam ingatan saya, ketika Mbah Putri atau ibu saya, setiap pagi selalu menaruh dua kendi (gerabah wadah air minum) di atas buk atau dinding pagar pembatas antara halaman rumah dengan jalan.

Air dingin alami yang menyegarkan dalam kendi dengan lubang bagian atas (untuk mengisi air) dan bagian depan (untuk mengucurkan air) selalu ditutup dengan gulungan daun pisang berbentuk kerucut itu diperuntukkan bagi siapa saja yang lewat di jalan depan rumah dan kebetulan perlu air minum.

Biasanya, jika terik di musim kemarau, sebelum tengah hari air dalam dua kendi tersebut sudah ludes dan langsung diisi ulang oleh Simbah Putri atau ibu saya yang biasa ditugaskan mengontrol.

Uniknya, karena biasanya tidak disediakan gelas, maka para peminum air kendi akan meminum dengan cara nglonggo/ngglogo, yaitu teknik minum langsung dari kendi dengan cara mengucurkan air langsung ke mulut/tenggorokan yang biasanya harus dibarengi dengan menahan nafas dan dalam keadaan duduk. Jadi tidak boleh nyucup atau dengan menempelkan bibir langsung ke lubang keluarnya air.  

Pak Jokowi Nglonggo/Ngglogo Air dari Kendi | infoblora.com
Pak Jokowi Nglonggo/Ngglogo Air dari Kendi | infoblora.com

Tradisi berbagi air minum dalam kendi ini bukan tradisi dalam keluarga kami saja, tapi hampir sebagian besar warga kampung yang lokasi rumahnya di pinggir jalan raya kampung yang biasa menjadi akses utama masyarakat dan juga para pedagang menuju ke pasar induk kecamatan yang berada di tengah-tengah desa kami. 

Sayangnya, sejak meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan sekolah di luar daerah, dilanjut bekerja dan menetap di Kota Banjarmasin, saya tidak begitu memperhatikan lagi kelanjutan "tradisi berbagi" air, khas masyarakat pedesaan ini. 

Meskipun begitu, pelajaran penting dari tradisi berbagi air minum ini telah begitu kuat mengakar dalam kontrol memori saya, sehingga setiap saat bisa menjadi referensi "model berbagi" yang tetap aktual sampai kapanpun, meskipun mungkin instrumennya tidak harus sama persis dan modelnya juga memerlukan beberapa modifikasi agar lebih aktual, sekaligus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi jaman yang terus bergerak dan berubah.  

Tempe Bungkus Daun yang Telah Membusuk | kumparan.com
Tempe Bungkus Daun yang Telah Membusuk | kumparan.com

Selain berbagi air minum dalam kendi, tradisi berbagi yang unik lainnya adalah berbagai bahan pangan, baik yang masih dalam bentuk bahan mentah (terutama jenis sayuran dan bumbu-bumbunya) maupun yang sudah dalam keadaan matang dan siap santap. Biasanya yang menjadi pelaku aktifitas ini adalah ibu-ibu dan remaja putri

Saya masih ingat, kalau kebetulan kehabisan tempe busuk (tempe yang sengaja dibusukkan untuk bumbu masakan khas Jawa Timuran) saat mau masak sayur lodeh, biasanya ibu pasti njujug (menuju) ke tempat Bude Marni, tetangga seberang rumah untuk meminta tempe busuk secukupnya.  

Begitu pula sebaliknya, jika ada tetangga yang kehabisan merica, terasi dan beberapa jenis bumbu lainnya termasuk beragam empon-empon  dan juga sayuran pelengkap seperti kemangi (Ocimum africanum), kenikir (Cosmos caudatus), beluntas (Pluchea indica), bahkan juga daun pisang untuk bungkus makanan,  biasanya njujug-nya ke rumah Simbah yang mempunyai kebun cukup luas di belakang rumah.

Uniknya, ketika masakan atau sayuran sudah jadi, seperti ada konvensi yang berlaku di masyarakat. Si pembuat masakan akan mengantarkan masakan jadi tersebut kepada tetangga disekitar rumahnya, terutama kepada yang dimintai kelengkapan bahan masakannya tadi. 

Jumlah atau kuantitasnya memang tidak banyak, tapi cukup pantas untuk menuntaskan hak hidung yang terlanjur mencium bau masakan, hak mata yang melihat aktifitas memasak dan hak telinga yang kebetulan mendengar adanya aktifitas memasak.

Inilah uniknya tradisi berbagi khas di pedasaan yang pastinya tidak sekedar berbagi bahan masak dan masakan semata, tapi juga berbagi kebahagiaan dan kebersamaan yang semakin menambah kenikmatan apapun masakan yang terbagi.

Sayur Lodeh Nangka Muda | idemasakanenak
Sayur Lodeh Nangka Muda | idemasakanenak

Sebagai "Universitas Berbagi" terbaik, masih banyak dinamika kehidupan khas pedesaan yang bisa menjadi pelajaran penting, sekaligus inspirasi hidup untuk berbagi kebahagiaan secara riil dan aktual. Bahkan "tradisi berbagi" di desa tidak sekedar berbagi materi seperti dua contoh diatas saja, ada juga bentuk-bentuk berbagi dengan obyek yang berbeda, meskipun ujung-ujungnya tetap sama, berbagi kebersamaan dan kebahagiaan!

Misalkan "berbagi kesempatan",  seperti giliran mendapatkan jatah aliran air untuk mengairi sawah dan juga "berbagi kesibukan" yang biasanya terjadi ketika ada hajatan atau juga takziah kematian. 

Ini luar biasanya hidup di desa! Khusus untuk "berbagi kesibukan" pada takziah kematian ini, biasanya keluarga inti yang berduka disarankan untuk "duduk manis" saja, sementara "semua urusan" termasuk penguburan, konsumsi dan lain-lainnya diurus oleh tetangga dan keluarga lainnya jika ada. Masha Allah! 

img-5055-lg-smd-5fe92c6bd541df7b23033da3.jpg
img-5055-lg-smd-5fe92c6bd541df7b23033da3.jpg
Bersedekah dengan Memberi Makan Gratis tiap Hari Jumat di Banjarmasin | @kaekaha

Tradisi Berbagi di Kota 1000 Sungai

Sejak akhir dekade 90-an silam,  saya menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin. Ibu kota Propinsi Kalimantan Selatan. Di kota perdagangan tua dengan penduduk multietnis ini, mayoritas penduduknya merupakan penganut agama Islam yang taat. Wajar jika kemudian nafas Islam begitu kental berkelindan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. 

Salah satunya yang paling kentara adalah tradisi mengistimewakan hari Jumat yang dalam kepercayaan Islam merupakan hari paling utama (afdhal) atau ada juga yang menyebutnya sebagai penghulu hari atau Sayyidul ayyam yang penuh barakah. 

Pada hari Jumat, masyarakat Banjar atau Urang Banjar biasa melazimkan berbagai amalan baik seperti yang dicontohkan Rasulullah, dengan porsi lebih banyak dari hari-hari biasanya. Salah satunya yang paling umum adalah berbagi kebahagiaan yang biasa dikenal sebagai sedekah. 

Mulai Jumat pagi, Urang Banjar melazimkan bersedekah lebih banyak dari hari-hari biasa, terutama berbagi makanan dan minuman. 

Ini yang unik! Selain membagikan makanan ke pesantren, panti asuhan, atau ada juga yang membuat posko darurat untuk memberikan makan gratis di lokasi-lokasi stratedis, banyak juga yang berbagi makanan dan minuman, bahkan juga sembako di jalanan protokol di seluruh penjuru kota, layaknya di seputaran Masjidil Haram/Masjidil Nabawi di Saudi Arabia.

Antre Makan Gratis | @kaekaha
Antre Makan Gratis | @kaekaha

Berbagi Bahagia dalam Senyap

Berbekal insprasi dari "universitas berbagi" terbaik dan konsistensi tradisi berbagi ala Urang Banjar , setiap hari Jumat saya juga terpanggil untuk "membuat anggaran", melazimkan berbagi makanan-minuman, sesekali sembako, pakaian bekas layak pakai atau uang kepada para dhuafa. 

Hanya saja, setelah merasakan "sensasi berbagi secara terbuka" yang sepertinya kurang pas dengan visi kami, akhirnya kami lebih memilih berbagi secara bergerilya alias berbagi bahagia dalam senyap dengan konsep one vision (kami mengenali mereka, tapi mereka tidak mengenali kami).

Cara ini, selain sesuai dengan visi kami, rasanya juga jauh lebih nikmat, melegakan dan membahagiakan.

Selain itu, pola berbagi gerilya yang pasti on target ini, bermanfaat untuk mengantisipasi tidak terkendalinya "mental miskin" di pinggir jalanan Kota Banjarmasin yang tiap Jumat, trotoarnya seperti etalase kaum dhuafa.  

Tidak kalah pentingnya juga, untuk meghindari publikasi berlebih yang khawatirnya mengganggu keikhlasan/ketulusan kami, keamanan dan juga kenyamanan privasi kami, terlebih setelah "kue" yang kami bagi semakin banyak dan beragam, pasca mendapatkan amanah dari sahabat, keluarga dan juga tetangga dekat yang ikut mensuport dengan uang/material bahkan alat transportasi.

Berdasar hasil survey sebelumnya, selepas Subuh, kami biasa bergerilya di lokasi yang berbeda tiap Jumat-nya, dengan strategi hit n run, kami ke kantong-kantong dhuafa untuk memberi nasi bungkus, langsung kepada anak-anak jalanan, pemulung, orang gila, buruh bangunan, tukang becak, lansia, dll. 

Upaya kami berbagi kebahagiaan tidak berhenti disitu, beberapa kali kami menutup hutang pedagang yang terjebak rentenir berkedok koperasi, membayar tagihan PLN/PDAM mushalla yang tidak terbayar, menyantuni anak sunat, membelikan perlengkapan sekolah dan teraktual, meminjami smartphone+kuota gratis untuk beberapa anak  dhuafa terpilih yang semuanya kami lakukan dalam kesenyapan. 

Itulah berbagi bahagia yang membahagiakan!  

Semoga artikel ini bermanfaat dan tidak mengurangi pahala berbagi kami. Amin.

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun